Tampilkan postingan dengan label SURIAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SURIAH. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 Maret 2019

Akui Golan Milik Israel, AS 'Dikeroyok' 14 Negara DK PBB




Akui Golan Milik Israel, AS Dikeroyok 14 Negara DK PBB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan dekrit AS yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Foto/REUTERS



NEW YORK - Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), 14 negara mengutuk pengakuan Amerika Serikat (AS) soal kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Dalam pertemuan darurat pada Rabu malam di New York, Amerika sendirian "dikeroyok" oleh 14 negara.

Dataran Tinggi Golan sejatinya adalah tanah Suriah yang diduduki Israel dalam perang Enam Hari 1967. Negara mayoritas Yahudi itu mulai menganeksasi atau mencaplok wilayah itu tahun 1981 dan tidak diakui komunitas internasional.

Debat dalam pertemuan darurat DK PBB dimulai ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap depot amunisi Iran di dekat Aleppo, Suriah.

"Kami telah mengalami serangan udara Israel di Aleppo. (Ada) kerusakan materi. Pertahanan udara Suriah mencegat beberapa rudal yang diluncurkan," Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari.

DK PBB mengadakan pertemuan darurat untuk memprotes deklarasi administrasi Trump awal pekan ini yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

"Pendapat publik dunia mengisolasi AS dan Israel, mereka beroperasi di luar hukum internasional dan mereka merupakan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan," kata Jaafri, yang telah meminta DK PBB untuk mengadakan pertemuan darurat tersebut, seperti dikutip The Jerusalem Post, Kamis (28/3/2019).

Suriah bukan anggota DK PBB, tetapi diminta, bersama dengan Israel, untuk bergabung dalam pertemuan darurat tersebut. Baik Jaafari maupun negara-negara anggota DK PBB menjelaskan bahwa tindakan AS melanggar resolusi 242 dan 497 DK PBB soal Dataran Tinggi Golan.

"Pemerintah AS berusaha melindungi teman Israel-nya, tetapi ada risiko nyata bagi perdamaian dan keamanan internasional," kata Jaafari.

Dia menuduh AS membuat perang untuk menabur kekacauan di Timur Tengah dan sekarang bertindak atas Golan dengan cara membantu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memenangkan pemilihan umum 9 April di negaranya. 

Jaafari menyayangkan sikap lamban DK PBB dengan tidak mengambil langkah bagi pelanggar hukum internasional.

"Kelambanan PBB ditambah dengan tindakan AS akan membuat orang di bawah pendudukan hanya dengan satu pilihan, yang merupakan prinsip menggunakan kekuatan, itu akan menjadi satu-satunya cara untuk memulihkan perdamaian," kata Jaafari.

"Golan Arab Suriah adalah milik kami, itu akan kembali kepada kami. Jangan salah arah dengan berpikir bahwa suatu hari tanah ini akan menjadi milik Anda," kata Jaafari.

Kepada AS, dia menyarankan bahwa jika ingin bersikap baik kepada Israel, mengapa tidak memberikannya satu atau dua dari 50 negara bagiannya. "Beri Israel beberapa negara jika pemerintahan ini benar-benar menginginkan dukungan Israel," kata Jaafari.


Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon berdalih Dataran Tinggi Golan milik negaranya. "Tidak ada negara di dunia yang akan menyerahkan tanah strategis kepada musuh yang paling berbahaya," katanya.





Credit  sindonews.com


PBB: Sikap kami mengenai Dataran Tinggi Golan dilandasi resolusi DK

PBB: Sikap kami mengenai Dataran Tinggi Golan dilandasi resolusi DK

Markas Besar PBB di New York. (SANA - Suriah)




New York (CB) - PBB pada Rabu (27/3) menegaskan pendiriannya mengenai Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, dilandasi atas resolusi Dewan Keamanan dan Sidang Majelis Umum PBB.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Politik Rosemary DiCarlo mengatakan dalam satu sidang Dewan Keamanan PBB bahwa PBB akan melanjutkan pekerjaannya dengan landasan penghormatan penuh keutuhan wilayah dan kedaulatan Suriah.

DiCarlo, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Suriah, SANA --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi, telah menjelaskan pengumuman Presiden AS Donald Trump untuk "mengakui kedaulatan Israel" atas Dataran Tinggi Golan akan mengakibatkan ketegangan lebih jauh di wilayah tersebut.

Dalam kesempatan lain Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari, Rabu, mengatakan, "Saat kita bertemu guna membahas pengumuman tidak sah Trump berkaitan dengan Dataran Tinggi Golan, milik Suriah, pesawat penguasa pendudukan, Israel, melancarkan agresi ke Aleppo."

Al-Jaafari menambahkan dalam sidang Dewan Keamanan PBB Suriah mengutuk pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan dan menganggapnya tindakan sepihak yang dilakukan oleh satu pihak yang tak memiliki kapasitas politik, moral atau hukum untuk memutuskan nasib rakyat dunia atau membuang tanah yang menjadi bagian dan paket wilayah Suriah.

Wakil Tetap Suriah itu juga mengatakan tindakan sepihak AS adalah persetujuan jelas bahwa Washington tidak lagi memberi kepentingan pada PBB dan AS telah menarik persetujuannya dan pengakuannya pada keabsahan internasional serta mengakhiri perannya sebagai penengan setiap proses perdamaian.




Credit  antaranews.com



Malaysia Kutuk Keputusan Trump Soal Golan


Seekor kuda berjalan di salju di wilayah Golan yang dikuasai Israel. Presiden AS Donald Trump telah mengakui klaim Israel atas wilayah Golan, Senin (25/3).
Seekor kuda berjalan di salju di wilayah Golan yang dikuasai Israel. Presiden AS Donald Trump telah mengakui klaim Israel atas wilayah Golan, Senin (25/3).
Foto: AP

Malaysia tidak bisa menerima Trump mengakui pendudukan paksa di wilayah berdaulat.




CB, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia mengutuk keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. "Dataran Tinggi Golan adalah bagian tak terpisahkan dari Suriah dan akan selalu demikian," demikian pernyataan Kemenlu Malaysia.

Malaysia merasa tidak dapat menerima bahwa Amerika Serikat akan mengakui pendudukan paksa dan ilegal atas tanah milik negara berdaulat. "Tindakan ceroboh dan provokatif semacam itu tidak lain adalah kemunafikan yang paling buruk. Itu sepenuhnya membatalkan argumen AS sendiri tentang Krimea," katanya.

Mengutip Deklarasi Krimea, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa tidak ada negara yang dapat mengubah perbatasan negara lain dengan paksa. Krimea adalah wilayah sengketa yang melibatkan Rusia dan Ukraina.


"Ini membuktikan bahwa AS telah bertindak dengan cara yang tidak layak bagi negara besar dan telah memilih untuk mengisolasi diri dari komunitas internasional," katanya.

Dia mengatakan keputusan itu tidak menunjukkan minat dalam menemukan solusi abadi untuk konflik Timur Tengah. "Ini menunjukkan pengabaian total AS terhadap hukum internasional. Ini mengabaikan kenyataan di lapangan dan memicu ketegangan di wilayah tersebut," katanya.

Pemerintah Indonesia juga menolak secara tegas adanya pengakuan atas Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel. Pengakuan ini dianggap tidak kondusif bagi upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Melalui keterangan tertulis yang diunggah dalam situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia menyatakan tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah kedaulatan Republik Suriah yang saat ini diduduki Israel pascaperang 1967.

Posisi Indonesia ini berdasarkan pada prinsip dalam Piagam PBB mengenai penghormatan atas kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara, serta berbagai elemen yang terkandung pada resolusi-resolusi Dewan Keamanan terkait Dataran Tinggi Golan.

Indonesia mendesak masyarakat internasional untuk terus menghormati hukum internasional dan piagam PBB serta tetap berpedoman kepada Resolusi  PBB terkait dalam mendorong proses perdamaian di kawasan Timur Tengah.



Credit  republika.co.id



Uni Eropa Berkeras Tolak 'Hak' Israel Atas Dataran Golan


Uni Eropa Berkeras Tolak 'Hak' Israel Atas Dataran Golan
Dataran Tinggi Golan. (REUTERS/Ammar Awad)



Jakarta, CB -- Uni Eropa menyatakan bahwa negara anggotanya tidak akan mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) dalam mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengeluarkan pernyataan atas nama negara-negara anggota mengulangi pandangan lama mereka.

"Posisi Uni Eropa dalam hal status Dataran Tinggi Golan tidak berubah," katanya seperti dikuti dari AFP, Rabu (27/3).

Pernyataan tersebut  dikeluarkan menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas masalah pengakuan AS terhadap kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan.


"Sejalan dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB 242 dan 497, Uni Eropa tidak mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki," katanya.


Sebagai informasi pada Senin lalu Presiden AS Donald Trump menandatangani proklamasi yang mengakui pencaplokan strategis Israel  atas Dataran Tinggi Golan dari Suriah pada 1981 lalu.

Padahal, pencaplokan yang dilakukan Israel atas wilayah tersebut belum diakui secara internasional. Kebijakan Trump tersebut memancing reaksi dari sejumlah negara.

Salah satunya dari Indonesia yang mengecam kebijakan AS tersebut. Kementerian Luar Negeri menyatakan langkah Trump tidak kondusif bagi upaya perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

"Indonesia menolak secara tegas adanya pengakuan kepada Daratan Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel. Pengakuan ini tidak kondusif bagi upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas kawasan," bunyi pernyataan Kemlu RI melalui situsnya pada Selasa (26/3).


Indonesia menyatakan tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Suriah, dan saat ini masih dicaplok Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967.

Kecaman sama juga disampaikan Arab Saudi. Mereka memandang pengakuan yang diberikan AS terhadap kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan telah melanggar hukum internasional.

"Arab Saudi menyatakan menolak keras dan mengecam pemerintah AS yang mengakui kedaulatan Israel wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan," demikian pernyataan Kerajaan Arab Saudi yang disampaikan Kantor Berita SPA.

Kerajaan Arab Saudi sampai saat ini masih mengakui Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang dicaplok Israel. Menurut mereka klaim AS atas kedaulatan Israel terhadap wilayah itu sama saja melanggar piagam dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).





Credit  cnnindonesia.com





Indonesia tolak pengakuan Dataran Tinggi Golan sebagai bagian Israel


Indonesia tolak pengakuan Dataran Tinggi Golan sebagai bagian Israel

Rakyat Suriah memprotes pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan. (SANA)

Jakarta (CB) - Indonesia menolak secara tegas adanya pengakuan atas Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel.

Pengakuan ini dianggap tidak kondusif bagi upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Melalui keterangan tertulis yang diunggah dalam situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu, Indonesia menyatakan tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah kedaulatan Republik Suriah yang saat ini diduduki Israel pascaperang 1967.

Posisi Indonesia ini berdasarkan pada prinsip dalam Piagam PBB mengenai penghormatan atas kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara, serta berbagai elemen yang terkandung pada resolusi-resolusi Dewan Keamanan terkait Dataran Tinggi Golan.

Resolusi yang dimaksud antara lain Resolusi 242 (1967), 338 (1973) dan 497 (1981) yaitu penolakan terhadap perolehan suatu wilayah yang dilakukan secara paksa, penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Dataran Tinggi Golan, penolakan terhadap jurisdiksi hukum Israel atas Dataran Tinggi Golan , serta penegasan bahwa langkah Israel untuk menduduki Dataran Tinggi Golan adalah tidak sah dan tidak memiliki dampak hukum internasional

Indonesia mendesak masyarakat internasional untuk terus menghormati hukum internasional dan piagam PBB serta tetap berpedoman kepada Resolusi PBB terkait dalam mendorong proses perdamaian di kawasan Timur Tengah.




Credit  antaranews.com




Al-Jaafari: Suriah mengutuk pengumuman Trump mengenai Golan


Al-Jaafari: Suriah mengutuk pengumuman Trump mengenai Golan

Rakyat Suriah menggelar protes terhadap pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan. (SANA - Suriah)




New York (CB) - Wakil Tetap Suriah untuk PBB Dr. Bashar Al-Jaafari, Rabu (27/3), mengatakan, "Saat kita bertemu guna membahas pengumuman tidak sah Trump berkaitan dengan Dataran Tinggi Golan, milik Suriah, pesawat penguasa pendudukan, Israel, melancarkan agresi ke Aleppo."

Ia menambahkan sistem pertahanan udara Suriah mencegat agresi tersebut dan menembak jatuh sejumlah rudal musuh, yang ditembakkan ke wilayah industri di bagian timur Aleppo.

Al-Jaafari menambahkan dalam sidang Dewan Keamanan PBB Suriah mengutuk pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan dan menganggapnya tindakan sepihak yang dilakukan oleh satu pihak yang tak memiliki kapasitas politik, moral atau hukum untuk memutuskan nasib rakyat dunia atau membuang tanah yang menjadi bagian dan paket wilayah Suriah.

Ia menegaskan bahwa perbuatan AS mencerminkan kecenderungan berbahaya yang tak pernah ada sebelumnya ke arah penghindaran hukum internasional dan penghinaan terhadap PBB, demikian laporan Kantor Berita Suriah, SANA --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Tindakan AS itu, kata Al-Jaafari, merupakan pukulan terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB dan Sidang Majelis Umum berkaitan dengan tak terhindarkannya untuk mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Arab dan penarikannya dari wilayah tersebut sampai garis 4 Juni 1967.

Wakil Tetap Suriah itu juga mengatakan tindakan sepihak AS adalah persetujuan jelas bahwa Washington tidak lagi memberi kepentingan pada PBB dan AS telah menarik persetujuannya dan pengakuannya pada keabsahan internasional serta mengakhiri perannya sebagai penengan setiap proses perdamaian.

"Rakyat Suriah menganggap AS sebagai musuh, negara penjahat yang menduduki sebagian tanah mereka setelah Amerika Serikat mengakibatkan tewasnya ribuan orang Suriah dan menghancurkan prasarana serta ekonominya," tambah Al-Jaafari.

Ia menegaskan bahwa rakyat Suriah menganggap pengumuman Trump sebagai ancaman terhadap keamanan dan perdamaian internasional serta langkah yang gagal untuk memanipulasi sejarah dan geografi.

"Suriah kembali menegaskan Dataran Tinggi Golan akan kembali ... AS dan Israel tak bisa berpendapat bahwa tanah Suriah dapat menjadi alat tawar-menawar jahat," kata Al-Jaafari.

Ia menambahkan Suriah menghargai pendirian internasional yang dikeluarkan setelah pengumuman AS dan mengatakan pendirian tersebut telah membuktikan kepada pendapat masyarakat dunia mengenai keterkucilan AS dan Israel.




Credit  antaranews.com





Biro NAM: pengumuman Trump mengenai Dataran Tinggi Golan tidak sah


Biro NAM: pengumuman Trump mengenai Dataran Tinggi Golan tidak sah


Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan dokumen keputusan AS terkait status Dataran Tinggi Golan saat Netanyahu meninggalkan Gedung Putih, AS, Senin (25/3/2019) REUTERS/Leah Millis (REUTERS/LEAH MILLIS)




New York (CB) - Biro Koordinasi Gerakan Non-Blok (NAM) di New York dengan keras mengutuk pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel, dan menegaskan tindakan itu sewenang-wenang dan tidak sah.

Biro Koordinasi tersebut, di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa (26/3) di New York, menyeru Dewan Keamanan agar memikul tanggung-jawabnya dan mengutuk provokasi AS dengan jelas, kata Kantor Berita Suriah, SANA --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.

Sebabnya ialah tindakan itu merupakan peningkatan berbahaya dan pelanggaran terhadap hukum internasional serta sasaran dan prinsip PBB dan resolusi terkaitnya, terutama Resolusi No, 497 Dewan Keamanan pada tahun 1981.

Biro tersebut merujuk kepada Dokumen Akhir Pertemuan Puncak Ke-17 Kepala Negara dan Pemerintah Gerakan Non-Blok, yang diselenggarakan di Venezuela pada 2016.

Biro itu menyatakan dokumen akhir tersebut menegaskan bahwa semua tindakan yang telah dilakukan atau akan dilakukan oleh Israel sebagai penguasa pendudukan dengan tujuan mengubah status demografis dan hukum Dataran Tinggi Golan dan status kelembagaannya serta tindakan yang dilakukan oleh penguasa pendudukan Israel untuk menerapkan kekuasaannya dan administrasinya adalah tidak dan batal demi hukum dan tidak memiliki dampak hukum.

Pernyataan itu mengatakan para kepala negara dan pemerintah NAM menuntut penguasa pendudukan Israel mesti mematuhi Resolusi No.497 Dewan Keamanan melalui penarikan penuh dari Dataran Tinggi Golan ke garis 4 Juni 1967, dalam pelaksanaan Resolusi No. 242 dan 338 Dewan Keamanan.




Credit  antaranews.com



Suriah Minta Dewan Keamanan PBB Gelar Pertemuan tentang Golan



Suriah Minta Dewan Keamanan PBB Gelar Pertemuan tentang Golan
Suriah meminta Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan mendadak untuk membahas Dataran Tinggi Golan. Foto/Istimewa


NEW YORK - Suriah menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan mendesak terkait keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.

Dalam sepucuk surat, misi Suriah untuk PBB meminta presiden dewan, yang dipegang Prancis, untuk menjadwalkan pertemuan mendesak guna membahas situasi di Golan Suriah yang diduduki dan pelanggaran baru-baru ini yang melanggar resolusi Dewan Keamanan terkait oleh negara anggota tetap.

Kepresidenan Dewan Keamanan PBB yang dipegang Prancis tidak segera menjadwalkan pertemuan itu dan para diplomat mengatakan akan ada diskusi di dewan tentang permintaan itu seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (28/3/2019).

DK PBB dijadwalkan untuk membahas krisis terbaru pada hari Rabu waktu setempat selama pertemuan tentang memperbarui mandat pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikerahkan antara Israel dan Suriah di Golan, yang dikenal sebagai UNDOF.

Lima negara Eropa yang mempunyai kursi di Dewan Keamanan PBB sebelumnya menolak keputusan Trump dan menyuarakan keprihatinan bahwa langkah AS akan memiliki konsekuensi luas di Timur Tengah.

Dua sekutu terdekat Washington - Inggris dan Prancis - bergabung dengan Belgia, Jerman dan Polandia untuk menyatakan bahwa posisi Eropa tidak berubah dan Golan tetap menjadi wilayah Suriah yang diduduki Israel, sejalan dengan hukum internasional yang diabadikan dalam resolusi PBB.

Penjabat Duta Besar AS Jonathan Cohen mengatakan dalam pertemuan dewan di Timur Tengah bahwa Washington telah membuat keputusan untuk menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Iran.

"Untuk memungkinkan Dataran Tinggi Golan dikendalikan oleh orang-orang seperti rezim Suriah dan Iran akan menutup mata terhadap kekejaman rezim Assad dan memfitnah serta mendestabilisasi kehadiran Iran di kawasan itu," kata Cohen. 


"Tidak mungkin ada perjanjian damai yang tidak memuaskan memenuhi kebutuhan keamanan Israel di Dataran Tinggi Golan," tambahnya.

China dan Rusia berbicara menentang keputusan AS selama pertemuan dewan, seperti halnya Indonesia dan Afrika Selatan, dua negara yang sangat mendukung Palestina, bersama dengan Kuwait, sekutu AS di wilayah tersebut.

Presiden Donald Trump pada hari Senin menandatangani dekrit di mana AS mengakui pencaplokan Israel atas dataran tinggi strategis, meskipun resolusi PBB mengakui Golan sebagai wilayah yang diduduki Israel.

Israel menduduki Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama Perang Arab-Israel 1967 dan terus menduduki sekitar dua pertiga wilayah Dataran Tinggi Golan yang lebih luas sebagai akibat langsung dari konflik.

Pada tahun 1981, Israel secara resmi mencaplok wilayah tersebut, dalam suatu tindakan yang dengan suara bulat ditolak pada saat itu oleh Dewan Keamanan PBB.




Credit  sindonews.com



Putin-Aoun dukung Suriah perangi terorisme

Putin-Aoun dukung Suriah perangi terorisme

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Lebanon Michael Aoun menyampaikan dukungan mereka buat upaya Suriah memerangi terorisme. (SANA - Suriah)



Moskow (CB) - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Lebanon Michael Aoun kembali menyampaikan dukungan negara mereka terhadap upaya Suriah memerangi terorisme.

Mereka juga menegaskan tak ada pengganti bagi penyelesaian politik atas krisis Suriah.

Rusia pada Rabu menyatakan kedua presiden tersebut mengatakan di dalam satu pernyataan bersama yang mereka keluarkan setelah pertemuan mereka di Kremlin pada Selasa (26/3) bahwa Rusia dan Lebanon menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah Suriah dan keduanya berpegang pada prinsip yang dilandasi atas sikap bahwa tak ada pengganti bagi penyelesaian krisis di Suriah melalui cara damai.

Kedua presiden menyampaikan dukungan bagi penyelesaian krisis di Suriah melalui cara diplomatik dengan landasan Resolusi No. 2254 Dewan Keamanan dan keputusan Kongres Dialog Nasional Suriah di Sochi.

Di dalam pernyataan mereka, kedua presiden tersebut menyampaikan dukungan kuat bagi upaya yang dilancarkan oleh Pemerintah Suriah bersama dengan sekutunya dalam memerangi terorisme, terutama Da'esh (ISIS) dan organisasi gerilyawan Jabhat An-Nusra serta organisasi lain yang berafiliasi kepada mereka.

Pernyataan itu memuji keefektifan pertemuan Astana dalam melicinkan jalan buat kondisi yang kondusif bagi dilaksanakannya proses politik untuk menyelesaikan krisis di Suriah.

Kedua presiden tersebut menyerukan dorongan ke arah upaya terpadu untuk menjamin kepulangan semua orang Suriah yang mengungsi ke tempat asal mereka setelah semuanya dibebaskan dari pelaku teror.




Credit  antaranews.com




Jet-jet Israel Lancarkan Serangan Udara Dekat Aleppo



Jet-jet Israel Lancarkan Serangan Udara Dekat Aleppo
Jet-jet Israel melakukan serangan udara ke wilayah utara kota Aleppo. Foto/Ilustrasi/Istimewa


DAMASKUS - Tentara Suriah berhasil mencegat beberapa rudal yang ditembakkan oleh jet Israel selama serangan di zona industri sebelah utara kota Aleppo. Serangan itu hanya menyebabkan kerusakan material saja.

"Agresi Israel menargetkan beberapa posisi di zona industri Sheikh Najar dan sejumlah rudal musuh dijatuhkan," bunyi sebuah pernyataan militer Suriah seperti dikutip dari Reuters, Kamis (28/3/2019).

Para pakar militer mengatakan Aleppo adalah salah satu area utama yang memiliki kehadiran militer pasukan elit Iran, Garda Revolusi, yang kuat di mana Aleppo mendukung milisi lokal selama bertahun-tahun berjuang bersama tentara Suriah untuk mengalahkan gerilyawan.

Israel, yang menganggap Teheran sebagai ancaman terbesarnya, telah berulang kali menyerang sasaran Iran di Suriah dan orang-orang dari milisi sekutu, termasuk Hizbullah Lebanon.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah melakukan "ratusan" serangan selama beberapa tahun terakhir perang Suriah untuk membatasi Iran dan sekutunya Hizbullah.

Dengan pemilu yang semakin dekat, pemerintah Israel telah meningkatkan serangannya di Suriah dan juga mengambil sikap yang lebih keras terhadap Hizbullah di perbatasan dengan Lebanon. 




Credit  sindonews.com




Hizbullah Serukan Perlawanan Atas Langkah AS Terhadap Golan



Hizbullah Serukan Perlawanan Atas Langkah AS Terhadap Golan
Pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyerukan perlawanan terhadap keputusan AS terkait Dataran Tinggi Golan. Foto/Istimewa


BEIRUT - Pemimpin Hizbullah menyerukan "perlawanan" atas keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan satu-satunya pilihan yang tersisa bagi Suriah untuk mengambil kembali tanah mereka - dan bagi rakyat Palestina untuk mencapai hak-hak sah mereka - adalah perlawanan.

Dia menggambarkan langkah Trump sebagai titik balik yang penting dalam sejarah konflik Arab-Israel.

"Keputusan Trump memberikan pukulan telak pada apa yang disebut proses perdamaian di wilayah tersebut, yang dibangun di atas (konsep) tanah dengan imbalan perdamaian," ujarnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (28/3/2019).

Ia juga menyerukan Liga Arab, yang telah menangguhkan keanggotaan Suriah atas penindasan berdarah terhadap protes yang mengarah ke perang, untuk mengambil tindakan pada pertemuan puncak pada akhir bulan nanti di Tunis.

"Blok dengan 21 anggota harus menyerukan penarikan inisiatif perdamaian Arab dari meja perundingan tentang masalah Israel-Palestina," katanya.

Inisiatif, yang lahir pada tahun 2002 di Beirut, menyerukan agar Israel menarik diri dari semua tanah yang didudukinya pada tahun 1967, dengan imbalan normalisasi antara semua negara Arab dan Israel.

Presiden AS Donald Trump pada hari Senin secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas wilayah perbatasan strategis, yang direbut dari Suriah pada tahun 1967. Negara Zionis itu kemudian menganeksasi Golan pada tahun 1981 dalam suatu langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.

Keputusan Trump terhadap Golan memicu kecaman dari Liga Arab, serta beberapa negara regional, termasuk Libanon, Turki, Iran dan Arab Saudi. 

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 orang juga mengecam langkah itu, menyebutnya pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.



Credit  sindonews.com



Hizbullah: AS Mungkin Akan Akui Tepi Barat Milik Israel



Hizbullah: AS Mungkin Akan Akui Tepi Barat Milik Israel
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa Amerika Serikat selanjutnya dapat memilih untuk mengakui kedaulatan Israel atas Tepi Barat, Palestina yang diduduki Tel Aviv. Foto/Istimewa


BEIRUT - Hizbullah memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) selanjutnya dapat memilih untuk mengakui "kedaulatan" Israel atas Tepi Barat, Palestina yang diduduki Tel Aviv. Hal ini, menurut Hizbullah dapat terjadi jika dunia Arab tidak bertindak.

"Ketika seluruh dunia mengizinkan (Presiden AS Donald) Trump untuk mendeklarasikan Yerusalem sebagai Ibu Kota abadi Israel, dan khususnya dunia Arab tetap diam, ini membuka jalan bagi semua pelanggaran AS," kata pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Nasrallah mengatakan, ketika institusi dan hukum internasional gagal untuk melayani agenda Amerika dan kepentingan mereka, AS hanya mengabaikannya dengan secara tidak hormat. Dunia internasional, lanjut Nasrallah, kemudian hanya diam dan menyaksikan AS melanggar semua batas yang ada.

"Apa yang disebut 'komunitas internasional' tidak dapat melindungi hak apa pun dari rakyat apa pun, termasuk kepemilikan tanah dan kedaulatan, mengambil kembali tanah yang ditaklukkan seperti apa yang terjadi di Golan atau apa yang terjadi sebelumnya di Yerusalem," ucapnya.

"Kita harus bersiap-siap Trump mengakui kedaulatan Israel atas Tepi Barat," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir PressTV pada Rabu (27/3).

Dia mengatakan, langkah potensial seperti itu adalah bagian dari kesepakatan abad ini, yang merupakan proposal Washington untuk proses penyelesaian konflik Israel-Palestina. Proposal, yang belum diumumkan secara publik itu, telah ditolak oleh Palestina.

"Mereka dapat mengatakan bahwa rakyat Palestina dapat pergi dan tinggal di Gaza," ungkapnya, membayangkan pengusiran warga Palestina dari Tepi Barat sebagai bagian dari rencana AS. Dia menambahkan bahwa dunia Arab untuk menggunakan "hati nurani" yang tersisa untuk mencegah hal ini. 





Credit  sindonews.com





Rusia: Militan dan White Helmets Siapkan Serangan Kimia Baru di Idlib



Rusia: Militan dan White Helmets Siapkan Serangan Kimia Baru di Idlib
Rusia menuding kelompok militan dan White Helmets menyiapkan serangan kimia baru di Idlib, Suriah. Foto/Ilustrasi/Istimewa


NEW YORK - Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya mengatakan, militan dan White Helmets sedang mempersiapkan serangan kimia baru di Idlib, Suriah.

"Kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham sekarang pada dasarnya mengendalikan 90 persen provinsi, dan para teroris melanjutkan serangan provokatif mereka terhadap pasukan pemerintah," kata Nebenzia.

"Kami sangat prihatin dengan informasi baru yang menyatakan bahwa para pejuang Hayat Tahrir al-Sham dengan dukungan White Helmets yang terkenal sedang mempersiapkan acara-acara baru dengan menggunakan unsur-unsur beracun," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (28/3/2019).

Awal tahun ini, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa White Helmets telah mengerahkan peralatan di beberapa rumah sakit di provinsi Idlib Suriah untuk membuat film serangan kimia false flag dan menyalahkan Damaskus.

Moskow dan Damaskus pada banyak kesempatan menunjukkan bahwa White Helmets telah melakukan sejumlah provokasi di Suriah yang melibatkan penggunaan senjata kimia untuk menyalahkan pemerintah Suriah dan memberi negara-negara Barat pembenaran untuk intervensi di Republik Arab itu.

LSM yang terkenal itu berulangkali tertangkap basah melakukan pementasan dan pembuatan film serangan false flag. April lalu, kelompok itu mempublikasikan rekaman yang menampilkan para dokter di rumah sakit Douma merawat pasien yang menderita serangan kimia oleh Angkatan Darat Suriah.

Laporan-laporan tentang penggunaan bahan-bahan kimia yang diklaim di Ghouta Timur muncul pada 7 April 2018 di beberapa media, mengutip militan di darat.

Sejumlah negara Barat, termasuk Prancis, Amerika Serikat (AS) dan Inggris, dengan cepat menerima klaim tersebut dan langsung menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menjatuhkan bom klorin pada warga sipil. Damaskus dengan keras membantah tuduhan itu, mengecam serangan tersebut sebagai provokasi bertahap untuk membenarkan potensi intervensi asing.

Idlib sendiri adalah salah satu wilayah Suriah terakhir di mana militan, termasuk teroris Jabhat Nusra, masih dilaporkan aktif. Selain itu, banyak militan telah dibawa ke wilayah itu dari daerah lain di bawah kesepakatan dengan pihak berwenang.





Credit  sindonews.com




Rusia Tagih Janji Trump Tarik Pasukan dari Suriah



Rusia Tagih Janji Trump Tarik Pasukan dari Suriah
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


MOSKOW - Rusia balik menyerang Amerika Serikat (AS) saat didesak untuk menarik pasukannya dari Venezuela. Moskow mendesak Washington untuk memenuhi janjinya untuk menarik pasukan di Suriah sebelum memberikan pernyataan tentang tentara Rusia di Venezuela.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, Presiden Donald Trump harusnya terlebih dahulu memenuhi janjinya untuk menarik pasukan AS dari Suriah sebelum menyerukan Rusia untuk "keluar" dari Venezuela.

"Sebelum memberikan saran kepada seseorang untuk pergi dari suatu tempat, Amerika Serikat perlu menerapkan konsepnya sendiri untuk menarik diri, khususnya, dari Suriah. Sebulan telah berlalu. Saya ingin mereka mengklarifikasi apakah mereka telah menarik atau tidak? Sebelum mengambil alih kepentingan sah negara-negara lain, saya akan menyarankan pemerintah AS memenuhi janji yang dibuat kepada masyarakat internasional", kata Zakharova seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (28/3/2019).

Zakharova menyatakan AS memicu kekacauan global dengan langkah-langkah yang kacau dan tak terduga.

Zakharova juga mengatakan bahwa negara-negara Barat bersikap munafik ketika mereka mengklaim bahwa Venezuela membutuhkan bantuan kemanusiaan, tetapi bagaimanapun juga membekukan rekening bank Caracas di seluruh dunia.

"London, struktur perbankan dunia, di bawah tekanan dari Washington, telah membekukan, mencuri USD30 miliar, dan sekarang mereka menawarkan bantuan kemanusiaan, obat-obatan, makanan dengan uang receh milik negara ini. Dan kemunafikan global ini fantastis," kata Zakharova.

Pada hari Sabtu, sekelompok personel militer Rusia tiba di Ibu Kota Venezuela, Caracas, untuk ambil bagian dalam konsultasi dengan para pejabat negara mengenai kerja sama industri pertahanan. Menurut laporan media, sekitar 100 staf militer Rusia tiba di Caracas dengan naik dua pesawat, yang juga mengantarkan 35 ton kargo.

Trump mengatakan pada pertemuan di Gedung Putih pada hari Rabu bahwa Rusia harus keluar dari Venezuela. Ketika ditanya bagaimana hal itu dapat dilakukan, dia menambahkan bahwa semua opsi terbuka. 

Pasukan AS telah beroperasi di Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional untuk memerangi kelompok teroris ISIS selama sekitar lima tahun tanpa izin dari Damaskus atau Dewan Keamanan PBB. Trump mengejutkan sekutunya pada bulan Desember dengan mengumumkan penarikan 2.000 tentara dari Suriah.


Credit  sindonews.com




Rabu, 27 Maret 2019

Keputusan AS Terkait Dataran Tinggi Golan Jalan Menuju Perang



Keputusan AS Terkait Dataran Tinggi Golan Jalan Menuju Perang
Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu memperlihatkan dekrit pengakuan Dataran Tinggi Golan milik Israel. Foto/Istimewa


MOSKOW - Keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel diambil mengkangkangi Dewan Keamanan PBB dan mengabaikan dialog PBB tentang masalah ini. Hal itu dikatakan Ketua Majelis Rendah Rusia, Duma, Vyacheslav Volodin.

"Semua anggota komunitas internasional harus menyuarakan pendapat mereka tentang masalah ini," katanya dalam pertemuan dengan Presiden Libanon Michel Aoun.

"Perkembangan seperti itu dapat mengarah pada situasi di mana semua orang saling bertarung," tegasnya. 

"Aturan kekuatan akan mendominasi. Ini adalah jalan raya menuju perang,” cetusnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (27/3/2019).

Pada hari Senin, Presiden AS Donald Trump menandatangani deklarasi yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang direbut oleh Israel dari Suriah selama Perang Enam Hari 1967 dan secara resmi dianeksasi oleh negara Yahudi pada tahun 1981.

Menanggapi keputusan AS, PBB mengingatkan bahwa Dewan Keamanan PBB dalam resolusi Desember 1981 menyebut pencaplokan Dataran Tinggi Golan Israel batal demi hukum dan tanpa efek hukum internasional dan posisi ini tidak berubah. Rusia, Turki, dan Liga Arab juga mengutuk langkah itu. 




Credit  sindonews.com



Liga Arab: Pengesahan Pendudukan Israel Jadi Arah Kebijakan AS



Liga Arab: Pengesahan Pendudukan Israel Jadi Arah Kebijakan AS
Liga Arab mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Foto/Istimewa


KAIRO - Liga Arab mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Badan yang berbasis di Kairo, Mesir itu kemudian menyebut pengesahan wilayah pendudukan Israel saat ini menjadi arah kebijakan AS.

"Pengumuman Amerika tidak mengubah status hukum Golan dengan cara apa pun. Dataran Tinggi Golan tetap menduduki wilayah Suriah. Semua ini akan dibahas pada KTT (Liga Arab) minggu depan di Tunisia," kata Liga Arab.

"Legitimasi pendudukan (Israel) adalah orientasi baru kebijakan AS, yang telah sepenuhnya kompatibel dengan posisi dan keinginan Israel," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (26/3).

Sebelumnya diwartakan, kemarin Trump resmi menandatangani dekrit yang menyatakan AS mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, pada Senin waktu Washington. Pemimpin Amerika itu mengabaikan kecaman internasional yang menentang pengakuan sepihak soal status wilayah tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di Gedung Putih dan menyaksikan Trump meneken dekrit tersebut. Sebelum penandatanganan, Netanyahu membuat pernyataan pujian kepada Trump, di mana pemimpin Amerika itu dibandingkan dengan sosok kaisar Persia, Cyrus, sebagai pembela heroik orang-orang Yahudi.

Dataran Tinggi Golan sendiri sejatinya adalah wilayah Suriah. Namun diduduki Israel selama Perang Enam Hari 1967. Wilayah itu resmi dianeksasi oleh pemerintah Israel pada tahun 1981 dan difungsikan sebagai pos militer dan pertanian yang strategis.





Credit  sindonews.com



Eropa Tolak Pengakuan Kedaulatan Israel Atas Dataran Golan


Eropa Tolak Pengakuan Kedaulatan Israel Atas Dataran Golan
Ilustrasi Golan. (Dok Israel Tourism)




Jakarta, CB -- Lima negara Eropa yang duduk di Dewan Keamanan PBB, Belgia, Inggris, Prancis, Jerman dan Polandia pada Selasa (26/3) memutuskan untuk menolak keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.

Mereka menyuarakan keprihatinan atas langkah yang diambil Trump tersebut dan bersikukuh bahwa Golan merupakan wilayah Suriah. Menurut mereka, langkah Trump bisa memiliki konsekuensi luas.

"Kami tidak mengakui kedaulatan Israel atas wilayah-wilayah yang diduduki Israel sejak Juni 1967, termasuk Dataran Tinggi Golan, dan kami tidak menganggap mereka sebagai bagian dari wilayah negara Israel," kata Duta Besar Belgia Marc Pesteen de Buytswerve seperti dikutip dari AFP, Rabu (27/3).


Presiden Trump pada Senin (25/3) lalu menandatangani proklamasi berisikan pengakuan AS atas kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan. 

Penjabat Duta Besar AS Jonathan Cohen mengatakan keputusan dibuat untuk menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Iran.

Keputusan tersebut langsung ditentang banyak negara. Rusia dan Cina bahkan sudah berbicara akan menentang keputusan AS tersebut saat pertemuan Dewan PBB.

Tentangan yang sama juga dilakukan oleh Indonesia dan Afrika Selatan, dua negara yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina.

PBB sendiri dijadwalkan akan membahas kebijakan AS atas Dataran Tinggi Golan Rabu (27/3) ini. 



Credit  cnnindonesia.com


Negara Teluk Dukung Suriah Soal Dataran Tinggi Golan


Negara Teluk Dukung Suriah Soal Dataran Tinggi Golan
Latihan militer pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan. (REUTERS/Nir Elias)



Jakarta, CB -- Pihak-pihak yang menentang keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel semakin bertambah. Negara-negara teluk seperti Abi Dhabi hingga Iran menyatakan hal itu sama saja melanggar hukum internasional.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (26/3), protes atas keputusan Trump itu datang dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Kuwait, Libanon, dan Iran. Presiden Iran, Hassan Rouhani, mencibir sikap Trump yang disebut semakin tidak bisa diperkirakan.

"Tidak ada yang bisa membayangkan seseorang di AS datang dan memberikan tanah suatu negara kepada negara lain yang mendudukinya, melawan seluruh hukum dan kesepakatan internasional," kata Rouhani.


Sedangkan Presiden Libanon, Michel Aoun, menganggap keputusan Trump terkait Dataran Tinggi Golan bertentangan dengan hukum internasional.


"Dunia menyaksikan hari yang kelabu," cuit Aoun.

Pemerintah Indonesia turut mengecam langkah Trump yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Kementerian Luar Negeri menyatakan langkah Trump tidak kondusif bagi upaya perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

"Indonesia menolak secara tegas adanya pengakuan kepada Daratan Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel. Pengakuan ini tidak kondusif bagi upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas kawasan," bunyi pernyataan Kemlu RI melalui situsnya.


Indonesia menyatakan tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Suriah, dan saat ini masih dicaplok Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967.

Kemlu RI mengatakan posisi Indonesia tersebut berdasarkan prinsip yang tertuang dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai penghormatan atas kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara.

Status Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari wilayah Suriah juga tertuang dalam sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB seperti Resolusi 242 (1967), 338 (1973) dan 497 (1981).


Israel memang mencaplok Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 silam. Mereka menganeksasi Dataran Tinggi Golan secara efektif pada 1981, tapi tak pernah diakui oleh komunitas internasional.



Credit  cnnindonesia.com





Bahrain Sesalkan Keputusan Trump Soal Dataran Tinggi Golan



Bahrain Sesalkan Keputusan Trump Soal Dataran Tinggi Golan
Bahrain mengaku menyesali keputusan AS yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan dan menyerukan AS untuk menghormati hukum internasional. Foto/Istimewa


MANAMA - Bahrain mengaku menyesali keputusan Amerika Serikat (AS) yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Manama menyerukan AS untuk menghormati hukum internasional.



"Kementerian Luar Negeri Bahrain menegaskan kembali posisinya bahwa Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Arab dan Suriah, diduduki oleh Israel sejak Juni 1967, seperti yang dikonfirmasi oleh resolusi Dewan Keamanan PBB," kata kementerian itu, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (26/3).

Sebelumnya, kecaman dan penolakan juga telah disampaikan oleh sejumlah negara. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri menegaskan menolak keputusan yang dibuat oleh Amerika Serikat (AS) terkait dengan Dataran Tinggi Golan.


"Indonesia tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah kedaulatan Republik Suriah, yang saat ini diduduki Israel pasca perang 1967," kata Kemlu RI.



Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyatakan Moskow menyayangkan keputusan yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump itu. Dia menyebut langka Trump untuk menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan dapat memperburuk situasi di Timur Tengah. 


Sementara itu, Turki menyebut keputusan merupakan pelanggaran berat hukum internasional, khususnya Resolusi 497 Dewan Keamanan PBB tahun 1981.



"Ini menunjukkan bahwa Pemerintah AS melanjutkan pendekatannya untuk menjadi bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi di Timur Tengah," kata Kementerian Luar Negeri Turki.



Credit  sindonews.com





Indonesia Kecam AS Soal Klaim Golan Wilayah Israel


Indonesia Kecam AS Soal Klaim Golan Wilayah Israel
Ilustrasi gedung Kementerian Luar Negeri Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)




Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia turut mengecam langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Kementerian Luar Negeri menyatakan langkah Trump tidak kondusif bagi upaya perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

"Indonesia menolak secara tegas adanya pengakuan kepada Daratan Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel. Pengakuan ini tidak kondusif bagi upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas kawasan," bunyi pernyataan Kemlu RI melalui situsnya pada Selasa (26/3).

Indonesia menyatakan tetap mengakui Dataran tinggi Golan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Suriah, dan saat ini masih dicaplok Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967.


Kemlu RI mengatakan posisi Indonesia tersebut berdasarkan prinsip yang tertuang dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai penghormatan atas kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara.

Status Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari wilayah Suriah juga tertuang dalam sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB seperti Resolusi 242 (1967), 338 (1973) dan 497 (1981).

Sejumlah resolusi itu mencakup penolakan terhadap perolehan suatu wilayah yang dilakukan secara paksa, penarikan mundur pasukan Israel dari Dataran Tinggi Golan, penolakan terhadap yurisdiksi hukum Israel atas Dataran Tinggi Golan, penegasan bahwa langkah Israel untuk menduduki Dataran Tinggi Golan adalah tidak sah dan tidak memiliki dampak hukum internasional.

"Indonesia mendesak masyarakat internasional untuk terus menghormati hukum internasional dan piagam PBB serta tetap berpedoman kepada Resolusi PBB terkait dalam mendorong proses perdamaian di kawasan Timur Tengah."


Pernyataan itu diutarakan Indonesia menyusul langkah Trump yang secara sepihak mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Pengakuan itu disampaikan Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington pada Senin (25/3) kemarin.

Dengan tersenyum, Netanyahu menyaksikan langsung saat Trump menandatangani dokumen deklarasi tersebut di Gedung Putih.

"Keputusan Anda untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan sangat bersejarah," ujar Netanyahu kepada Trump.

Israel memang mencaplok Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 silam. Mereka menganeksasi Dataran Tinggi Golan secara efektif pada 1981, tapi tak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Netanyahu disebut telah lama mendorong AS mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayahnya.

Pada Jumat pekan lalu, Trump akhirnya mengumumkan rencananya itu melalui akun Twitter pribadinya.

Suriah dan sejumlah negara di Timur Tengah lainnya pun mengecam rencana Trump mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Mereka menganggap hal tersebut melanggar hukum internasional.

Kini, sejumlah negara, termasuk Rusia, langsung memperingatkan Trump bahwa langkah AS justru akan menyulut konflik lebih besar di Timur Tengah.

Arab Saudi, Kuwait, dan Bahrain juga menentang langkah Trump itu.




Credit  cnnindonesia.com