TOKYO
- Washington dan Tokyo sedang berupaya mengembangkan radar baru untuk
sistem pertahanan rudal Aegis yang dipasang pada kapal-kapal perang
Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Sumber diplomatik Jepang
mengungkapkan proyek radar itu kepada kepada kantor berita Kyodo, hari Minggu.
Diplomat
yang menolak disebutkan namanya itu mengatakan radar baru itu bertujuan
untuk melawan senjata baru, termasuk rudal jelajah hipersonik yang
sedang dikembangkan oleh China dan Rusia. Menurut sumber tersebut,
koordinasi pada proyek telah memasuki tahap akhir.
Jepang, menurut laporan Kyodo yang dikutip Sputnik,
Senin (18/3/2019), menggunakan usaha patungan sebagai sarana untuk
memperkuat pertahanannya terhadap kemungkinan serangan dari Korea Utara,
yang Tokyo anggap sebagai ancaman yang layak terhadap keamanan
nasional.
Sementara
itu, keputusan Jepang untuk bergabung dengan proyek ini telah
menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat dilihat sebagai pemicu
perlombaan senjata baru antara negara-negara adidaya dunia.
Saat
ini, kapal-kapal perang AS mengandalkan sistem radar AN/SPQ-9B, yang
diklaim mampu mendeteksi ancaman-ancaman rudal yang terbang rendah.
Namun, sistem ini menggunakan radar yang berputar tradisional, yang
secara inheren rentan terhadap bintik-bintik buta.
Masih menurut
Kyodo, satu unit sistem AN/SPQ-9B berharga sekitar USD4,1 juta.
Sedangkan sistem baru kemungkinan akan jauh lebih mahal.
Sistem
baru akan menjadi radar yang tidak berputar, yang menyediakan cakupan
360 derajat secara konstan. Sistem itu akan digunakan bersama dengan
sistem lain, AN/SPY-6, yang berspesialisasi dalam target ketinggian
tinggi dan dijadwalkan akan dikirimkan mulai tahun 2020.
Aegis adalah sistem pertahanan rudal utama maritim yang awalnya dikembangkan oleh Missile and Surface Radar Division of RCA Corporation dan saat ini diproduksi oleh Lockheed Martin.
Pada
tahun 2016, AS meluncurkan versi berbasis darat stasioner pertama, yang
disebut Aegis Ashore, di Rumania. Rusia telah berulang kali mengutuk
pengerahan sistem pertahanan rudal Aegis Ashore di negara-negara dekat
perbatasan Rusia, karena dapat dengan mudah digunakan untuk peluncuran
rudal ofensif.
TOKYO
- Amerika Serikat (AS) telah mengirim pesawat pembom B-52 di dekat
pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan. Demikian
pernyataan yang dikeluarkan Pasukan Udara Pasifik AS, PACAF, pada Kamis.
Ini merupakan misi kedua di atas jalur air yang disengketakan dalam 10
hari terakhir.
PACAF dalam pernyataannya mengatakan bahwa kedua
pesawat B-52 itu lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Andersen di
wilayah pulau AS di Guam, dan berpartisipasi dalam "misi pelatihan
rutin."
"Pesawat AS secara teratur beroperasi di Laut Cina
Selatan untuk mendukung sekutu, mitra, dan Indo-Pasifik yang bebas dan
terbuka,” bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari Japan Times, Jumat (15/3/2019).
Pesawat
B-52 yang terlibat dalam misi tersebut adalah bagian dari kehadiran
pesawat pembom berkelanjutan Angkatan Udara AS yang berbasis di Guam.
Sejak 2004, AS telah merotasi pesawat pembom jarak jauh B-1, B-52 dan
B-2 dari Guam untuk melakukan misi pelatihan di Asia.
Sejalan
dengan apa yang disebut oleh Angkatan Laut AS sebagai operasi kebebasan
navigasi, di mana telah berlayar di dekat pulau-pulau yang disengketakan
yang diklaim oleh China di Laut Cina Selatan, misi angkatan udara
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa wilayah itu juga merupakan wilayah
udara internasional.
Beijing telah membangun serangkaian pos
militer di Laut Cina Selatan, mencakup jalur laut vital yang
menghasilkan sekitar USD3 triliun setiap tahunnya melalui lalu lintas
kapal perdagangan dunia.
Washington
dan Beijing sering berkutat dengan militerisasi Laut Cina Selatan,
tempat China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina memiliki
klaim.
AS tidak mempertahankan klaim apa pun di wilayah itu,
tetapi mengatakan operasi dilakukan secara global dengan tujuan
kebebasan navigasi.
Kepala Komando Indo-Pasifik AS Laksamana
Philip Davidson minggu lalu mengatakan bahwa AS telah mengamati
peningkatan aktivitas militer China di wilayah Laut Cina Selatan selama
setahun terakhir.
Davidson menolak untuk mengukur peningkatan aktivitas. Ia juga tidak
akan mengatakan apakah jumlah patroli kebebasan navigasi akan meningkat
atau tetap.
"Itu membangun, tidak mengurangi arti kata," kata
Davidson seperti dikutip di Singapura pada 7 Maret lalu ketika ditanya
tentang kegiatan militer China di jalur perairan itu.
"Ada lebih
banyak aktivitas dengan kapal, pesawat tempur dan pembom selama setahun
terakhir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tentu saja," tukasnya.
WASHINGTON
- Militer Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis menuduh China
meningkatkan aktivitas militernya di Laut China Selatan sepanjang tahun
2018. Tuduhan ini dilontarkan komandan Komando Indo-Pasifik Amerika
Serikat Laksamana Philip Davidson.
"Itu membangun, tidak
mengurangi dalam arti kata apa pun. Ada lebih banyak aktivitas dengan
kapal, pesawat tempur dan (pesawat) pembom selama tahun lalu daripada
tahun-tahun sebelumnya, tentu saja," kata Davidson.
Dia
berpendapat bahwa aktivitas ini menimbulkan bahaya bagi perdagangan
global. "(Bagi) aktivitas komersial dan keuangan yang mengalir pada
kabel di bawah Laut China Selatan," ujarnya, dikutip Sputnik, Jumat (8/3/2019).
Davidson
menolak untuk menjelaskan apakah jumlah patroli kebebasan navigasi AS
akan meningkat sehubungan dengan peningkatan aktivitas China di wilayah
tersebut.
Pada saat yang sama, dia menekankan upaya Washington untuk tetap menyuarakan AS sebagai kekuatan Pasifik yang abadi.
Pernyataannya
itu disampaikan setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua
Chunying menyalahkan kapal-kapal militer AS karena memasuki perairan di
dekat Kepulauan Spratly secara ilega. Kepulauan Spratly di Laut China
Selatan dianggap Beijing sebagai kedaulatannya yang tak terbantahkan.
Hua
menekankan bahwa Beijing menghormati kebebasan bernavigasi di Laut
China Selatan, tetapi tidak akan mentoleransi penggunaan kebebasan
tersebut sebagai dalih untuk merusak kedaulatan dan keamanan negara.
"Kami
sangat mendesak pihak AS untuk segera menghentikan tindakan-tindakan
provokatif ini. Pihak China akan mengambil semua langkah yang diperlukan
untuk secara tegas mempertahankan kedaulatan dan keamanannya serta
stabilitas di Laut China Selatan," ujar Hua.
Menurut Beijing, dua
kapal perusak Angkatan Laut AS berlayar di dekat Kepulauan Spratly
tanpa izin dari pemerintah China pada awal Februari. Kapal-kapal China
mengeluarkan peringatan kepada kapal-kapal perang AS tersebut dan
menuntut agar mereka segera meninggalkan wilayah itu.
Beijing mengendalikan sebagian besar pulau dan terumbu karang di Laut
China Selatan, dan sedang membangun sejumlah pulau buatan dalam upaya
untuk lebih menopang klaimnya yang dipertanyakan oleh Filipina, Brunei,
Malaysia, Vietnam, dan Taiwan.
Beijing bersikeras untuk
merundingkan masalah ini di tingkat regional, sementara AS telah
memprakarsai misi kebebasan navigasi laut untuk menentang klaim China.
SEOUL
- Pemerintah Korea Utara (Korut) mengecam latihan perang gabungan
Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) yang sedang berlangsung.
Pyongyang menyebutnya sebagai "tantangan terbuka" terhadap upaya menuju
perdamaian di Semenanjung Korea.
Pada hari Sabtu pekan lalu, AS
dan Korea Selatan sepakat untuk mengganti dua latihan perang tahunan
utama—Key Resolve dan Foal Eagle—dengan latihan "Dong Maeng" atau
"Alliance" yang lebih singkat, yang dimulai minggu ini.
"Langkah-langkah
buruk dari otoritas militer Korea Selatan dan AS adalah pelanggaran
sembrono terhadap pernyataan bersama DPRK-AS (di Singapura) dan
deklarasi Korea Utara-Korea Selatan di mana penghilangan permusuhan dan
ketegangan dilakukan," tulis kantor berita pemerintah Korut, KCNA, yang dikutip Al Jazeera, Jumat (8/3/2019).
Ada
hampir 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan. Latihan
perang tahunan tentara AS dengan puluhan ribu tentara Korea Selatan
selama ini membuat Korea Utara marah. Rezim Pyongyang selalu mengutuk
manuver gabungan itu sebagai latihan provokatif untuk menginvasi Korea
Utara.
Namun, setelah pertemuan puncak pertama antara Presiden AS
Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura tahun
lalu, Trump mengangkat alis pada konferensi pers ketika dia mengatakan
Washington akan menunda latihan perang gabungan AS dengan Korea Selatan.
Kedua pemimpin juga menandatangani perjanjian yang tidak jelas tentang denuklirisasi Semenanjung Korea.
Gejolak
terbaru di Semenanjung Korea ini terjadi hanya beberapa hari setelah
Trump dan Kim Jong-un mengadakan pertemuan puncak atau KTT kedua di
Hanoi, Vietnam. Pertemuan ini berakhir dengan kegagalan, di mana tak ada
kesepakatan atau perjanjian yang diteken kedua pihak terkait
denuklirisasi Semenanjung Korea.
Setelah
kebuntuan dari KTT di Hanoi, para peneliti menyatakan bahwa Pyongyang
sedang membangun kembali situs peluncur rudal jarak jauh Sohae. Padahal,
pada tahun lalu Kim Jong-un sepakat untuk membongkarnya sebagai bagian
dari langkah-langkah membangun kepercayaan.
Surat kabar Korea Selatan, JoongAng Ilbo dan Donga Ilbo,
mengutip para legislator yang diberi pengarahan oleh Badan Intelijen
Nasional (NIS) negara itu mengatakan pergerakan kendaraan kargo
baru-baru ini terlihat di sekitar sebuah pabrik di Sanumdong di
Pyongyang, yang memproduksi rudal balistik antarbenua pertama Korea
Utara yang mampu mencapai wilayah Amerika Serikat.
JoongAng Ilbo juga melaporkan bahwa Korea Utara terus
mengoperasikan fasilitas pengayaan uraniumnya di kompleks nuklir utama
Yongbyon. Tetapi laporan itu bertentangan dengan laporan dari hari
sebelumnya bahwa tidak ada kegiatan yang berlangsung di sana sejak akhir
tahun lalu, yang sinkron dengan temuan dari pengawas atom PBB.
Joel
Wit, seorang ahli proliferasi Korea Utara yang membantu bernegosiasi
dengan Korea Utara pada pertengahan 1990-an, mengatakan laporan tentang
aktivitas di situs Sohae adalah cara Kim Jong-un untuk menunjukkan bahwa
ia menjadi tidak sabar dengan kurangnya kemajuan dalam negosiasi.
"Kita
harus menonton untuk melihat apa yang terjadi lagi," kata Wit. "Ini
adalah fasilitas peluncuran luar angkasa dan telah digunakan untuk
mengirim satelit ke luar angkasa. Masalahnya adalah beberapa teknologi
(dengan roket) adalah sama," ujarnya.
LONDON
- Kapal perang Rusia, Admiral Gorshkov, yang dilengkapi senjata pembuat
pasukan musuh mengalami halusinasi, muntah dan buta untuk sementara,
telah melewati Selat Inggris bersama tiga kapal militer lainnya. Kapal
militer Inggris pun menguntit rombongan kapal perang Moskow tersebut.
Senjata
yang terpasang pada kapal Admiral Gorshkov itu adalah Filin 5P-42.
Senjata yang tak mematikan ini digambarkan sebagai senjata "interferensi
optik visual", yang memicu pasukan musuh mengalami halusinasi hingga
muntah.
Lalu lalang Admiral Gorshkov dan rombongannya di Selat
Inggris berlangsung hari Selasa lalu. Inggris mengirim kapal militer
Angkatan Laut, HMS Defender, untuk membuntuti rombongan kapal Moskow
itu.
Ruselectornics,
yang membuat sistem Fillin, membenarkan bahwa senjat tersebut sudah
dipasang di kapal Admiral Gorshkov dan Admiral Kasatonov.
Filin
5P-42 pernah diuji pada sukarelawan beberapa waktu yang lalu, yang
bertujuan untuk menjangkau target yang dilindungi oleh senjata tersebut,
senapan sniper, senapan serbu dan senapan mesin. Semua
sukarelawan mengalami kesulitan dalam mengarahkan senjatanya dan tidak
dapat melihat target di mana mereka menembak.
Hampir setengah
dari subjek tes, 45 persen, mengatakan mereka mengalami pusing, mual dan
perasaan disorientasi. Kemudian 20 persennya mengalami halusinasi dan
menggambarkan "bola cahaya bergerak di depan mata."
Angkatan
Laut Inggris membenarkan bahwa kapal HSM Defender memantau rombongan
kapal perang Rusia."HMS Defender yang berbasis di Portsmouth sedang
memantau kelompok tugas Rusia dan melacak aktivitas mereka di bidang
kepentingan nasional," kata Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Menteri Negara Urusan Angkatan Bersenjata Mark Lancaster mengatakan; "Angkatan Laut Kerajaan selalu siap untuk membela Inggris."
"Kami
akan terus bekerja dengan sekutu kami untuk membayangi kapal-kapal
Rusia yang melewati perairan internasional dekat pantai kami, untuk
memastikan angkatan laut Rusia mengikuti protokol yang benar dalam
perjalanannya," ujarnya.
Mengutip BBC, Kamis (7/3/2019), HMS Defender meninggalkan
Newcastle pada hari Sabtu untuk menuju timur laut Skotlandia guna
membuntuti kelompok kapal perang Rusia. Rombongan kapal Moskow itu
melintasi garis pantai Inggris pada hari Selasa, dan akan terus
dibayangi kapal militer London ketika melewati Selat Inggris.
"Keamanan
laut di sekitar garis pantai kami tetap penting bagi kepentingan
nasional kami," kata Komandan HMS Defender, Richard Hewitt. "Mengawal
Admiral Gorshkov telah menunjukkan komitmen abadi Angkatan Laut Kerajaan
Inggris untuk melindungi perairan rumah kami dan kesiapan untuk
melakukan penugasan semacam itu kapan pun diperlukan."
MOSKOW
- Sebuah jet tempur Su-27 Rusia berhasil mencegat dan mengawal sebuah
pesawat mata-mata RC-135 Amerika Serikat (AS) di atas perairan Laut
Baltik, dekat perbatasan negara itu. Hal itu diungkapkan Kementerian
Pertahanan Rusia dengan merilis video pendek insiden tersebut.
Seperti disitir dari RT,
Kamis (7/3/2019), diambil dari kokpit pesawat tempur super manuver
Rusia, video insiden tersebut menunjukkan pesawat jet Su-27 mendekati
pesawat dengan aman dari belakang dan menyejajarkannya. Pesawat itu
diidentifikasi sebagai pesawat pengintai RC-135. Kapan tepatnya insiden
itu terjadi tidak diungkapkan.
Kementerian Pertahanan Rusia hanya
menyatakan bahwa jet Su-27 yang sedang bertugas untuk mengidentifikasi
asal target dan mencegatnya di atas Laut Baltik.
"Jet
Su-27 kembali dengan selamat ke pangkalannya setelah pesawat asing
terbang jauh dari perbatasan Rusia," seperti disitir dari Sputnik.
Jumlah
jet militer asing yang menyelinap di dekat perbatasan Rusia telah
tumbuh secara drastis dalam beberapa tahun terakhir. Angkatan Udara
Rusia sering menerbangkan jet tempur mereka untuk mencegat dan
mengawalnya pergi.
Insiden terbaru sebelum insiden dengan RC-135
dilaporkan terjadi pada akhir Januari lalu. Ketika itu militer Rusia
mengatakan bahwa sebuah jet tempur Su-27 terbang untuk mengidentifikasi
dan mencegat sebuah pesawat pengintai milik Swedia.
Aksi Rusia ini kerap mendapat kritik dari AS dan negara-negara NATO lainnya. Keduanya menyebut sikap Moskow tidak profesional.
LONDON
- Angkatan Udara Kerajaan (RAF) Inggris mengklaim pemboman
pesawat-pesawat jet tempurnya di Suriah dan Irak telah membunuh 4.012
militan ISIS dan hanya menewaskan satu warga sipil. Data itu berasal
dari Kementerian Pertahanan negara tersebut.
Penelitian dari
badan amal Action on Armed Violence (AOAV) memperoleh data tersebut di
bawah undang-undang kebebasan informasi yang melacak serangan bom RAF
dari September 2014 hingga Januari 2019.
AOAV telah menyatakan
skeptis bahwa RAF berhasil melindungi warga sipil meski mengklaim
berhasil menewaskan ribuan petempur musuh.
Direktur
eksekutif badan amal tersebut, Ian Overton, mengatakan; "Klaim RAF atas
rasio satu korban sipil terhadap 4.315 musuh harus menjadi rekor dunia
dalam konflik modern. Namun sedikit ahli konflik percaya itu benar."
Angka 4.315 tersebut termasuk mereka yang terluka dan juga yang terbunuh.
Inggris
berada di garis depan Koalisi Global dari 79 negara yang memerangi
jaringan teroris ISIS melalui aksi militer. Setelah Amerika Serikat,
Inggris melakukan serangan udara terbanyak.
Data
Kementerian Pertahanan menunjukkan bahwa dari 4.315 kombatan yang tewas
maupun terluka, 75 persennya berada di Irak. Kemudian 25 persen lainnya
berada di Suriah.
Menurut analisis AOAV, sebagian besar serangan RAF terhadap Mosul dan Raqqa—bekas benteng ISIS— ditujukan pada bangunan.
Badan
amal itu melanjutkan, mayoritas serangan udara juga menanggapi
peristiwa yang terjadi di darat dan meningkatkan risiko bagi warga
sipil.
RAF mengatakan kepada badan amal tersebut bahwa angka itu baru
dikeluarkan, tetapi hanya bisa menjadi perkiraan, mengingat Inggris
tidak memiliki kehadiran di lapangan untuk menilai serangan.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan kepada The Guardian,
Jumat (8/3/2019), telah menjelaskan metodologi untuk menghasilkan data
serangan tersebut. "Setelah setiap serangan udara Inggris, kami
melakukan penilaian kerusakan pertempuran secara terperinci, yang
memeriksa secara menyeluruh hasil serangan terhadap sasarannya, baik itu
petempur, senjata, atau pangkalan Daesh (ISIS)," kata juru bicara itu
tanpa disebutkan namanya.
“Penilaian ini juga melihat dengan
sangat hati-hati apakah ada korban sipil atau kerusakan infrastruktur
sipil atau tidak," lanjut dia.
Kapal selam INS Kalvari dari India buatan Prancis. Zeenews/Twitter Indian Navy
CB, New Delhi – Pemerintahan Perdana Menteri India,
Narendra Modi, telah memerintahkan produksi kapal selam kelas Scorpene
bernama INS Kalvari pada 2017. Modi menyebut ini merupakan sebagai
proyek “Made in India” atau “Buat di India”, yang menjadi program
pemerintah untuk meningkatkan pertahanan tanpa menggantungkan diri pada
suplai senjata dari negara lain.
Baru-baru ini, seperti dilansir CNN,
pemerintah Paksitan menyebut telah mencegat salah satu kapal selam
India, yang mencoba masuk ke dalam wilayahnya. Pakistan juga menampilkan
sejumlah gambar di permukaan laut dari kapal selam itu.
Berikut ini beberapa hal mengenai salah satu kapal selam INS Kalvari,
yang diandalkan New Delhi, untuk memperkuat barisan pertahanannya
seperti dilansir Economic Times:
Mesin
Kapal
selam ini bermesin diesel listrikdan dibuat oleh perusahaan Prancis
DCNS. Kapal memiliki bobot sekitar 1.565 ton, yang namanya mengacu pada
hewan predator di laut India.
Kapal Selam INS Kalvari dari India buatan Prancis. Youtube
Siluman
Kapal
selam ini memiliki fitur siluman yang membuatnya sulit terdeteksi oleh
kapal selam musuh. Ini karena konstruksinya dilengkapi dengan teknologi
akustik sehingga aktivitas kapal tidak menghasilkan banyak bunyi.
Bentuknya juga dibaut hydro-dynamic agar mudah bermanuver di dalam air.
Kapal ini juga dilengkapi dengan rudal terpandu presisi, yang membuatnya
berbahaya bagi kapal selam atau kapal laut musuh.
Kecepatan
Kapal selam India ini
memiliki kecepatan 20 knot dan dilengkapi dengan rudal SM-39 Exocet dan
torpedo permukaan dan bawah laut. Kapal selam ini menjalani uji coba
selama 120 hari sebelum mulai beroperasi. India memesan 6 kapal selam
kelas scorpene dari Prancis. Kapal selam lama India berasal dari Rusia
sebanyak 13 unit, yang mulai beroperasi pada 1967.
CALIFORNIA
- Dua pesawat jet tempur F/A 18 bertabrakan di pangkalan Korps Marinir
Amerika Serikat (AS) di California. Insiden ini telah dikonfirmasi juru
bicara Sayap Pesawat Marinir ke-3, Letnan Satu Fredric Walker.
Walker mengatakan kepada Marine Times
pada hari Selasa bahwa para pilot mengeluarkan diri dari pesawat mereka
dan mendarat dengan selamat setelah "insiden udara" atas Pusat
Pertempuran Korps Marinir Twentynine Palms di California selatan selama
pelatihan pada 28 Februari.
"Tidak ada personel yang terluka," kata Walker, yang dilansir Sputnik, Rabu (6/3/2019).
Kedua
pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut ditugaskan ke Sayap
Pesawat Marinir ke-3. Pejabat militer setempat tidak memberikan rincian
tentang kerusakan akibat tabrakan dua jet tempur tersebut.
Namun,
kecelakaan itu diklasifikasikan sebagai insiden Kelas A, yang berarti
bahwa pesawat tersebut mengalami masalah signifikan yang akan
membutuhkan biaya lebih dari USD2 juta untuk memperbaikinya.
Insiden
ini adalah kecelakaan penerbangan besar kedua bagi Korps Marinir
sepanjang tahun ini. Pada 5 Januari lalu, sebuah pesawat Harrier AV-8B
rusak setelah terkena tali pengikat bahan bakar.
Pada awal
Desember 2018, kecelakaan mematikan terjadi di lepas pantai Jepang, di
mana enam marinir AS tewas setelah pesawat KC-130 bertabrakan dengan
F/A-18.
MOSKOW
- Rusia mengumumkan sistem pertahanan rudal canggih S-500 dan S-350
segera memasuki layanan tempur angkatan bersenjata Moskow. Media
setempat mengutip sumber militer Moskow mengklaim kedua sistem rudal itu
akan menjadi momok bagi pesawat jet tempur siluman F-35 dan F-22
Amerika Serikat (AS) karena bisa menjatuhkan dua jenis pesawat itu dari
jarak ratusan mil.
Komandan Akademi Dirgantara Zhukov, Letnan
Jenderal Vladimir Lyaporov, mengumumkan persiapan peluncuran senjata
pertahanan terbaru Rusia itu dalam sebuah wawancara yang diterbitkan
surat kabar Krasnaya Zvezda pada hari Jumat.
Pada tahun
2019, kelompok perwira pertama akan menyelesaikan kursus pelatihan untuk
menggunakan S-500, sebuah sistem rudal jarak jauh yang akan membentuk
tulang punggung sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal yang
terintegrasi.
"Saya
ingin mencatat bahwa pada tahun 2019, kelompok perwira pertama akan
menyelesaikan kursus akademi untuk menggunakan sistem S-500. Sistem
belum masuk layanan, tetapi kami berharap mereka akan melakukannya dalam
waktu dekat," katanya, yang dilansir kantor berita TASS, Sabtu (2/3/2019).
"Pada akhir tahun, (angkatan bersenjata) pusat diharapkan menerima sistem S-350 Vityaz pertama," lanjut jenderal tersebut.
Sebelumnya,
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pengiriman sistem
S-500 kepada pasukan Rusia akan dimulai pada tahun 2020. Tergantung pada
jenis rudal yang dilengkapi, sistem itu akan mampu menembak jatuh kedua
target di udara, seperti pesawat tempur, drone, dan rudal balistik.
Media-media
Barat sebelumnya melaporkan bahwa sistem pertahanan rudal canggih Rusia
itu berhasil mencapai target sejauh 481,2 km, atau melampaui rekor
sebelumnya yakni 80 km. Pada Mei tahun lalu, sumber-sumber intelijen
Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Rusia telah menggunakan S-500 dalam
sebuah tes untuk menyerang target pada jarak 299 mil, sekitar 50 mil
lebih jauh dari serangan sebelumnya yang diketahui.
S-350
Vityaz dirancang untuk mempertahankan fasilitas administrasi dan
militer yang penting dari serangan udara. Senjata pertahanan ini
beroperasi secara otomatis dan tim menyebarkan dan mengendalikan
senjata.
Sistem S-350 yang terdiri dari pos komando 50K6E, radar
multifungsi 50N6E dan peluncur 50P6E dengan setiap peluncur dirancang
untuk menembakkan 12 rudal 9M96E2. Secara bersamaan sistem ini dapat
menembakkan 16 target udara atau 12 target balistik. Jangkauan maksimum
adalah 60 km dan ketinggian 30 km. Waktu penyebaran adalah lima menit.
Awak yang mengoperasikannya terdiri dari tiga orang.
CB, Jakarta - Dua negara nuklir, India dan Pakistan mulai terlibat pertempuran darat di Kashmir, sehari setelah pembebasan pilot tempur India yang ditahan Pakistan.
Sejak kemerdekaan keduanya apda 1947, India dan Pakistan terlibat konflik terutama di wilayah Himalaya, Kashmir.
Dua
negara terlibat beberapa perang besar dan yang terakhir terjadi pada
1999, menewaskan ribuan orang di garis perbatasan Kashmir yang dikenal
Line of Control (LoC).
Sehabis pertempuran itu, kedua negara mulai membangun kekuatan militernya.
Sepuluh tahun setelahnya, militer India kini melampau Pakistan dalam jumlah pesawat tempur, tentara, tank dan helikopter.
Menurut
laporan CNN, 3 Maret 2019, yang mengutip data SIPRI, belanja militer
India melampaui Pakistan dan mencapai US$ 64 miliar (Rp 903 triliun)
berbanding US$ 11 miliar (Rp 155 triliun).
India memiliki sekitar 3 juta personel militer, sementara Pakistan meiliki 1 juta personel.
Namun
India mesti membagi pasukannya ke wilayah timur lautnya yang berbatasan
dengan Cina. Pada 1962, India dan Cina pernah bertempur di perbatasan,
dan konflik terakhir terjadi di Doklam pada 2017.
Pasukan
militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan
Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di
perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019.
Perdana Menteri Pakistan mengatakan pilot India akan dibebaskan pada
hari Jumat, setelah militer Pakistan mengkonfirmasi empat warga sipil
Pakistan tewas selama serangan udara India di Kashmir. REUTERS/Danish
Siddiqui
Di lain sisi, Cina memiliki kedekatan dengan
Pakistan yang menyuplai alutsista Pakistan. 40 persen ekspor senjata
Cina dikirim ke Pakistan, menurut data forum diskusi Brookings
Institution di Washington.
Sementara India lebih dekat dengan negara-negara Barat untuk modernisasi militernya.
Di
antara pembelian peralatan baru-baru ini adalah peringatan dini udara
dan pesawat kontrol dengan teknologi Israel dan badan pesawat AS. Selain
itu, artileri buatan AS dikerahkan di sepanjang garis perbatasan
Kashmir untuk menggantikan senjata Swedia 1980-an, kata Nishank Motwani,
pakar India dan Pakistan di Akademi Diplomasi Asia-Pasifik.
India
bahkan menginginkan lebih banyak teknologi militer baru, tetapi
seringkali dihambat oleh kontrol ekspor yang ketat dari pemasok utama
seperti AS dan Inggris. Menurut pengamat, India terpaksa mengekspor
senjata karena kekurangan industri militer.
Sementara Pakistan sedang membuat pesawat tempurnya sendiri JF-17 dari rancangan Cina.
Menurut beberapa laporan, JF-17 adalah salah satu dari skuadron yang menembak jatuh salah satu MiG 21 India.
MiG-21 buatan Uni Soviet adalah tulang punggung angkatan udara India. India memiliki sekitar 200 unit MiG dan masih beroperasi.
Keuntungan India adalah luas wilayah, di mana luas India nyaris empat
kali dari Pakistan. Ini menjadi modal India untuk menjauhkan aset
militernya dari perbatasan dan membuat India unggul di udara. Sementara
Pakistan akan lebih kesulitan melindungan pangkalan militer dan
persenjataannya.
Sementara keuntungan udara tampaknya condong ke
arah India, aksi darat skala besar melintasi perbatasan akan lebih sulit
bagi India.
Perbatasan Pakistan memiliki medan yang curam dan terdiri dari perbatasan internasional, membuat formasi darat India kesulitan.
Kereta
yang mengangkut truk dan senjata artileri tentara India di sebuah
stasiun kereta di pinggiran Jammu, India, Kamis, 28 Februari 2019. Dalam
serangan bom mobil tersebut, sedikitnya 42 tentara India tewas. REUTERS
Pakistan,
dengan garis pantai yang jauh lebih kecil untuk dipertahankan, telah
menempatkan bagian terbesar dari sumber daya ke pasukan dan angkatan
udara, kata Motwani.
New Delhi memiliki kapal induk dan kapal
selam bertenaga nuklir dalam armadanya, peralatan tempur yang tidak
dapat disamakan dengan Pakistan.
Satu-satunya senjata yang sejajar bagi kedua negara, dan yang paling ditakuti adalah senjata nuklir.
Stockholm
Internasional Peace Research Institute (SIPRI) tahun lalu merilis data
bahwa Pakistan memiliki 140 sampai 150 hulu ledak nuklir dan India
memiliki 130 hingga 140 nuklir.
Peter
Layton, mantan perwira Angkatan Udara Australia dan sekarang peneliti
di Griffith Asia Institute, mengatakan jika situasi semakin mendesak
bagi Pakistan, maka komandan tingkat rendah Pakistan siap membuka gudang
nuklir mereka.
"Pakistan memiliki kebijakan strategis untuk
mendelegasikan persetujuan pelepasan nuklir ke unit-unit taktis tingkat
rendah," katanya. "Ada bahaya nyata karena kelonggoran nuklir itu, yaitu
komandan tingkat rendah yang menggunakan senjata nuklir taktis jika
mereka mau."
Menurut Motwana, Pakistan ingin India
sadar bahwa ancaman nuklir mereka akan selalu ada. Setiap kali India
melakukan serangan balasan, Pakistan tidak segan untuk mengeluarkan
ancaman senjata nuklirnya jika senjata konvensional gagal.
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) bersiap untuk mengumumkan latihan bersama skala besar tahunan yang dilakukan dengan Korea Selatan (Korsel) dihentikan. Latihan tersebut kerap dilakukan setiap musim semi.
Dua
pejabat pertahanan AS mengatakan latihan utama AS-Korsel sedang
dibatasi sebagai bagian dari upaya pemerintahan Trump meredakan
ketegangan dengan Korea Utara
(Korut). Latihan tersebut - yang dikenal sebagai Key Resolve dan Foal
Eagle - akan diganti dengan pelatihan khusus misi yang lebih kecil.
Sejak
menjabat, Presiden Donald Trump telah berulang kali mengeluhkan latihan
skala besar. Ia mengatakan latihan itu terlalu mahal dan AS menanggung
terlalu banyak beban keuangan.
Menurut
pejabat senior pertahanan militer telah melakukan latihan besar untuk
mempertahankan kesiapan pasukannya menghadapi rezim Korea Utara (Korut).
Seorang
pejabat AS mengatakan kepemimpinan militer kini sedang mengerjakan
bagaimana serangkaian latihan yang lebih kecil dan pelatihan yang akan
datang dapat digunakan untuk memastikan kesiapan pasukan. Dengan
kemajuan teknologi, beberapa pelatihan dapat dilakukan secara virtual
dan tidak lagi membutuhkan ribuan pasukan.
"AS telah
mengidentifikasi cara untuk mengurangi potensi masalah kesiapan dengan
melihat tugas misi yang disyaratkan dibandingkan harus melakukan latihan
skala besar," kata seorang pejabat pertahanan seperti dilansir dari NBC News, Sabtu (2/3/2019).
Rencananya
hal ini akan diumumkan kurang dari 48 jam setelah pertemuan puncak
antara Trump dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un berakhir tiba-tiba tanpa
kesepakatan. Setelah pertemuan itu, Trump mengatakan bahwa latihan
tahunan militer dengan Korsel sangat mahal dan pemerintah di Seoul hari
membayar lebih untuk itu.
Berita tentang pengumuman yang
direncanakan datang kurang dari 48 jam setelah pertemuan puncak antara
Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berakhir dengan tiba-tiba
tanpa kesepakatan. Trump mengatakan setelah itu bahwa latihan militer
tahunan dengan Korea Selatan "sangat, sangat mahal" dan pemerintah di
Seoul harus membayar lebih untuk itu.
Namun pejabat AS mengatakan
keputusan itu tidak terkait dengan pertemuan di Hanoi, tetapi telah
dipertimbangkan dalam beberapa waktu.
Setelah pertemuan puncak
pertamanya dengan Kim Jong-un di Singapura pada Juni lalu, Trump
mengumumkan bahwa AS akan menangguhkan latihan militer skala besar
bersama Korsel, tetapi latihan dan pelatihan yang lebih kecil terus
berlanjut.
Tetapi beberapa ahli terhadap masalah Korut
mempertanyakan apakah latihan besar dapat ditunda tanpa secara
signifikan mempengaruhi kemampuan pasukan memerangi ancaman.
"Itu
akan bertentangan dengan apa yang dikatakan militer selama beberapa
dekade," kata Bruce Klingner, mantan perwira CIA yang mengikuti
perkembangan Korut dan sekarang menjadi pengajar senior di Heritage
Foundation.
"Militer perlu berlatih," tegasnya.
"Jika Anda terus membatasi latihan Anda, di dalam suatu waktu hal itu mencapai proporsi bencana?" Klingner menambahkan.
"Sulit untuk diukur. Tapi tahukah Anda, seiring berjalannya waktu, pasti ada degradasi," tukasnya.
Namun
pejabat AS bersikeras latihan dan skenario perlu beradaptasi untuk
menyesuaikan dengan situasi yang berubah di wilayah tersebut. Sementara
seorang juru bicara Pentagon menolak berkomentar.
NEW DELHI - Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan tentara India menyatakan mereka dalam siaga tinggi dan siap untuk mengalahkan ancaman lebih lanjut dari Pakistan.
Pernyataan itu meluncur setelah mereka mengumumkan bahwa sebuah pesawat
tempur Pakistan yang jatuh pada Rabu lalu telah menargetkan
lokasi-lokasi militer.
Militer India memberikan tanggapan mereka tentang jatuhnya pesawat perang Pakistan di wilayah udara pada hari Kamis.
Mayor
Jenderal Surinder Singh Mahal mengatakan, jet itu menjatuhkan bom yang
menghantam situs militer India, tetapi tidak menyebabkan kerusakan
signifikan.
“Faktanya
adalah bahwa Pakistan menargetkan instalasi militer tetapi kami
menggagalkan rencana mereka. Bom tidak dapat menyebabkan kerusakan yang
signifikan karena tindakan IAF cepat," kata Mahal seperi dilansir dari Russia Today, Jumat (1/3/2019).
Sebagai tanggapan, sistem persenjataan negara telah disiapkan dan pasukan mekanis ditempatkan dalam kondisi siaga.
"Kami sepenuhnya siap untuk menanggapi provokasi apa pun," tegasnya.
Dalam
pernyataan lebih lanjut, Laksamana Muda DS Gujral meyakinkan tanggapan
tegas, cepat dan kuat oleh Angkatan Laut India, yang telah "dikerahkan
dalam kondisi kesiapan yang tinggi dan tetap siap dalam tiga dimensi, di
darat, laut dan di udara.
Sementara terkait pernyataan bahwa
Pakistan telah setuju untuk membebaskan seorang pilot India yang
ditangkap setelah ditembak jatuh di wilayah udara Pakistan hari Rabu
lalu, Wakil Udara Marsekal R.G.K. Kapoor menolak klaim Islamabad bahwa
itu adalah isyarat perdamaian.
"Kami melihatnya sebagai isyarat yang sejalan dengan Konvensi Jenewa," ujarnya.
Menyusul
serangan bom mobil yang mematikan yang menewaskan puluhan tentara India
pada awal bulan, New Delhi melancarkan serangan udara terhadap wilayah
yang diduga sebagai kamp teroris di Pakistan meskipun ada tentangan dari
Islamabad.
Keesokan harinya, kedua negara bersenjata nuklir itu
bertukar serangan dalam pertempuran udara sementara baku tembak mulai
terjadi di sepanjang perbatasan Kashmir yang disengketakan.
Angkatan
Udara India mengatakan akan terus menargetkan kamp-kamp teroris di
Pakistan, mempertahankan tudingan New Delhi bahwa Islamabad mensponsori
kelompok-kelompok teroris.
ANKARA
- Turki menggelar latihan perang Angkatan Laut terbesar dalam
sejarahnya. Sebanyak 103 kapal, termasuk kapal perang dan kapal selam,
dikerahkan di tiga laut.
Pasukan Angkatan Udara dan Angkatan
Darat juga ambil bagian dalam latihan perang empat hari yang diberi nama
Mavi Vatan 2019. Manuver akbar ini dimulai sejak Rabu (27/2/2019) di
Laut Hitam, Laut Aegea, dan Mediterania timur secara bersamaan.
Sejumlah
drone dan pesawat jet tempur buatan Turki ikut dilibatkan dalam latihan
perang Mavi Vatan 2019. Latihan ini direncanakan enam bulan lalu,
sesuai dengan peraturan NATO.
Mengutip Hurriyet Daily News,
Kamis (28/2/2019), 103 kapal yang terlibat latihan perang di tiga laut
antara lain 13 kapal fregat, 6 kapal korvet, 16 kapal serbu, 7 kapal
selam, 7 kapal pemburu ranjau, 14 kapal patroli, serta kapal-kapal
Angkatan Laut lainnya.
Manuver Mavi Vatan 2019 dikoordinasikan oleh Komando Pusat Perang Angkatan Laut dan akan berlangsung hingga 2 Maret 2019.
"Tidak
ada yang bisa dilakukan di Mediterania tanpa Turki," kata Menteri Luar
Negeri Mevlut Cavusoglu saat mengumumkan latihan perang tersebut pekan
lalu. "Kami tidak akan membiarkan itu," ujarnya, yang menambahkan bahwa
Turki akan mulai mengebor minyak dan gas di dekat Siprus dengan dua
kapal eksplorasi baru.
Ladang gas besar baru-baru ini ditemukan
di daerah yang disengketakan di Mediterania timur, di lepas pantai
Siprus utara yang diduduki Turki.
Langkah ini diperkirakan akan
mengobarkan ketegangan regional dengan Yunani. Selain perselisihan yang
sedang berlangsung di Siprus, Athena dan Ankara juga turut campur tangan
atas kepemilikan sekelompok pulau di Laut Aegea.
Turki
sebelumnya membuat kesal NATO dengan mengumumkan pada hari Selasa bahwa
pihaknya telah menandatangani kesepakatan untuk membeli sistem
pertahanan rudal S-400 dari Rusia, meskipun AS berupaya membujuk Ankara
agar membeli sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika sebagai
gantinya.
Keputusan Ankara ini bisa memicu Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi berdasarkan undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act
(CAATSA). UU yang dirancang untuk mengganggu penjualan persenjataan
Rusia itu telah menghantam China setelah Beijing membeli sistem rudal
S-400 dan sejumlah jet tempur Su-35.
PARIS
- Prancis akan mengirim satu-satunya kapal induk miliknya, Charles de
Gaulle, ke Samudra Hindia pada bulan depan. Rencana pengiriman kapal
induk bertenaga nuklir itu diumumkan Kementerian Pertahanan Prancis.
Paris
berharap langkah itu akan memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut,
meskipun jalur perairan itu memang terdapat banyak pulau milik Prancis.
Paris juga memiliki pangkalan di kawasan Samudra Hindia.
Mulai
bulan depan, Charles de Gaulle yang baru dimodernisasi akan dikirim
untuk misi lima bulan ke Pulau Reunion, di lepas pantai timur
Madagaskar. Kapal raksasa itu disertai dengan kelompok tempurnya yang
terdiri dari tiga kapal perusak, sebuah kapal selam dan sebuah kapal
pasokan. Rincian kelompok tempur itu telah dikonfirmasi Nationale Marine
pada hari umat pekan lalu.
Kapal Charles de Gaulle dengan bobot 42.000
ton berpotensi dikerdilkan oleh kapal-kapal induk Amerika Serikat. Kapal
induk Prancis itu masih menggunakan sistem ketapel uap untuk
meluncurkan pesawat terbang dan satu-satunya kapal induk non-AS yang
digerakkan oleh reaktor nuklir.
Kementerian Pertahanan setempat
mengatakan Angkatan Laut Prancis berencana untuk berinteraksi dengan
beberapa sekutu saat berada di laut, termasuk dengan kapal-kapal dari
Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Angkatan Laut Denmark dan Angkatan Laut
Portugal.
"Kapal-kapal Amerika dan Australia juga akan memperkuat kelompok kapal induk di seluruh misinya," kata kementerian itu, dikutip Sputnik,
Kamis (28/2/2019). "Dimensi internasional ini dari (kelompok tempur
Charles de Gaulle), dengan demikian membuktikan tingkat kerja sama dan
kepercayaan yang tinggi antara Angkatan Laut Sekutu dan Angkatan Laut
kami," lanjut kementerian tersebut.
"Mereka masih bercita-cita
untuk menjadi pemain utama," kata Michael Shurkin, seorang analis di
kelompok think tank RAND Coropration, kepada The National Interest. "Memiliki kapal induk nuklir benar-benar mendukung ambisi itu."
Masih
menurut Kementerian Pertahanan Prancis, penyebaran kapal induk ke
Samudra Hindia bertujuan untuk menegaskan kembali kehadiran Prancis di
bidang-bidang maritim dan memperkuat penilaiannya terhadap situasi di
kawasan Indo-Pasifik. "Campur tangan untuk mengatasi masalah keamanan
regional yang sesuai, mengembangkan kemampuannya untuk bekerja sama
dengan militer lain, dan memperkuat kemitraan strategis," kata
kementerian itu.
"Prancis selalu berdiri di garis depan dalam
membela hak kebebasan navigasi yang tidak dapat dicabut di perairan
internasional," imbuh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly. "Setiap
kali ada pelanggaran prinsip dasar hukum internasional, seperti yang
saat ini terjadi di Laut China selatan, kami akan menunjukkan kebebasan
kami untuk bertindak dan berlayar di perairan seperti itu."
Charles
de Gaulle diluncurkan pada 1994 dan namanya diambil dari nama Jenderal
Prancis; Charles de Gaulle, yang memimpin Pasukan Prancis selama Perang
Dunia II dan kemudian menjabat sebagai presiden negara itu setelah
kudeta 1958.
CB, Jakarta - Militer Israel menggelar latihan militer besar-besaran dalam skenario pertempuran melawan Hamas.
Selama
latihan tempur, Pusat Komando Selatan Israeli Defense Forces (IDF),
mengerahkan pasukan reaksi cepat bersama dukungan serangan udara,
manuver pasukan, logistik, transportasi, dukungan medis dan bantuan
administrasi, seperti dilaporkan Jerusalem Post, dikutip Sputnik, 27
Februari 2019.
Latihan
tempur ini terkoordinasi dengan seluruh cabang militer Israel, termasuk
pasukan darat, pesawat tempur, kendaraan lapis baja dan korps
intelijen.
Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Aviv Kochavi bergabung dengan pasukan
yang ambil bagian dalam latihan pada hari Selasa, berbicara dengan
tentara dan komandan. Kepala pasukan darat Israel Mayjen Kobi Barak,
serta kepala divisi teknologi IDF Mayjen Itzik Turgeman, juga
mengunjungi pasukan selama latihan.
Latihan
ini dirancang untuk memeriksa kesiapan operasional militer Israel dalam
menanggapi meningkatnya kecaman menyusul tuduhan oleh mantan ombudsman
militer Yitzhak Brick bahwa IDF tidak siap untuk perang skala besar.
Latihan
ini dilakukan selama ketegangan yang meningkat antara Israel dan Gaza,
serta melihat hasil penilaian Direktorat Intelijen IDF bahwa eskalasi
militer mungkin terjadi tahun ini di Gaza dan Tepi Barat.
Koordinator
Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov juga
mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa ada peningkatan risiko perang
antara Israel dan Hamas.
NEW DELHI
- India telah melakukan serangan udara di kamp-kamp pemberontak di
Pakistan kemarin atau beberapa pekan setelah serangan bom bunuh diri
mengguncang Kashmir, wilayah yang disengketakan kedua negara. Pakistan
tak terima wilayahnya diserang dan siap merespons.
Serangan bom
bunuh diri di Kashimir telah menewaskan 42 personil polisi paramiliter
India. Serangan itu diklaim dilakukan oleh kelompok pemberontak yang
berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammad (JeM).
Perdana Menteri
India Narendra Modi bersumpah akan memberikan tanggapan yang kuat
setelah serangan terburuk terhadap pasukannya dalam beberapa dekade.
Pakistan
telah meremehkan serangan udara jet-jet tempur India Selasa kemarin
dengan mengatakan bahwa jet-jet India yang melanggar wilayah udara
Pakistan melepaskan muatan dengan tergesa-gesa di kawasan hutan setelah
melintasi Garis Kontrol (Line of Control/LoC). LoC adalah garis
perbatasan de facto yang membagi Kashmir yang dikelola India dan
Pakistan.
Beberapa hari sebelum jet-jet tempur India menggempur
wilayah Pakistan, kedua negara sudah saling mengumbar retorika perang.
Mantan pemimpin Pakistan, Pervez Musharraf bahkan menyarankan militer
negaranya menyerang New Delhi dengan 50 bom nuklir. Menurutnya, jika
Islamabad hanya menyerang dengan satu bom nuklir maka New Delhi bisa
menamatkan riwayat Pakistan dengan 20 bom nuklir.
Kedua negara
Asia Selatan ini memang dikenal sebagai dua negara bersenjata nuklir.
KOnflik di Kashmir bisa membuat kedua negara berperang lagi setelah dua
perang terjadi di masa lalu, yakni sejak wilayah itu merdeka dari
Inggris pada 1947.
Di tengah situasi kedua negara yang di ambang
perang, SINDOnews.com pada Rabu (27/2/2019) merangkum data perbandingan
kekuatan militer dan senjata kedua negara.
Anggaran Militer
1. India Pada
tahun 2018, India mengalokasikan 4 triliun rupee (USD58 miliar), atau
2,1 persen dari produk domestik bruto (PDB), untuk mendukung 1,4 juta
pasukan aktifnya. Data itu menurut Institut Internasional untuk Studi
Strategis (IISS).
Menurut perkiraan dari Stockholm International
Peace Research Institute (SIPRI), selama periode 1993 hingga 2006,
pengeluaran militer India di bawah 12 persen dari pengeluaran
pemerintah. Pada 2017, militer India menyedot 9,1 persen dari
pengeluaran pemerintah.
2. Pakistan Tahun
2018, Pakistan membelanjakan 1,26 triliun rupee Pakistan (USD11 miliar),
sekitar 3,6 persen dari PDB, untuk 653.800 tentaranya. Militer
Islamabad juga menerima USD100 juta bantuan militer asing pada tahun
2018.
Menurut perkiraan dari Stockholm International Peace
Research Institute (SIPRI), antara 1993 dan 2006, lebih dari 20 persen
pengeluaran pemerintah tahunan Pakistan dihabiskan untuk militer.
Sedangkan pada 2017, militer menyedot 16,7 persen dari pengeluaran
pemerintah.
Rudal dan Senjata Nuklir Kedua negara sama-sama memiliki rudal balistik yang mampu mengirimkan hulu ledak nuklir.
1.India India
memiliki sembilan jenis rudal operasional, termasuk Agni-3 dengan
jangkauan 3.000 km hingga 5.000 km. Data ini berasal dari Pusat Studi
Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington. Menurut SIPRI, India
memiliki 130-140 hulu ledak nuklir.
2. Pakistan Menurut
CSIS, Program rudal Pakistan, yang dibangun dengan bantuan China,
termasuk misil jarak pendek dan menengah yang dapat menjangkau bagian
India. Negara ini memiliki rudal Shaheen 2 dengan jangkauan terpanjang
hingga 2.000 km.
Pada 2011, Pakistan mengkonfirmasi bahwa mereka
telah memperoleh kemampuan senjata nuklir taktis, di mana hulu ledak
nuklir yang lebih kecil melekat pada rudal jarak pendek (50-100km)
sebagai pencegah terhadap serangan konvensional berskala kecil dari
India.
Penambahan senjata nuklir taktis ke gudang senjata
Pakistan menurunkan ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir, dan
memberi Pakistan apa yang oleh militer disebut "pencegah spektrum penuh"
terhadap pasukan konvensional India.
Senjata-senjata itu
dikembangkan untuk melawan doktrin "Cold Start" India, yang membayangkan
serangan dangkal ke wilayah Pakistan tanpa melanggar ambang batas
nuklir sebelumnya.
Menurut SIPRI, Pakistan memiliki 140 hingga 150 hulu ledak nuklir.
Kekuatan Tentara
1. India Menurut
data IISS, India memiliki jumlah pasukan 1,2 juta personel, dan
didukung oleh lebih dari 3.565 tank tempur, 3.100 kendaraan tempur
infanteri, 336 kendaraan pengangkut personel lapis baja dan 9.719
artileri.
2. Pakistan Jumlah tentara Pakistan
lebih kecil dibanding India, yakni sekitar 560.000 personel. Militer
Pakistan juga didukung oleh 2.496 tank tempur, 1.605 kendaraan
pengangkut personel lapis baja, dan 4.472 senjata artileri, termasuk 375
howitzer.
Laporan IISS bulan ini mencatat meskipun India
memiliki jumlah pasukan yang lebih besar, kemampuan pasukan konvensional
India dibatasi oleh logistik yang tidak memadai, pemeliharaan dan
kekurangan amunisi dan suku cadang.
Kekuatan Angkatan Udara
1. India Dengan
127.200 personel dan 814 pesawat tempur, Angkatan Udara India secara
substansial lebih besar tetapi ada kekhawatiran tentang armada jet
tempurnya.
Rencana pertahanan India membutuhkan 42 skuadron
pesawat jet atau sekitar 750 pesawat, untuk bertahan melawan serangan
dua arag yakni dari China dan Pakistan.
Dengan jet Rusia yang
lebih tua seperti MiG-21—pertama kali digunakan pada 1960-an—segera
pensiun, India bisa memiliki 22 skuadron pada 2032.
2. Pakistan Pakistan
memiliki 425 pesawat tempur, termasuk jet F-7PG dan F-16 Fighting
Falcon asal China. Menurut data IISS, Pakistan juga memiliki tujuh
pesawat peringatan dini dan kontrol udara, atau tiga lebih banyak dari
India.
"Angkatan udara (Pakistan) sedang memodernisasi
inventarisnya sambil meningkatkan serangan presisi dan ISR (intelijen,
pengawasan, dan pengintaian)," kata IISS dalam laporan penilaian tahun
2019, dikutip Al Jazeera.
Kekuatan Angkatan Laut
1.India Kekuatan
Angkatan Laut India terdiri dari satu kapal induk, 16 kapal selam, 14
kapal perusak, 13 kapal fregat, 106 kapal patroli dan penjaga pantai,
serta 75 pesawat berkemampuan tempur. Negara ini memiliki 67.700
personel, termasuk marinir dan staf penerbangan Angkatan Laut.
2. Pakistan Sebagai
perbandingan, Pakistan yang memiliki garis pantai yang jauh lebih
kecil, memiliki 9 fregat, 8 kapal selam, 17 kapal patroli dan penjaga
pantai, dan 8 pesawat berkekuatan tempur.
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) berencana melengkapi jet tempur siluman F-35
dengan bom, roket dan laser yang mampu menghancurkan rudal balistik
antarbenua (ICBM) berhulu ledak nuklir milik musuh. Para petinggi
Pentagon sedang kerja sama dengan para pakar industri pertahanan untuk
mewujudkan kemampuan jet tempur siluman tersebut.
Orang dalam
Pentagon mengatakan rencana ke depan adalah untuk membawa dimensi baru
ke pertahanan yang ada yang dapat menemukan atau menghentikan serangan
terhadap AS jauh lebih awal daripada yang saat ini memungkinkan.
Para
petinggi Pentagon ingin menggunakan senjata laser dan sensor yang
dipasang di jet siluman F-35 untuk mendeteksi dan menghancurkan
peluncuran ICBM berhulu ledak nuklir selama fase "boost" awal penerbangan ke atas.
Mereka
mengatakan F-35 dapat menggunakan solusi kinetik yang akan melihatnya
menyala dan menghancurkan peluncuran ICBM atau menggunakan solusi sensor
di mana ia memberi isyarat sistem pertahanan rudal.
"Kami sangat
senang dengan konsep ini," kata seorang pejabat senior Pentagon. "Kami
sekarang melihat bagaimana kami bisa menutup rantai pembunuhan pada
proses itu," lanjut pejabat yang tak disebutkan namanya tersebut,
seperti dikutip Express.co.uk, Selasa (26/2/2019).
Para
ahli mengatakan F-35 untuk tujuan ini memperkenalkan berbagai
kemungkinan pertahanan yang belum menjadi bagian dari persenjataan
pertahanan rudal Pentagon.
Pesawat tempur itu dapat menembakkan
bom-bom atau rudal udara-ke-darat untuk meledakkan ICBM selama atau
sesaat setelah peluncuran untuk memungkinkan juga menggunakan laser dan
sistem peperangan elektronik untuk membakar, menyumbat atau
menonaktifkan lintasan penerbangan ICBM musuh yang menyerang.
Jika
sistem panduan ICBM atau mekanisme propulsi diganggu, ICBM mungkin
terlempar, menuju ke lautan atau daerah yang tidak berpenghuni.
Loren
Thompson, Chief Operating Officer (COO) dari lembaga think-tank
keamanan Institut Lexington mengatakan; "F-35 dapat menggunakan
konfigurasi sembunyi-sembunyi dan kemampuan manuver untuk lebih dekat
dengan titik peluncuran ICBM yang berasal dari wilayah musuh."
Proposal
dari Pentagon itu muncul dengan latar belakang ketidakstabilan global
yang tumbuh di belakang keputusan Donald Trump yang menarik AS keluar
dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987.
Washington
telah mengonfirmasi bahwa mereka telah menangguhkan kewajibannya
berdasarkan perjanjian itu dan sedang dalam proses menarik diri secara
total.
Perjanjian era Perang Dingin antara AS dan Rusia itu
melarang kedua pihak mengerahkan rudal-rudal jarak pendek dan menenangah
berbasis darat di Eropa. Runtuhnya Perjanjian INF meningkatkan prospek
perlombaan senjata baru antara Washington dan Moskow.
Presiden
Rusia Vladimir Putin menanggapi langkah AS dengan mengatakan Rusia akan
melakukan respons cermin atas setiap langkah Washington. Salah satunya
dengan menangguhkan kewajibannya pada Perjanjian INF seperti yang
dilakukan Washington.
Putin sendiri telah memperkenalkan persenjataan tambahan baru Rusia selama pidato kenegaraan di Parlemen pada pekan lalu.
TOKYO
- Angkatan Udara Pasukan Bela Diri Jepang (JASDF) mengerahkan jet-jet
tempur untuk mencegat pesawat mata-mata Angkatan Udara Tentara
Pembebasan Rakyat (PLAAF) China di kawasan Laut Jepang dan Selat
Tsushima. Intersepsi atau pencegatan itu berlangsung pada 23 Februari,
namun baru diungkap militer Jepang kemarin.
Pesawat militer
Beijing yang diintersepsi adalah Shaanxi Y-9JB (GX-8), pesawat mata-mata
elektronik. Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan wilayah udara
Jepang belum dilanggar dalam kejadian tersebut.
Itu adalah
intersepsi pertama yang dialami pesawat China atau Tiongkok dalam
delapan minggu terakhir. Pencegatan terakhir terhadap sebuah pesawat
militer China terjadi di dekat pulau-pulau Jepang pada 27 Desember,
yakni ketika JASDF mencegat sebuah pesawat Y-9JB.
PLAAF dan PLANAF (Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat) biasanya melakukan patroli pengintaian dengan Y-9JBs, varian yang di-upgrade dari pesawat Y-8DZ dan Y-8G generasi pertama China, di atas Laut China Timur dan Laut Jepang dengan interval empat minggu.
Hingga
September 2018, total ada 345 intersepsi terhadap pesawat China oleh
JASDF untuk tahun ini. Ini merupakan peningkatan dari 58 sorti,
dibandingkan dengan tahun fiskal 2017. Di masa lalu, misi China
melibatkan pesawat pembom jarak jauh H-6K, pesawat intelijen elektronik
Tupolev Tu-154MD, dan jet tempur Sukhoi Su-35.
Menurut media
Korea Selatan, seperti halnya misi mata-mata PLAAF yang lalu, Y-9B juga
memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Korea Selatan (KADIZ) pada
23 Februari. "Pesawat memasuki zona identifikasi pertahanan udara negara
itu, yang disebut KADIZ, sekitar pukul 08.03 waktu setempat di dekat
Pulau Ieo dan keluar pada pukul 08.27," kata Kepala Staf Gabungan Korea
Selatan dalam sebuah pernyataan, dikutip The Diplomat, Selasa (26/2/2019).
"Pesawat
itu memasuki kembali KADIZ pada pukul 09.34 pagi di dekat kota tenggara
Pohang, dan terbang antara Ulleung dan pulau-pulau paling timur di
Dokdo, akhirnya meninggalkan zona pertahanan udara pukul 00.51 malam,"
lanjut pernyataan tersebut.
KADIZ
tidak dianggap sebagai wilayah udara kedaulatan atau teritorial dan
bagian dari KADIZ tumpang tindih dengan zona identifikasi pertahanan
udara yang diklaim oleh China dan Jepang.
Y-9JB China juga memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang, namun Kementerian Pertahanan Jepang tidak menyinggungnya.
Awal
bulan ini, JASDF mencegat empat pesawat pembom strategis Tupolev
Tu-95MS Rusia berkemampuan nuklir dan empat jet tempur sukhoi Su-35S
(Flanker-E +) yang terbang dalam dua formasi terpisah di pantai timur
dan barat Jepang pada tanggal 15 Februari. Intersepsi itu terjadi
setelah tiga setengah minggu Rusia absen patroli udara jarak jauh.
Seorang personel militer mengikuti
latihan perang Velayat-90 di Laut Oman dekat Selat Hormuz di wilayah
selatan Iran, Rabu (28/12). ""Menutup Selat Hormuz lebih mudah
dibandingkan meminum segelas air" ungkap Kepala Staf Angakatan Laut Iran
Laksamana Habibollah Sayari kepada TV Iran berbahasa Inggris. (FOTO
ANTARA/REUTERS/Fars News/)
Dubai (CB) - Iran berhasil menguji coba peluru kendali
jelajah pada Ahad dalam latihan perang angkatan laut di dekat Selat
Hormuz, kantor berita Iran melaporkan.
Pengujian rudal berlangsung di tengah peningkatan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Pada waktu lalu, Teheran mengancam akan menghalangi Selat Hormuz, rute
pengapalan minyak utama di mulut Teluk, sebagai balasan atas aksi
bermusuhan AS. Aksi AS itu termasuk usaha untuk menghentikan ekspor
minyak Iran melalui pemberlakuan sanksi-sanksi.
Pada Agustus, Washington mengatakan Iran telah menguji coba sebuah rudal
anti kapal berjarak pendek di selat itu dalam latihan perang angkatan
laut. Latihan perang diyakini dimaksudkan sebagai peringatan setelah
Presiden Donald Trump memutuskan untuk memberlakukan kembali
sanksi-sanksi atas Teheran.
"Pada hari ketiga ... latihan, satu kapal selam Angkatan Laut Iran kelas
Ghadir berhasil meluncurkan peluru kendali jelajah," demikian kantor
berita IRNA melaporkan.
Kapal-kapal selam lain milik Iran, Tareq dan Fateh (Penakluk), yang baru
dibuat di dalam negeri, memiliki kemampuan anti-kapal yang sama,
menurut IRNA dengan mengutip satu pernyataan militer.
Lebih 100 kapal turut serta dalam latihan perang selama tiga hari di
satu kawasan luas yang terbentang dari Selat Hormuz ke Samudera India,
media negara itu melaporkan.
Trump Mei tahun lalu mundur dari perjanjian internasional mengenai
program nuklir Iran dan memberlakukan kembali sejumlah sanksi atas
Teheran.
Perluasan program rudal Iran, khususnya rudal balistiknya, membuat cemas
AS dan negara-negara Eropa. Teheran menyatakan program itu memiliki
kemampuan pencegah dan defensif.