Mengenang John Lennon (Peter Macdiarmid/Getty Images)
Jakarta, CB --
Senin, 8 Desember 1980 malam, setelah menjalani sesi rekaman lagu
Walking On Thin Ice, John Lennon dan istrinya Yoko Ono kembali ke apartemen eksklusif mereka di Dakota, New York.
Nahas,
begitu melangkah keluar dari limusin, Lennon ditembak mati. Pentolan
The Beatles itu ditembak beberapa kali di bagian dada dari jarak dekat
oleh orang tak dikenal (belakangan diketahui bernama Mark David
Chapman). Yoko berteriak histeris meminta pertolongan.
Dengan
tubuh yang berlumuran darah, Lennon segera dibawa menggunakan mobil
polisi menuju ke Rumah Sakit Roosevelt untuk mendapatkan pertolongan.
Malang, nyawanya tak dapat diselamatkan. Ia menghembuskan napas terakhir
sesaat setelah tiba di ruang gawat darurat.
Dokter menyebutkan,
Lennon mengalami pendarahan luar biasa di bagian dada. Paru-paru bagian
kirinya terluka cukup parah. Lennon kehilangan banyak darah akibat
penembakan tersebut.
"Kami sudah mencoba menyelamatkannya. Kami
membuka dadanya dan memompa jantungnya, tetapi ia sudah sekarat saat
polisi membawanya ke rumah sakit," ucap Dr Stephen Lynn, dokter yang
menangani Lennon. Jenazah pria kelahiran Liverpool, 9 Oktober 1940 itu
lalu dibawa ke Rumah Sakit Belleuve untuk diotopsi.
Peristiwa
tragis itu berlangsung begitu cepat. Dalam sekejap, musisi legendaris
itu meninggalkan ribuan penggemarnya di seluruh dunia. Lennon tiba di
rumah sakit beberapa menit jelang pukul 11 malam dan dinyatakan
meninggal pada jam 23.07 waktu setempat.
Pembunuh John LennonSeorang
pria diamankan dari TKP beberapa menit setelah peristiwa itu. Pria
tersebut diidentifikasi sebagai Mark David Chapman (25). Menurut
kepolisian setempat, Chapman digambarkan sebagai orang gila yang sering
berkeliaran di sekitar lokasi itu.
Chapman, yang berasal dari
Hawaii, diketahui terlihat di sekitar Dakota selama beberapa jam sebelum
penembakan terjadi. Ia juga dilaporkan sempat memburu tanda tangan
Lennon beberapa kali dalam empat hari sebelum penembakan.
Seorang
saksi mata bernama Sean Strub mengaku melihat dengan mata kepalanya
sendiri, Chapman tengah mondar-mandir di sekitar TKP dan meninggalkan
pistol di lokasi. Polisi mengatakan mereka lantas menemukan sepucuk
pistol revolver kaliber 38 di lokasi kejadian.
Menurut penuturan
Strub, Chapman berbadan gemuk dan mengenakan jaket berwarna cokelat. "Ia
hampir mempunyai seringai di wajahnya," kata Strub.
Cerita
serupa juga terlontar dari mulut Nina McFadden. Ia tinggal cukup dekat
dari lokasi kejadian naas itu. Sesaat setelah mendengar suara tembakan,
Nina melihat sosok pria yang tak lain adalah Chapman, berjalan
mondar-mandir dan melemparkan jaketnya ke tanah.
"Saya melihat
mereka (John Lennon dan Yoko Ono) melangkah keluar dari limusin. Mereka
berjalan ke arah gerbang (apartemen) lalu saya mendengar sekitar empat
tembakan, suaranya sangat memekakkan telinga," katanya.
"Saat itulah saya melihat seorang pria dengan pistol dan menjatuhkan pistol ke tanah," ujar Nina menambahkan.
Lennon
meninggal dalam kesunyian, tak seramai pemberitaan tentang dirinya
semasa hidup. James Moran, polisi yang mengemudikan mobil yang
membawanya ke rumah sakit mengatakan, tak ada kata-kata terakhir apapun
yang terucap dari mulut seorang Lennon.
Lennon juga meninggal tepat tiga minggu setelah merilis album solonya bersama Yoko Ono,
Double Fantasy (1980).
Credit
CNN Indonesia