Ihsanuddin /KOMPAS.com KRI Banda Aceh,
salah satu kapal perang yang digunakan untuk mencari pesawat AirAsia
yang hilang kontak sejak Minggu (28/12/2014) pagi.
JAKARTA,CB - TNI Angkatan Laut ikut
menerjunkan delapan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) untuk mencari
Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu (28/12/2014).
Salah satu kapal yang menjadi andalan adalah KRI Banda Aceh 593, yang
diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (29/12/2014) malam.
Reporter
Kompas.com, Ihsanuddin, berkesempatan untuk ikut
melakukan pencarian bersama prajurit TNI AL dengan menumpang kapal ini.
KRI Banda Aceh adalah kapal buatan dalam negeri, diproduksi oleh PT PAL
(persero) pada 2011 lalu. Karena baru, kapal yang hampir seluruh
bagiannya berwarna abu-abu gelap ini terlihat masih bersih dan terawat.
"Ini jadi kebanggaan kita juga karena produksi negeri sendiri.
Walaupun secara kualitas masih kalah (dari produksi luar negeri), tapi
sudah cukup lumayan," kata Komandan KRI Banda Aceh 593, Letnan Kolonel
Laut (P) Arief Budiman.
KRI Banda Aceh merupakan kapal perang berjenis
Landing Platform Dock
dengan ukuran panjang 22.004 meter dan lebar 125 meter. Berat kapal ini
mencapai 7.286 ton. Kapal perang ini memiliki kecepatan maksimum 15
knot dan memiliki daya angkut sebanyak 344 personel.
Kapal ini juga mampu menampung 5 unit helikopter jenis MI-2 atau Bell
412, 2 unit LCVP, 3 unit meriam Howitzer, dan 20 Tank. Untuk
persenjataan perang, kapal ini dilengkapi meriam kaliber 20 mm dan 40
mm.
KRI Banda Aceh ini berangkat dengan 150 penumpang di dalamnya, yang
kebanyakan adalah prajurit TNI AL. Selain itu, ada pula awak kapal, awak
penerbang helikopter untuk mencari dari ketinggian, pasukan katak untuk
menyelam, serta media dan staf dinas penerangan TNI.
Penghargaan
Meski baru diproduksi, KRI Banda Aceh ini sudah mendapatkan sebuah
penghargaan dari Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio,
sebagai KRI Berpredikat Operasional Tertinggi Tahun 2014. Penghargaan
itu didapat karena KRI Banda Aceh ini menjadi kapal yang berlayar dalam
waktu paling panjang dibandingkan KRI milik TNI angkatan laut lainnya.
"Waktu itu hampir selama tiga bulan non-stop berlayar terus, enggak pulang-pulang," kata Arief.
Selain itu, kapal ini juga telah mengikuti latihan bersama
kapal-kapal perang dari berbagai negara dalam ajang Multilateral Rim of
the Pacific (Rimpac) 2014. Ajang tersebut merupakan latihan rutin setiap
dua tahun yang digelar oleh armada ketiga US Navy dengan negara-negara
di kawasan Asia Pasifik dan meluas cakupannya dengan melibatkan
negara-negara di Asia Tengara.
Hiburan
Meski sejatinya digunakan untuk perang, kapal ini juga mempunyai
banyak sarana hiburan untuk menghibur para prajurit dan awak kapal yang
sedang bertugas. Perjalanan di tengah lautan lepas yang panjang hingga
berbulan-bulan bisa membuat penumpangnya jenuh, bahkan bisa stress.
"Supaya tidak sampai stress, kita ada hiburan. Di atas kapal, kesehatan itu yang utama," kata Arief.
Hiburan di kapal ini antara lain lantai kapal yang dicat menjadi
lapangan basket, lengkap dengan ringnya. Ada pula panggung kecil yang
dapat menjadi tempat organ tunggal bermain musik dan menghibur para
prajurit. Hiburan yang paling menjadi andalan adalah sebuah layar lebar
yang bisa disulap untuk menonton film.
"Siapkan film yang banyak ya, yang baru-baru," perintah Arief kepada prajuritnya.
Jaga Solidaritas
KRI Banda Aceh ini akan melakukan pencarian cukup panjang di lautan
lepas, yakni selama 20 hari tanpa singgah ke daratan. Di pelabuhan
Tanjung Priok, mulai dari bahan bakar hingga logistik sudah disiapkan
secara matang. Karena segala persiapannya ini, KRI Banda Aceh yang
seharusnya berangkat pada siang hari, baru tancap gas pada malam
harinya.
Sebelum kapal lepas landas, diadakan apel terlebih dahulu untuk
mengecek kesiapan seluruh prajurit dan awak kapal. Apel juga bertujuan
untuk menghitung jumlah seluruh penumpang kapal, sehingga tidak akan ada
awak yang hilang.
"Kita berangkat dengan orang sekian, kembali dengan orang sekian," tegas Arief.
Arief yang memimpin langsung apel mengingatkan seluruh awak kapal
untuk menjaga solidaritas selama pencarian. "Saya harapkan selama
kegiatan berlangsung, dapat terjadi hubungan yang harmonis dari ABK
(anak Buah Kapal) atau pun non-ABK," ujarnya.
Selain usaha yang keras dalam mencari pesawat yang hilang, Arief juga
mengingatkan agar seluruh petugas yang ada turut berdoa demi kelancaran
pencarian. "Harapannya pesawat AirAsia yang hilang kontak ditemukan,"
ucap Arief.
Credit
KOMPAS.com