Cina membangun landasan terbang ketiga di Pulau Karang Fiery Cross, di Laut Cina Selatan.
Pemerintah Cina kembali menegaskan hak mereka untuk melakukan reklamasi di kawasan sengketa di Laut Cina Selatan.
Menteri
Luar Negeri Cina, Wang Yi, mengatakan proyek pembangunan penting
diteruskan, meski bulan lalu menyatakan bahwa Beijing sudah menghentikan
reklamasi.
"Proyek-proyek penting ini kami kerjakan di
pulau-pulau kami sendiri di Laut Cina Selatan. Kami tidak menjadikan
satu pun negara lain sebagai sasaran," kata Wang Yi.
"Semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan tentara yang ditugaskan
di sana dan juga sebagai perwujudan tanggung jawab sebagai negara
terbesar di kawasan ini," tambahnya.
Foto-foto satelit yang
diambil belum lama ini menunjukkan pekerja konstruksi membangun landasan
terbang ketiga di Pulau Karang Fiery Cross Reef.
Dalam beberapa
waktu terakhir pemerintah Cina membangun landasan terbang dan fasilitas
komunikasi di beberapa pulau di Laut Cina Selatan yang diyakini nantinya
akan dipakai oleh militer Cina.
Presiden Cina, Xi Jinping, akan
melawat ke Amerika Serikat pekan depan dan klaim-klaim Cina di Laut Cina
Selatan besar kemungkinan akan dibahas ketika bertemu dengan para
pejabat tinggi di Washington.
Credit
BBC
Cina Bangun Landasan Ketiga di Laut Cina Selatan
LAUT CINA SELATAN — Seorang ahli dari Amerika Serikat pada Senin
(14/9) mengatakan, Cina tampaknya sedang melakukan pekerjaan persiapan
untuk membangun landasan ketiga di wilayah Laut Cina Selatan yang
diperebutkan. Pernyataan ini berdasarkan foto satelit yang diambil pekan
lalu.
Dari foto-foto yang diambil lembaga think-tank PCenter
for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington pada 8
September, tampak adanya rencana konstruksi di Mischief Reef yang
merupakan salah satu dari tujuh pulau buatan Cina. Gambar menunjukkan
adanya dinding penahan di area sepanjang 3.000 meter.
Menurut
Direktur Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) CSIS, Greg Poling,
langkah ini menunjukkan kesamaan dengan dua konstruksi serupa di Subi
dan Fiery Cross, di Pulau Spartly. Poling mengatakan, pekerjaan seperti
menunjukkan persiapan pembangunan landasan pacu.
Dari foto
satelit yang diambil akhir Juni lalu menunjukkan, Cina hampir
menyelesaikan landasan sejauh 3.000 meter di Fiery Cross. Poling
menambahkan, dari foto satelit lainnya yang diambil pekan lalu
menunjukkan adanya pekerjaan di Subi Reef. Di tempat tersebut jelas
terlihat akan menjadi landasan 3.000 meter.
"Dan kami telah
melihat beberapa pekerjaan lebih lanjut mengenai apa yang tampaknya
seperti beberapa fasilitas pelabuhan untuk kapal," ujarnya.
Menurut Poling, landasan baru di Mischef Reef akan sangat
mengkhawatirkan bagi Filipina yang selama ini juga menjadi pesaing Cina
di Laut Cina Selatan. Ini juga menurutnya akan memungkinkan Cina
melakukan patroli lebih luas di wilayah Reed Bank, yaitu tempat Filipina
telah lama mengeksplorasi minyak dan gas.
Jika selesai
dibangun, tiga landasan itu akan memungkinkan Cina mengancam semua lalu
lintas udara di atas wilayah yang telah mereka reklamasi. Poling
mengatakan, dikhawatirkan Cina juga akan memasang pertahanan udara
canggih di landasan tersebut. Filipina belum berkomentar terkait hal
ini.
Laman the Guardian menyebutkan, berita mengenai
pembangunan konstruksi baru di Laut Cina Selatan datang menjelang
kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Washington. Kekhawatiran AS
mengenai klaim teritorial Cina di wilayah yang disengketakan tersebut
diharapkan akan masuk dalam agenda pembicaraan.
Juru bicara
Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Bill Urban, menolak berkomentar
secara khusus mengenai penilaian Poling. Tetapi, ia kembali menyerukan
Cina untuk berhenti melakukan reklamasi lahan, membangun konstruksi, dan
memiliterisasi pos-pos di Laut Cina Selatan.
"Niat Cina
meneruskan program dan konstruksi tak akan mengurangi ketegangan atau
menghasilkan solusi diplomatik yang berarti," ungkap Urban.
Dalam kunjungannya ke Washington akhir bulan ini, Xi diperkirakan akan
membahas sejumlah isu, terutama masalah keamanan siber. Selain dilansir
the Telegraph, Duta Besar Cina untuk AS Cui Tiankai mengatakan
pembicaraan termasuk masalah perdagangan kedua negara senilai 550 miliar
dolar, peningkatan investasi, dan pertukaran people-to-people.
Credit
Republika.co.id