net
Foto
asli Osama bin Laden lengkap dengan jenggotnya dan foto seorang korban
ledakan tahun 2009 digabungkan sedemikian rupa dengan software Photoshop
menjadi satu gambar utuh yang menampilkan jasad Osama berdarah-darah
CB, WASHINGTON DC - Seorang wartawan
AS pemenang hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, membuat tudingan
menghebohkan terkait operasi militer AS yang menewaskan pemimpin Al
Qaeda, Osama bin Laden.
Pemerintah AS, ujar Hersh, menipu dunia soal kematian Bin Laden
sehingga pemerintahan Presiden Barack Obama bisa mengklaim kemenangan
perang melawan Al Qaeda.
Hersh menuding, pemerintah AS sebenarnya sudah mengetahui posisi Bin
Laden, yang diyakini sebagai dalang selangan 11 September di New York,
di kota Abottabad, Pakistan.
Di kota itu, Bin Laden selama bertahun-tahun tinggal di sebuah rumah
besar yang berlokasi tak jauh dari sebuah akademi militer Pakistan.
Abottabad memang dikenal sebagai kota militer Pakistan.
Kemudian Dinas Intelijen AS (CIA) mengetahui posisi Bin Laden setelah
seorang pejabat tinggi intelijen Pakistan memberikan informasi itu
kepada CIA dengan harapan mendapatkan hadiah uang sebesar 25 juta dolar
AS.
Berdasarkan investigasinya, Hersh menyebut pemerintahan Obama sudah
melakukan negosiasi dengan pemerintah Pakistan dan dinas intelijen
negeri itu, ISI, sebelum menyerbu kediaman Bin Laden di Abottabad.
Namun, kemudian pemerintahan Obama mengatakan operasi penyerbuan ke Abottabad itu adalah sebuah operasi infiltrasi rahasia.
Dengan mengutip seorang sumber anonim, Hersh mengatakan ISI mematikan
aliran listrik ke kediaman Bin Laden sebelum pasukan elite Navy SEAL
menyerbu rumah itu demi mencegah intervensi militer Pakistan.
Menurut sejumlah laporan yang dikutip Hersh, tak ada baku tembak
dalam penggerebekan itu dan satu-satunya peluru yang dilepaskan adalah
yang memutus nyawa Osama bin Laden.
Presiden Obama menyembunyikan kebenaran di balik operasi ini
menjelang pemilihan demi meningkatkan popularitas pemerintahannya.
Demikian klaim Hersh.
Kesepakatan Sebelum Penyerbuan
Tudingan Hersh yang ditulis dalam sebuah artikel yang dimuat The
London Review of Books, menambahkan jasad Bin Laden juga tak dimakamkam
di laut seperti yang selama ini diklaim pemerintah AS.
Jasad Bin Laden, klaim Hersh, sebenarnya dimakamkan pemerintah AS di wilayah Afganistan.
Hersh menambahkan, saat berpidato memberikan kabar kematian Bin Laden
kepada rakyat Amerika, sebenarnya pidato Obama itu disusun secara
terburu-buru.
"Rangkaian pernyataan yang tak akurat ini kemudian menciptakan
kekacauan di pekan-pekan selanjutnya," demikian Hersh dalam artikelnya.
"(Tentara Pakistan) diperintahkan untuk meninggalkan kawasan di dekat
kediaman Bin Laden begitu mendengar suara helikopter AS mendekat,"
tambah Hersh.
"Kota itu dalam keadaan gelap. Listrik dipadamkan atas perintah ISI,
beberapa jam sebelum penggerebekan terjadi," masih menurut Hersh.
"Faktanya, telah terdapat kesepakatan antara pemerintah Pakistan dan
tak ada pembicaraan soal hal-hal yang harus diungkap jika terjadi
hal-hal yang tak diinginkan," tambah Hersh.
Demi pencitraan Obama
Selain kebohongan dalam proses penggrebekan yang menewaskan Bin Laden
itu, sumber Hersh juga meragukan klaim pemerintah AS yang menyebut
telah menemukan dokumen-dokumen penting di kediaman Bin Laden.
"Gedung Putih harus memberi kesan bahwa Bin Laden masih penting dalam
hal operasi. Jika tidak, mengapa harus membunuhnya?" ujar sumber itu.
"Sebuah cerita palsu dibuat, bahwa terdapat jaringan kurir yang
datang dan pergi membawa perintah dalam USB. Semua hanya untuk memberi
citra bahwa Bin Laden masih penting," tambah sumber tersebut.
"Pasukan SEAL seharusnya menyadari adanya skema besar politik ini.
Bin Laden sangat bernilai bagi para politisi, dia menjadi semacam aset
pekerjaan," lanjut sang sumber.
Presiden Obama
Serangkaian kebohongan, kesalahan pernyataan dan pengkhianatan yang
sengaja diciptakan ini, menurut sang sumber, memicu reaksi balasan yang
tak terelakkan.
"Kerja sama dengan Pakistan
mengalami kemunduran hingga empat tahun sebab negeri itu membutuhkan
waktu untuk kembali mempercayai AS, khususnya dalam hubungan militer
untuk melawan terorisme, sementara terorisme terus tumbuh di seluruh
dunia," tambah sang sumber.
"Mereka (Pakistan) merasa Obama telah berkhianat. Pakistan kini kembali bekerja sama dengan AS karena munculnya ancaman ISIS," lanjut sumber itu.
Seorang konsultan operasi komando khusus yang juga dikutip Hersh
mengatakan, pembunuhan Bin Laden merupakan sebuah teater politik yang
dirancang agar prestasi pemerintahan Obama di bidang militer terlihat
cemerlang.
Sejauh ini, Gedung Putih belum menanggapi tudingan Hersh lewat artikelnya tersebut.
Credit
TRIBUNNEWS.COM