Tampilkan postingan dengan label MEKSIKO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MEKSIKO. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Januari 2019

Cegah Pencurian BBM, Meksiko Kerahkan Hampir 1.000 Tentara


Tentara menjaga fasilitas minyak Pemex di Reynosa 18 September 2012. [REUTERS / Daniel Becerril]
Tentara menjaga fasilitas minyak Pemex di Reynosa 18 September 2012. [REUTERS / Daniel Becerril]

CB, Jakarta - Pemerintah Meksiko mengerahkan hampir 1.000 tentara ke berbagai fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan minyak negara, Pemex, untuk mencegah pencurian BBM yang mengakibatkan kekurangan bahan bakar di Meksiko.
Sekitar 900 tentara memasuki fasilitas Petroleos Mexicanos (Pemex) sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk memerangi penyedotan bensin ilegal, ungkap presiden Andres Manuel Lopez Obrador, dilansir dari Russia Today, 8 Januari 2019.
Secara keseluruhan, total 4.000 personil militer dan polisi akan dikerahkan di kilang minyak untuk menangani kekurangan bahan bakar di seluruh negara.

"Kami akan memperkuat pengawasan oleh militer dalam instalasi Pemex, dan kami akan melanjutkannya. Kami akan normalisasi pasokan dan menjamin pencurian bahan bakar akan berhenti," kata Lopez Obrador pada konferensi pers.Menurut laporan, pasukan bersenjata menguasai kilang di Tamaulipas pada jam 5 pagi pada hari Senin, serta fasilitas di lokasi lain di seluruh Meksiko. Pemerintah berencana untuk memperkuat keamanan aset produksi minyak termasuk enam kilang, 39 terminal penyimpanan dan pengiriman, dan setidaknya 12 stasiun pengisian bahan bakar, ungkap laporan El Financiero.

Tentara berjalan di luar fasilitas minyak Pemex di Reynosa, 18 September 2012. [REUTERS / Daniel Becerril]



Tentara ditugaskan untuk melindungi akses ke kilang minyak, serta melakukan pemeriksaan kargo dan log pengiriman BBM.

Tanggapan pemerintah terhadap pencurian bensin yang terus-menerus oleh gerombolan penjahat dan pekerja industri minyak telah menyebabkan kekurangan bahan bakar besar-besaran di seluruh Meksiko.Untuk mengatasi masalah ini, Presiden Lopez Obrador bulan lalu mengumumkan rencana untuk merombak jaringan pengiriman BBM dengan bantuan militer di seluruh Meksiko.




Credit  tempo.co










Minggu, 06 Januari 2019

Meksiko Desak Blok Regional tak Campuri Internal Venezuela

Presiden Venezuela Nicolas Maduro

CB, LIMA -- Pemerintahan baru yang berhaluan kiri di Meksiko pada Jumat menyerukan blok regional menahan diri dari campur tangan dalam urusan internal Venezuela. Pemerintah itu menolak mendukung deklarasi negara-negara di kawasan yang mendesak Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk tidak melanjutkan kekuasaan pada 10 Januari.

Meksiko merupakan satu-satunya dalam Grup Lima beranggota 14 negara yang memilih tidak menandatangani pernyataan terhadap Maduro, untuk pertama kali Meksiko tidak mendukung satu deklarasi oleh grup tersebut sejak dibentuk tahun 2017 mendorong reformasi demokratik di Venezuela.

Meksiko pernah menjadi salah satu pengeritik paling tajam Maduro. Tetapi hubungan dengan Venezuela menghangat di bawah Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, yang mengundang Maduro untuk menghadiri pelantikannya bulan lalu.

Maximiliano Reyes, deputi menteri luar negeri Meksiko yang bertanggung jawab atas Amerika Latin, mengatakan setelah pertemuan Kelompok Lima di Peru yang Meksiko mengkhawatirkan situasi mengenai hak asasi manusia di Venezuela tetapi tidak akan berkomentar tentang legitimasi pemerintahannya.

Dalam siaran televisi negara Jumat malam, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaze mengatakan Maduro akan melanjutkan tugas kepresidenan pada 10 Januari dalam proses yang sah dan konstitusional, yang ia katakan tak memerlukan persetujuan pemerintahan asing manapun.

Dia mengatakan Venezuela "bingung" dengan pernyataan tersebut dan pihaknya akan mengambil tindakan timbal balik bagi langkah-langkah diplomatik yang diambil oleh pemerintah lain.

Reyes menyerukan mediasi dan dialog dari Kelompok Lima, bukan isolasi. Sikap Meksiko adalah tamparan kepada usaha-usaha regional untuk meningkatkan tekanan atas Maduro menjelang pelantikannya, yang oposisi Venezuela berharap akan jadi momen titik balik untuk menyoroti bagaimana dia merongrong demokrasi dan salah urus ekonomi anggota OPEC itu.

Meksiko diberitakan tak mengirim wakil tingkat tinggi menghadiri pelantikan Maduro. Ketika ditanya siapa yang akan menghadiri dari Meksiko, seorang juru bicara Kemenlu mengatakan kuasa usaha kedutaan Meksiko akan hadir.

Langkah-langkah diplomatik terhadap Venezuela dari negara-negara tetangga masih malu-malu, dan komunike Jumat menambah sedikit kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang mendesak Maduro mundur tetapi menawarkan sedikit mekanisme kongkrit untuk mewujudkan ini.

Peru mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya akan mengusulkan mengakhiri hubungan diplomatik dengan Venezuela kepada para anggota Kelompok Lima. Tapi belum satupun negara yang mengumumkan akan memutus hubungan.

Sebanyak 13 negara dalam Kelompok Lima yang menandatangani pernyataan Jumat, termasuk Kanada, Argentina, Brasil, Chile, dan Kolumbia, menyebut masa tugas baru Maduro "tidak sah" dan mendesaknya menyerahkan kekuasaan kepada Majelis Nasional hingga pemilihan demokratik dapat diselenggarakan.

Credit REPUBLIKA.CO.ID




https://m.republika.co.id/berita/internasional/amerika/19/01/05/pkv91c414-meksiko-desak-blok-regional-tak-campuri-internal-venezuela












Jumat, 04 Januari 2019

Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak 2 Jam Usai Dilantik


Alejandro Aparicio (Alejandro Aparicio/Facebook via CNN)

Mexico City - Seorang Wali Kota di Meksiko tewas dibunuh sekitar kurang dari dua jam setelah dilantik. Wali Kotaini ditembak hingga tewas saat hendak menghadiri rapat di balai kota setempat.

Seperti dilansir CNN, Kamis (3/1/2018), insiden ini menimpa Alejandro Aparicio yang baru dilantik sebagai Wali Kota Tlaxiaco di Oaxaca, Meksiko pada Selasa (1/1) lalu. Saat Aparicio dalam perjalanan ke balai kota untuk menghadiri rapat dengan sejumlah koleganya, seorang pria melepas tembakan ke arahnya.

Tembakan itu mengenai Aparicio dan tiga orang lainnya. Semuanya dengan segera dilarikan ke rumah sakit setempat, namun nyawa Aparicio tidak bisa diselamatkan. Dia dinyatakan meninggal dunia akibat pendarahan dalam yang dideritanya. 

Kantor Jaksa Agung Wilayah Oaxaca dalam pernyataannya menyebut tembakan itu mengenai bagian paru-paru sebelah kanan dan memicu pendarahan dalam.


Satu orang lainnya yang merupakan pejabat lokal dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (3/1) pagi waktu setempat. Dua korban luka lainnya masih menjalani perawatan medis.

Laporan menyebutkan bahwa Aparicio sedang melakukan kunjungan ke beberapa kantor pemerintahan setempat pada Selasa (1/1) dan sedang dikelilingi oleh para pendukungnya saat dia ditembak di jalanan. 

Tayangan live stream pada halaman Facebook-nya menunjukkan puluhan orang tampak kebingungan usai penembakan terjadi. Beberapa orang lainnya terlihat memegangi seorang pria yang diyakini bertanggung jawab atas penembakan itu.

Disebutkan kantor Jaksa Agung setempat bahwa seorang pria berusia 34 tahun yang diidentifikasi berinisial JMV telah ditangkap terkait kematian Aparicio. Pria yang diketahui berasal dari wilayah Chiapas itu, sebelumnya pernah bertugas sebagai polisi di wilayah Meksiko bagian utara. 


Otoritas setempat meyakini pria itu menjadi satu-satunya sosok yang bertanggung jawab atas kematian Aparicio.

Dalam pernyataan terpisah, Gubernur Oaxaca, Alejandro Murat, mengecam keras serangan itu dan menyerukan penyelidikan menyeluruh untuk kematian Aparicio. "Saya mengecam dengan keras serangan terhadap Wali Kota Tlaxiaco. Saya menyampaikan belasungkawa saya untuk keluarganya dan warga Tlaxiaco," ucapnya.

Sementara itu, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador mengaku terkejut mengetahui serangan itu. Dia menyebut wilayah Oaxaca, yang menjadi lokasi kota Tlaxiaco, merupakan salah satu wilayah dengan tindak kekerasan paling minim di Meksiko.

Credit detikNews


https://m.detik.com/news/internasional/d-4369884/wali-kota-di-meksiko-tewas-ditembak-2-jam-usai-dilantik


Kamis, 03 Januari 2019

Petugas AS tembakkan gas air mata di dekat perbatasan Meksiko


Petugas AS tembakkan gas air mata di dekat perbatasan Meksiko
Agen Patroli Perbatasan berjaga saat dimulainya konstruksi tembok baru secara resmi untuk mengganti pelindung kendaraan utama sepanjang 20 mil di Santa Teresa, New Mexico, Amerika Serikat, Senin (9/4/2018). (REUTERS/Jose Luis Gonzalez)




Tijuana, Meksiko (CB) - Para petugas perbatasaan Amerika Serikat menembakkan gas air mata ke wilayah Meksiko pada Selasa pagi (1/1) untuk mencegah sekelompok migran menyeberang dari Tijuana, menurut seorang saksi mata Reuters dan pemerintah AS.

Seorang pejabat menyebut kelompok migran tersebut sebagai "gerombolan pelaku kekerasan".

Kabut gas dapat terlihat melayang dari sekitar pagar di perbatasan itu. Seorang migran mengambil selongsong peluru dan melemparkannya kembali ke wilayah AS.

Para pejabat AS mengatakan kelompok itu telah menyerang para petugas dengan sejumlah proyektil, tetapi seorang saksi mata Reuters tidak melihat seorang migran pun melempar bebatuan ke arah para petugas tersebut.

Tijuana telah menjadi isu panas dalam perdebatan mengenai kebijakan imigrasi AS, yang suhunya naik setelah kematian dua anak migran di dalam rumah tahanan Amerika dan penutupan operasi sebagian pemerintah AS terkait tuntutan Presiden Donald Trump untuk mendanai pembangunan tembok senilai 5 miliar dolar AS di sepanjang perbatasan dengan Meksiko.

Pada November, satu insiden terjadi ketika petugas-petugas AS menembakkan gas air mata ke wilayah Meksiko untuk membubarkan para migran. Kejadian itu memicu pemerintah Meksiko menyerukan agar investigasi digelar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Meksiko Roberto Velasco mengatakan pemerintah "menyesalkan peristiwa-peristiwa" di perbatasan itu. Menurut dia, Meksiko "menghormati hak asasi manusia, keamanan dan integritas para migran, dan menyerukan agar hukum di kedua sisi perbatasan itu dihormati."




Credit  antaranews.com


https://www.antaranews.com/berita/783101/petugas-as-tembakkan-gas-air-mata-di-dekat-perbatasan-meksiko


Selasa, 01 Januari 2019

Rencana Sempat Diurungkan, Trump Ngotot Bangun Tembok Perbatasan


Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di kantornya. Reuters

CBJakarta - Presiden Donald Trump membela rencananya untuk membangun tembok perbatasan yang kokoh di sepanjang garis batas AS-Meksiko setelah eks Kepala Staf Gedung Putih John Kelly mengaku rencana tersebut sudah diurungkan.

"Sejumlah area akan dibangun dinding beton tapi pakar di petugas patroli perbatasan menginginkan dinding yang lebih transparan (untuk memungkinkan bisa melihat apa yang terjadi di kedua sisi). Masuk akal bagi saya!" kicau Trump di Twitter-nya pada Senin pagi, seperti dikutip dari ABC News, 1 Januari 2018.

Imigran menerobos tembok perbatasan antara Meksiko dan AS di Tijuana, Meksiko, 25 November 2018. Trump juga mengancam akan menutup penuh perbatasan dengan Meksiko. REUTERS/Hannah McKay



Sehari sebelumnya selama wawancara dengan Los Angeles Times, John Kelly, yang akan menanggalkan jabatannya sebagai Kepala Staf Gedung Putih minggu ini, membeberkan sejumlah kebijakan Trump termasuk imigrasi dan tembok perbatasan.

"Jujur saja, itu bukan sebuah tembok," tutur Kelly.

Kelly mengatakan dinding pagar kawat sepanjang 1.126 kilometer di sepanjang 3.218 garis perbatasan sebetulnya sudah ada sebelum Trump menjabat presiden.

Pagar kawat dibangun setelah George W. Bush meneken UU Keamanan Perbatasan pada 2006, yang diteruskan selama presiden Barack Obama.

Imigran memanjat tembok perbatasan antara Meksiko dan AS di Tijuana, Meksiko, 25 November 2018. Presiden AS Donald Trump, mengatakan para imigran pencari suaka di perbatasan negara itu dengan Meksiko harus menunggu di sana sampai permohonannya disetujui pengadilan di AS. REUTERS/Hannah McKay



Kelly menambahkan presiden sering menggunakan kata "dinding", tetapi kenyataannya menggunakan "penghalang" atau "pagar" untuk menggambarkan langkah-langkah keamanan di sepanjang perbatasan.

"Kami sudah mengurungkan rencana pembangunan tembok beton pada awal pemerintahan," kata Kelly.

Pernyataan John Kelly muncul di tengah kebuntuan soal proposal tembok Trumpsenilai US$ 5 miliar (Rp 72 triliun) yang ditolak DPR, yang menyebabkan penghentian layanan pemerintahan atau government shutdown.



Credit TEMPO.CO


https://dunia.tempo.co/read/1160551/rencana-sempat-diurungkan-trump-ngotot-bangun-tembok-perbatasan





Sabtu, 29 Desember 2018

Trump Ancam Tutup Seluruh Perbatasan AS-Meksiko

Presiden AS Donald Trump mengancam menutup seluruh perbatasan AS-Meksiko jika anggaran tembok perbatasan tak disetujui. (REUTERS/Carlos Barria)

Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trumpmengancam untuk menutup seluruh perbatasan AS-Meksiko jika Kongres tidak menyetujui anggaran untuk membangun tembok perbatasan senilai miliaran dolar. 

Dalam serangkaian cuitan Trump pada akun Twitter-nya, ia menyebut alternatif dari tak adanya tembok perbatasan adalah pemisahan total dari Meksiko, termasuk membuat perusahaan mobil AS menarik keluar pabrik mereka.

Ancaman ini sekali lagi menaikkan taruhan dalam pertikaian politik yang telah menyebabkan penutupan sebagian pemerintah AS dan tampaknya akan mendominasi isu politik awal tahun ketiga kepresidenan Trump.

"Kami akan paksa untuk menutup Perbatasan Selatan sepenuhnya jika Demokrat tidak memberi uang untuk menyelesaikan tembok perbatasan dan mengubah undang-undang imigrasi yang konyol," tulis Trump, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (29/12).

Donald J. Trump

@realDonaldTrump

We will be forced to close the Southern Border entirely if the Obstructionist Democrats do not give us the money to finish the Wall & also change the ridiculous immigration laws that our Country is saddled with. Hard to believe there was a Congress & President who would approve!

115K

7:16 PM - Dec 28, 2018

Twitter Ads info and privacy


68.7K people are talking about this

Twitter Ads info and privacy

Dengan penutupan perbatasan, Trump mengatakan akan membawa hubungan AS-Meksiko kembali ke hari-hari sebelum perjanjian NAFTA membuka perdagangan bebas di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat.

"Ini akan membawa industri mobil kami kembali ke Amerika Serikat," katanya.

Trump tidak menyebutkan perjanjian perdagangan bebas baru, yang dikenal sebagai USMCA, yang baru-baru ini ia tandatangani dengan dua negara tetangga untuk menggantikan NAFTA dan yang telah berulang kali dipuji sebagai dorongan besar bagi perdagangan Amerika.

Anggaran US$5 Miliar

Trump menginginkan anggaran US$ 5 miliar guna membangun tembok sepanjang lebih dari 2.000 mil pada perbatasan AS, yang menurutnya saat ini terlalu keropos untuk menghentikan imigrasi ilegal dan menjadi magnet bagi para penjahat, narkoba, dan bahkan teroris.

Lawan politiknya, terutama di partai Demokrat tetapi juga beberapa di partai Republik Trump, mengatakan bahwa dinding fisik tidak praktis dan ide tersebut digunakan sebagai alat politik untuk menyiapkan xenophobia di basis pemilih sayap kanan Trump.

Demokrat menolak untuk menyetujui pendanaan tersebut dan Trump membalas dengan menolak untuk menandatangani rencana anggaran pemerintah secara luas, meninggalkan sekitar 800.000 karyawan federal tanpa bayaran.

Negosiasi tentang pencabutan penutupan pemerintah sebagian itu (government shutdown), dengan menyediakan sejumlah dana keamanan perbatasan, telah terbata-bata dan tidak ada perdebatan baru yang dijadwalkan sebelum Rabu depan.

Invasi Imigran

Amerika Serikat menjadi tujuan banyak imigran asal negara-negara Amerika Serlatan yang mencari suaka. Trump telah secara konsisten menyebut para pencari suaka dan migran ekonomi dalam istilah-istilah yang aneh, menyebut mereka meningkatkan momok pemerkosa, anggota geng, dan orang-orang dengan penyakit menular yang berkeliaran bebas melintasi perbatasan.


Pada bulan November, Trump mengancam akan menutup "seluruh perbatasan" dengan Meksiko jika migrasi penduduk tersebut melewati batas yang dapat dikontrol AS. 

Trump dan media yang bersahabat dengan pemerintahannya telah mengaitkan dengan apa yang dikenal sebagai "karavan" atau kelompok beberapa ratus atau bahkan lebih migran yang berjalan dengan trek epik yang melintasi Amerika Tengah dan Meksiko untuk mencoba dan mencapai Amerika Serikat.

Meskipun banyak karavan adalah keluarga dan orang hanya putus asa untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih aman, Trump telah menggambarkan kelompok sebagai upaya terorganisir untuk menyerang Amerika Serikat. 

Credit CNN INDONESIA




https://m.cnnindonesia.com/internasional/20181229030538-134-357220/trump-ancam-tutup-seluruh-perbatasan-as-meksiko





Rabu, 26 Desember 2018

Trump: Pemerintah Tutup Hingga Kita Punya Tembok Perbatasan


Trump: Pemerintah Tutup Hingga Kita Punya Tembok Perbatasan
Presiden AS Donald Trump menyatakan pemerintah akan tutup hingga kesepakatan mengenai tembok perbatasan dipenuhi. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan penutupan sebagian pemerintah federal akan berlangsung sampai permintaannya untuk dana membangun tembok di perbatasan dengan Meksiko dipenuhi.

Pemerintah AS sebagian ditutup pada hari Sabtu, dan belum ada tanda-tanda upaya nyata untuk membuka kembali lembaga-lembaga yang ditutup oleh kebuntuan politik atas permintaan Trump untuk dana dinding perbatasan.

"Saya tidak bisa memberi tahu Anda kapan pemerintah akan dibuka kembali," kata Trump, berbicara setelah konferensi video Hari Natal dengan pasukan AS yang bertugas di luar negeri.

"Aku bisa memberitahumu itu (pemerintah) tidak akan dibuka kembali sampai kita memiliki tembok, pagar, apa pun yang mereka suka menyebutnya. Saya akan menyebutnya apa pun yang mereka inginkan, tetapi semuanya tetap sama. Itu adalah penghalang dari orang-orang yang berdatangan ke negara ini, dari narkoba," tuturnya.

"Jika Anda tidak memiliki itu (tembok), maka kami tidak akan membuka (pemerintah)," tegasnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (26/12/2018).

Pendanaan untuk sekitar seperempat program federal - termasuk departemen Keamanan Dalam Negeri, Keadilan dan Pertanian - berakhir pada tengah malam pada hari Jumat. Tanpa kesepakatan untuk memecahkan kebuntuan, penutupan itu kemungkinan akan merambah ke tahun baru.

Membangun tembok adalah salah satu janji kampanye Trump yang paling sering diulang, tetapi Demokrat sangat menentangnya. 



Credit  sindonews.com



Selasa, 25 Desember 2018

Gubernur Wanita Pertama Meksiko Tewas Kecelakaan Pesawat

Kecelakaan Pesawat/ilustrasi

CB, MEKSIKO CITY -- Gubernur negara bagian Puebla pusat Meksiko, Martha Erika Alonso (45 tahun) tewas dalam kecelakaan pesawat. Tewasnya Alonso selang hanya beberapa hari setelah ia dilantik.

Suaminya yang seorang Senator Rafael Moreno Valle juga tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut. Laporan yang dilansir BBCmengatakan, kecelakaan terjadi pada Senin (24/12) tidak lama setelah setelah pesawat lepas landas dari ibu kota negara bagian Puebla. Pesawat itu diyakini berjenis helikopter.

Kematian Gubernur baru tersebut  dikonfirmasi oleh Presiden baru Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador. Lewat Twitterresmi Presiden dalam bahasa Spanyol, Presiden Lopez Obrador menyatakan belasungkawa terdalam kepada kerabat kedua politisi.

Dia mengatakan, penyelidikan akan diluncurkan segera untuk mengetahui penyebab kecelakaan. Hingga kini petugas masih melakukan investigasi,.

Alonso menjadi gubernur wanita pertama di Puebla  lewat pemilihan umum sengin pada Oktober lalu. Dia merupakan anggota partai PAN kanan-tengah.

Alonso mulai menjabat sebagai Gubernur Puebla, kota terbesar kedua di Meksiko pada 14 Desember. Ia mengalahkan Manuel Barbosa dengan suara tipis. Barbosa adalah kandidat favorit Presiden Lopez Obrador untuk menjadi gubernur salah satu negara bagian terpadat di Meksiko.

Barbosa mengatakan, kematian Alonso dan Moreno Valle adalah tragedi yang tak seorang pun ingin. "Saya sangat terkejut dan berduka. Simpati saya kepada orang-orang yang mereka cintai. Ini bukan waktunya untuk membuat spekulasi," ujar Barbosa. Suaminya, Moreno Valle juga menjabat sebagai gubernur Puebla antara 2011 dan 2017.


Credit REPUBLIKA.CO.ID

https://m.republika.co.id/berita/internasional/eropa/18/12/25/pk9rbj377-gubernur-wanita-pertama-meksiko-tewas-kecelakaan-pesawat







Kamis, 20 Desember 2018

Bendung Imigran, AS Guyur Amerika Tengah dan Meksiko Miliaran


Bendung Imigran, AS Guyur Amerika Tengah dan Meksiko Miliaran
Amerika Serikat menjanjikan miliaran dolar untuk pembangunan di Amerika Tengah dan Meksiko demi membendung imigran ilegal. (REUTERS/Carlos Barria)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat menjanjikan akan menggelontorkan miliaran dolar untuk pembangunan di Amerika Tengah dan Meksiko. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari rencana memperkuat ekonomi di kawasan itu dan membendung imigran ilegal.

Hal tersebut diungkapkan oleh pemerintah AS dan Meksiko pada Selasa (18/12). Sebelumnya, Presiden Meksiko, Manuel Lopez Obrador telah membujuk Donald Trump untuk bekerja sama membantu Honduras, El Salvador, Guatemala serta wilayah selatan Meksiko.

Selama ini, ribuan imigran Amerika tengah yang melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di negaranya dikabarkan menetap di penampungan di Tijuana, Meksiko.



Sebelum mengklaim suaka ke Negeri Paman Sam, mereka harus menunggu beberapa pekan sampai bulan di perbatasan AS tersebut.

Untuk menekan angka imigran ilegal, Trump mengancam akan membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko sejak pemilu lalu. Namun Meksiko selalu menolak membiayai pembangunan tersebut.

Kedua kepala negara kemudian berdiskusi terkait persoalan imigrasi melalui sambungan telepon pada pekan lalu.

Banyak yang beranggapan bahwa Trump, anggota Partai Republik, dan Lopez Obrador, anggota partai sayap kiri, akan berbenturan. Namun pernyataan kedua belah pihak pada Selasa kemarin, memecahkan keraguan tersebut.

"Akhirnya kami melihat bahwa Meksiko dan AS berada dalam pihak yang sama dan dapat saling memahami serta menanggulangi migrasi dari Amerika Tengah sebagai masalah regional bersama," tutur Christopher Wilson, wakil direktur Institut Meksiko di Wilson Center, Washington, seperti dilansir AFP, Rabu (19/12).

Sebagian besar pembiayaan proyek akan ditanggung melalui investasi swasta, termasuk melalui Overseas Private Investment Corporation (OPIC), sehingga tak akan membebani pajak AS.

Hal ini, menurut Wilson, merupakan solusi yang kreatif dan sesuai untuk administrasi Trump.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan Washington mengerahkan US5,8 miliar (sekitar Rp835 triliun) untuk proyek ini, dan meningkatkan investasi publik dan swasta di Meksiko melalui OPIC sebesar US$4,8 miliar (sekitar Rp691 triliun).

Sebanyak US$2 miliar (sekitar Rp28,8 triliun) akan diberikan untuk pembangunan di Meksiko selatan. Pemerintah Meksiko telah berjanji akan mencari biaya sebesar US$25 miliar (sekitar Rp360 triliun) untuk mengembangkan wilayah selatan Meksiko selama lima tahun ke depan.

Pemerintah Meksiko telah berjanji akan menawarkan visa kerja migran jika imigran AS memenuhi syarat untuk tinggal di negara tersebut, dan Obrador ingin AS melakukan hal yang sama.

Juru bicara pemerintah Meksiko, Roberto Velasco, mengatakan dalam beberapa hari mendatang mereka akan mengumumkan perubahan kebijakan imigrasi yang menggabungkan rencana untuk visa kerja bagi migran.

Departemen Luar Negeri Meksiko mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka ingin menunjukkan kesediaan Meksiko untuk mengembangkan kerangka kerja agar imigrasi berjalan dengan legal, teratur dan aman.




Credit  cnnindonesia.com




Kamis, 06 Desember 2018

Presiden Baru Meksiko Ingin Hapus Impunitas Pemimpin Negara


Presiden Baru Meksiko Ingin Hapus Impunitas Pemimpin Negara
Presiden baru Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, ingin menghapus kekebalan hukum seorang presiden melalui draf undang-undang yang diserahkan ke Kongres. (AFP PHOTO/RONALDO SCHEMIDT)


Jakarta, CB -- Presiden baru Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, ingin menghapus kekebalan hukum seorang presiden melalui draf undang-undang yang diserahkan ke Kongres.

"Kami ingin mengakhiri kekebalan hukum yang ditetapkan konstitusi. Rancangan undang-undang ini memungkinkan mengadili seorang presiden seperti rakyat biasa," ucap Obrador, Selasa (4/12).

"Tentunya, itu berarti memungkinkan mengadili dia (presiden) karena kasus korupsi, terutama ketika dia masih menjabat."


Di dalam konstitusi Meksiko saat ini, seorang presiden hanya bisa dituntut atau diadili atas "kejahatan tinggi" dan tindakan pengkhianatan.


Obrador, yang baru resmi menjabat pada 1 Desember lalu, juga memotong gaji dirinya sendiri sebanyak 60 persen. Dia juga menjual sedikitnya 60 pesawat milik pemerintah, termasuk pesawat kepresidenan, dan 70 helikopter negara.

Pesawat kepresidenan yang dibeli 6 tahun silam senilai US$218 juta atau setara Rp3,1 triliun itu disebut Orbador sebagai simbol kemewahan yang tak sebanding dengan kondisi negara.

"Kami menjual seluruh pesawat dan helikopter yang selama ini digunakan politikus-politikus korup," ucap Obrador.


Selain menjual pesawat, Obrador juga berjanji akan mengakhiri skema tunjangan pensiun bagi mantan-mantan presiden. Dia juga berencana memotong gaji pejabat senior yang dianggap penabung uang signifikan.

"Rakyat memilih untuk sebuah perubahan dan kami akan menerapkan kebijakan penghematan," katanya dikutip AFP.

"Ketika seorang pejabat publik setuju untuk dibayar 600 ribu peso per bulan, itu adalah korupsi. Di negara dengan kemiskinan yang begitu dalam seperti ini, mendapatkan gaji sebesar itu bagi seorang pegawai negeri adalah tindakan tidak jujur."


Meski dinilai positif, rencana kontroversial Obrador tersebut ditolak banyak pihak, terutama pegawai publik senior termasuk di kalangan pengadilan, bank sentral, kementerian keuangan, hingga perusahaan minyak negara Pemex.

Obrador memenangkan pemilu presiden pada 1 Juli lalu. Sebelumnya, mantan Wali Kota Mexico City itu juga pernah mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu 2006 dan 2012.

Dikenal dengan gaya hidup sederhana, Obrador tidak mau tinggal di Los Pinos, kediaman presiden Meksiko yang mewah.




Credit  cnnindonesia.com





Rabu, 05 Desember 2018

4.000 Migran Meninggal dan Hilang dalam Perjalanan ke AS


Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko
Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko
Foto: VOA
Banyak keluarga tidak melaporkan kehilangan kerabatnya yang bermigrasi secara ilegal




CB, SAN PEDRO SULA — Haydee Posadas menunggu delapan tahun menunggu kepulangan putranya, Wilmer Gerardo Nunez. Putranya melarikan diri dari Honduras ke AS pada 2010 karena ancaman geng.

Hal yang sama dilakukan ribuan orang lainnya menuju wilayah Amerika Utara. “Saya berada di antara batu karang dan tempat yang keras. Aku tidak tahu apa-apa tentang putraku, apakah dia hidup atau mati,” kata Posadas.

Kisah Nunez adalah bagian kecil dari keberadaan migrasi yang tersembunyi ke AS melalui Meksiko. Dalam empat tahun terakhir, hampir 4.000 migran meninggal atau hilang di sepanjang rute itu.

The Associated Press (AP) menghitung, ada jumlah 1.573 orang lebih banyak dari data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Sebab, AP memperkirakan banyak keluarga tidak melaporkan kehilangan atas orang-orang yang bermigrasi secara ilegal.

Pendatang Amerika Latin berjumlah sekitar 56.800 orang dari seluruh dunia yang meninggal atau hilang selama periode yang sama. Di mana-mana, migran menghadapi risiko. Rute Meksiko contohnya, memiliki bahaya tambahan perdagangan narkoba dan kekerasan geng.

Lebih dari 37 ribu orang dilaporkan hilang di seluruh Meksiko karena kekerasan geng narkoba. Jumlah orang menghilang paling tinggi berada di perbatasan Tamaulipas, lokasi penyeberangan yang dilalui banyak migran.

Ciudad Planeta di San Pedro Sula tampak seperti lingkungan kelas pekerja biasa. Banyak rumah beton satu lantai dengan atap logam. Namun, jeruji yang tampak di hampir setiap serambi menunjukkan bahwa daerah itu salah satu lingkungan paling berbahaya.

Itu adalah lingkungan yang ditinggalkan Nunez untuk pertama kalinya pada 1990an. Saat berusia 16 tahun, Nunez pergi menuju AS.

“Dia tidak mengatakan apa-apa kepada saya. Suatu hari dia pergi begitu saja,” ujar Posadas.

Nunez bukan anak tertua dari 10 anak dalam keluarga itu. Namun, dia adalah anak yang perhatian dengan keluarga lainnya.

Nunez mengirim uang ke rumahnya. Dia juga menelepon ibunya hampir setiap hari.

Nunez dideportasi dua kali, tetapi kembali ke AS setiap kali. Pada 2007, dia jatuh cinta dengan seorang wanita Meksiko, Maria Esther Lozano yang saat ini berusia 38 tahun. Saat itu, mereka memiliki seorang anak, Dachell.

Ketika Lozano hendak melahirkan anak lagi pada Juli 2010, Nunez dideportasi untuk ketiga kalinya.

Lingkungan itu lebih berbahaya karena kejahatan yang terorganisasi. Bahkan, penjahat kerap melakukan penggerebekan berdarah. Salah satu cucu Posadas tewas ditembak orang bersenjata yang menuding adanya keterlibatan dengan geng.

Pada beberapa malam, terjadi aksi saling tembah di jalanan. Terkadang, Posadas terbangun karena suara langkah kaki dari seseorang yang melarikan diri lewat atap rumahnya.

Posadas memiliki mantra untuk bertahan hidup di Planeta, “Jika anda melihatnya, anda tidak melihatnya. Jika anda mendengarnya, anda tidak mendengarnya. Dan, semua orang diam saja.”


Credit  republika.co.id

Lelah Menunggu Suaka, Migran Terobos Perbatasan AS


Petugas AS menembakkan gas air mata ke arah migran di perbatasan Meksiko
Petugas AS menembakkan gas air mata ke arah migran di perbatasan Meksiko
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Presiden AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki negerinya



CB, TIJUANA -- Migran dari Amerika Tengah yang tertahan di gerbang masuk Amerika Serikat di Meksiko menerobos pagar perbatasan pada Senin (3/12) waktu setempat. Mereka menanggung resiko ditahan oleh Pemerintah AS tapi berharap masuknya mereka secara tidak sah akan memungkinkan mereka mengajukan suaka.

Sejak pertengahan Oktober, ribuan warga Amerika Tengah, kebanyakan dari Honduras, telah melakukan perjalanan ke utara melalui Meksiko menuju Amerika Serikat dalam satu caravan. Sebagian dari mereka berjalan kaki sebagian besar dari perjalanan panjang tersebut.

Presiden AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki negerinya. Ia mengirim tentara untuk memperkuat penjagaan di perbatasan dan berusaha mengubah prosedur, tindakan yang sejauh ini ditolak oleh pengadilan, untuk membuat pencari suaka tetap berada di Meksiko sementara kasus mereka dipertimbangkan.

Banyak migran, yang kecewa dan kehabisan tenaga setelah berpekan-pekan menghadapi ketidak-pastian, telah menjadi sangat putus-asa sejak mereka terjebak di kamp kumuh di Kota Tijuana di perbatasan Meksiko.

Akibatnya ialah sejumlah migran memilih untuk menjauh dari prosedur sah dan berusaha memasuki AS secara tidak sah dari Tijuana saat senja datang pada Senin (3/12) di satu tempat sekitar 450 meter dari Samudra Pasifik.

Dalam waktu kurang dari satu jam, wartawan Reuters mengamati sebanyak dua lusin orang memanjat pagar dengan tinggian sekitar tiga meter yang terbuat dari lempengan dan pilar baja. Mereka memilih satu tempat di selokan lebar tempat pagar perbatasan agak rendah.

Tepat sebelum senja, tiga orang yang bertubuh kurus menekan pagar di pantai dan dengan cepat dicomot oleh Patroli Perbatasan AS, kata beberapa saksi mata. Tapi di sepanjang perbatasan darat saat kegelapan menyelimuti, makin banyak migran mengikuti lelaki kurus tersebut, banyak migran bahkan membawa anak.

"Sebagian migran menggunakan selimut sebagai tambang untuk membantu orang yang mereka cintai memanjat pagar," kata saksi mata.

Seorang ibu dan anak-anaknya melewati pagar pertama dan menghilang dalam kegelapan malam. Pemandangan mereka memanjat pagar mendorong yang lain, bahkan saat satu helikopter berpatroli di atas mereka di wilayah AS.

Sebelumnya, Keren Mayeni, warga negara Honduras yang berusia 29 tahun, mengukur ketinggian pagar sambil memegang tiga anaknya yang berusia enam, 11 dan 12 tahun. "Kami cuma mengawasi, dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi," kata Mayeni.

"Kami akan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam dua hari." Sembilan menit kemudian, wanita itu dan keluarganya sudah melewati pagar.

Sejumlah migran berlari untuk berusaha menghindari penangkapan, tapi sebagian besar dari mereka berjalan lambat-lambat ke tempat para pejabat Patroli Perbatasan AS menunggu di bawah sinar lampu untuk menyerahkan diri mereka.


Credit  republika.co.id

Senin, 03 Desember 2018

Dilantik Sumpah Jabatan, Presiden Meksiko Janji Bawa Perubahan


Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Meksiko. Sumber: edition.cnn.com
Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Meksiko. Sumber: edition.cnn.com

CB, Jakarta - Presiden Meksiko yang baru Andres Manuel Lopez Obrador, bersumpah menciptakan perubahan pada negara itu. Obrador yang terpilih dalam pemilu 1 Juli lalu, bertekad memberantas korupsi, kemiskinan, kekerasan antar geng di pintu perbatasan Meksiko – Amerika Serikat dan merangkul kelompok minoritas untuk menghapus kesenjangan. 
Komitmen itu disampaikan Lopez Obrador ketika dilantik sumpah jabatan dihadapan Kongres majelis rendah, Sabtu, 1 Desember 2018. Dalam kesempatan itu, dia berjanji akan membawa kelahiran kembali Meksiko setelah diwarisi bencana selama berpuluh tahun oleh pemerintahan sebelumnya yang beraliran neo-liberal.

“Pemerintah tidak akan menjadi sebuah komite yang melayani sebuah golongan yang tamak. Pemerintah pun tidak akan menjadi fasilitator mereka yang melakukan penjarahan seperti yang telah terjadi selama ini,” kata Lopez Obrador, seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 2 Desember 2018.

Tugas Lopez Obrador sebagai orang nomor satu di Meksiko saat ini tidak mudah. Tantangan besar yang dihadapinya diantaranya mengatur hubungan Meksiko dengan mitra-mitra dagangnya seperti Amerika Serikat, khususnya setelah Negara Abang Sam itu menyerang Meksiko terkait imigran ilegal yang melintasi wilayah perbatasan tersebut.

Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Meksiko. Sumber: edition.cnn.com

Lopez Obrador, 65 tahun, yang seorang veteran sayap kiri juga harus meyakinkan para pelaku bisnis terhadap potensi pasar Meksiko. Saat ini, pasar negara itu jatuh paska-pemilu karena kekhawatiran pada kebijakan yang akan diambil Lopez Obrador, termasuk pembatalan tiba-tiba pembangunan bandara baru Mexico City senilai US$ 13 miliar atau Rp 186 triliun.
Terkait hal ini, Lopez Obrador menegaskan kembali investasi di negaranya akan aman. Dia bahkan berjanji akan menghormati bank sentral sebagai lembaga yang independen. Pemerintahan Meksiko yang baru juga akan membuat tabungan dengan cara menghentikan kerugian masyarakat dari tindak kejahatan korupsi dan tidak membuat utang baru atau pajak.



Credit  tempo.co





Konsulat AS di Meksiko Diserang Granat


Konsulat AS di Meksiko Diserang Granat
Dua anggota tentara Meksiko berjaga di depan kantor Konsulat AS di Meksiko. Foto/Istimewa

MEXICO CITY - Konsulat Amerika Serikat (AS) yang ada di Guadalaraja, Meksiko, diserang granat pada Jumat malam. Dua granta diyakini telah dilemparkan, dengan satu meledak sekitar jam 07.30 malam waktu setempat.

Otoritas keamanan dari AS dan Meksiko tengah menyelidiki serangan yang menargetkan Konsulat AS itu.

Dalam sebuah pernyataan, pejabat konsuler mengatakan mereka mengetahui insiden keamanan yang terjadi di Konsulat Jenderal AS pada Jumat malam.

"Konsulat ditutup pada saat itu dan tidak ada cedera," bunyi pernyataan itu.

"AS dan otoritas Meksiko sedang menyelidiki. Kami akan memberikan informasi lebih lanjut (termasuk tentang operasi konsuler) setelah tersedia,” sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Fox News, Minggu (2/12/2018).

Sementara penyelidikan terus berlanjut dan belum ada penjahat yang diidentifikasi, serangan itu terjadi hanya seminggu setelah beberapa video yang diposting online menampilkan interogasi seorang anggota kartel "sicario" - atau dikenal sebagai pembunuh bayaran - yang diduga bekerja untuk kartel dominan di daerah, Jalisco New Generation Cartel (CJNG). Dia mengklaim dia memiliki perintah untuk menyerang kedutaan atau konsulat AS dari pemimpinnya, Rubén Oseguera González, juga dikenal sebagai "El Mencho."

Derek Maltz, mantan agen khusus yang bertanggung jawab di Divisi Operasi Khusus Operasi Penegakan Narkoba, mengatakan kepada Fox News bahwa ada beberapa informasi yang belum dikonfirmasi beredar pekan lalu bahwa El Mencho atau anggota CJNG mengancam akan mengebom Kedutaan Besar AS atau Konsulat AS di Meksiko.

Menurut salah satu sumber penegak hukum yang berbasis di Meksiko, polisi kota mengklaim hari Jumat bahwa ada alarm palsu pada hari sebelumnya, dan mereka menemukan petasan.

"Kedengarannya seperti uji coba," tambah sumber, yang tidak berwenang untuk berbicara.

Maltz memperingatkan bahwa serangan hari Jumat mungkin dilakukan oleh kartel pesaing CJNG sebagai cara untuk mencemarkan nama baik kelompok itu.

Meskipun demikian, El Mencho, sebagai pemimpin kartel yang sedang naik daun, adalah salah satu orang yang paling dicari di Meksiko.

"CJNG bertanggung jawab untuk mengirimkan berton-ton kokain, methamphetamine dan fentanyl/heroin ke Amerika Serikat," kata Maltz. 

“Seperti Kartel Sinaloa yang dikepalai oleh Chapo Guzman, CJNG beroperasi di seluruh dunia dan telah memperluas operasi di luar AS ke Eropa, Australia, dan Asia,” imbuhnya.

Mencho telah ditunjuk sebagai gembong di bawah penunjukan Departemen Luar Negeri AS dan merupakan buron teratas. Ada hadiah USD10 juta dolar.

"Informasi terbaru adalah bahwa CJNG sangat keras dan juga khawatir mereka kehilangan uang pada bisnis penyelundupan manusia di Meksiko baru-baru ini karena karavan," tambah Maltz.

"Ketika para migran bergerak di konvoi yang lebih besar yang dilindungi oleh pejabat pemerintah, kartel kehilangan uang, yang menyebabkan beberapa kecemasan atas hilangnya pendapatan." 




Credit  sindonews.com




Rabu, 28 November 2018

Meksiko Minta AS Selidiki Penggunaan Gas Air Mata di Perbatasan



Meksiko Minta AS Selidiki Penggunaan Gas Air Mata di Perbatasan
Meksiko mengirim nota diplomatik meminta AS melakukan mengusut penggunaan gas air mata di perbatasan saat insiden pengusiran migran. Foto/Istimewa

MEXICO CITY - Kementerian Luar Negeri Meksiko mengirimkan nota diplomatik ke Amerika Serikat (AS). Isinya, meminta Washington untuk menyelidiki penggunaan gas air mata di perbatasan kedua negara.

"Kementerian Luar Negeri mengirim nota diplomatik ke Kedutaan AS atas insiden yang terjadi pada 25 November di zona perbatasan Tijuana - San Diego," bunyi nota tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (27/11/2018).

Ditambahkan bahwa Meksiko meminta Amerika Serikat untuk menyelidiki penggunaan senjata mematikan oleh penjaga perbatasan.

Pada hari Minggu, sekitar 500 migran berusaha memasuki Amerika Serikat di perbatasan AS-Meksiko dekat kota Tijuana yang berniat mencari suaka. Menurut layanan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP), beberapa pencari suaka melemparkan proyektil ke sejumlah penjaga perbatasan, yang kemudian menanggapinya dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.

Baca: Tembakan Gas Air Mata AS Usir Rombongan Migran di Perbatasan Meksiko

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Meksiko, lebih dari 8.200 migran dari Amerika Tengah telah tiba di Meksiko dan sekitar 7.400 orang tinggal di dekat kota Tijuana dan Mexicali di perbatasan dengan Amerika Serikat. Pihak berwenang Meksiko membantu sekitar 2.000 migran, yang telah setuju untuk kembali ke negara asal mereka.

Sementara itu Presiden Donald Trump mengatakan Meksiko harus mengirim para migran dari Amerika Tengah yang mencari suaka di Amerika Serikat (AS) kembali ke kampung halaman mereka. Hal itu dikatakan Trump sehari setelah pemerintah AS menutup perbatasan tersibuk di negara itu dan menembakkan gas air mata ke kerumunan migran.

“Meksiko harus menggerakkan bendera melambaikan para migran, banyak dari mereka adalah penjahat berdarah dingin, kembali ke negara mereka. Lakukan dengan pesawat, lakukan dengan bus, tetap lakukan yang Anda inginkan, tetapi mereka TIDAK datang ke AS. Kami akan menutup Perbatasan secara permanen jika perlu. Kongres, dana tembok!” tweet Trump 





Credit  sindonews.com


Selasa, 27 November 2018

Trump Desak Meksiko Pulangkan Para Migran


Trump Desak Meksiko Pulangkan Para Migran
Para migran berlarian setelah aparat AS menembakkan gas air mata di perbatasan Meksiko-AS. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Presiden Donald Trump mengatakan Meksiko harus mengirim para migran dari Amerika Tengah yang mencari suaka di Amerika Serikat (AS) kembali ke kampung halaman mereka. Hal itu dikatakan Trump sehari setelah pemerintah AS menutup perbatasan tersibuk di negara itu dan menembakkan gas air mata ke kerumunan migran.

Insiden hari Minggu terjadi setelah sekelompok migran di kota perbatasan Meksiko Tijuana bergegas ke pagar perbatasan. Ini adalah bab terbaru dari kebijakan keras Trump terhadap ribuan migran yang telah pergi ke utara melalui Meksiko dari negara-negara Amerika Tengah yang penuh kekerasan dan kemiskinan.

Ketegangan telah tumbuh di Tijuana, dan Trump mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa para migran harus menunggu di Meksiko sampai klaim suaka individu mereka diselesaikan di Amerika Serikat. Itu akan menjadi perubahan signifikan dalam kebijakan suaka yang dapat menjaga para migran dari Amerika Tengah di Meksiko selama lebih dari setahun.

Namun pada awal pekan ini, Trump mengatakan Meksiko harus mengirim para migran dari Amerika Tengah, kebanyakan orang Honduras, kembali ke rumah mereka.

“Meksiko harus menggerakkan bendera melambaikan para migran, banyak dari mereka adalah penjahat berdarah dingin, kembali ke negara mereka. Lakukan dengan pesawat, lakukan dengan bus, tetap lakukan yang Anda inginkan, tetapi mereka TIDAK datang ke AS. Kami akan menutup Perbatasan secara permanen jika perlu. Kongres, dana tembok!” tweet Trump seperti dilansir dari Reuters, Selasa (27/11/2018).

Pejabat pemerintah Meksiko tidak segera menanggapi pernyataan Trump.

Meksiko telah bernegosiasi dengan AS mengenai kemungkinan skema untuk menjaga migran di Meksiko sementara klaim suaka mereka diproses.

Tim Presiden Meksiko terpilih Andres Manuel Lopez Obrador, yang berkuasa Sabtu, mengatakan tidak ada kesepakatan yang disepakati para migran. Namun para pejabat mengisyaratkan mereka bisa tetap di Meksiko.

"Kami harus objektif, apa pun yang terjadi mereka akan tetap di Meksiko," kata Alejandro Encinas, deputi menteri dalam negeri.

"Para migran memiliki hak dan kami akan menghormati mereka," imbuhnya. 





Credit  sindonews.com




Meksiko Deportasi Migran Asal Amerika Tengah


Meksiko Deportasi Migran Asal Amerika Tengah
Meksiko Deportasi Migran Asal Amerika Tengah. (AP).

MEXICO CITY - Kementerian Dalam Negeri Meksiko akan mendeportasi sekitar 500 migran yang mencoba masuk ke perbatasan Amerika Serikat (AS) secara “ilegal” dan menyulut kekerasan.

Penegasan itu setelah otoritas keamanan Meksiko terlibat bentrok dengan pengungsi yang menggelar aksi di perlintasan Tijuana dan San Diego. Meskipun terjadi ketegangan di sana, Meksiko tidak akan mengirimkan tentaranya untuk mengendalikan 7.417 migran yang memadati perbatasan AS-Meksiko.

Dalam rekaman video menunjukkan puluhan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, menerobos kawat berduri yang memisahkan kedua negara di dekat Tijuana. Pasukan perbatasan AS menghalau mereka dengan menembakkan gas air mata.

“Sekitar 500 migran mencoba melintasi batas dengan cara kekerasan,” demikian keterangan Kementerian Dalam Negeri Meksiko dilansir Reuters.

Mereka yang teridentifikasi terlibat dalam aksi kekerasan akan segera dideportasi secepatnya. “Tindakan migran itu melanggar kerangka migrasi legal dan bisa menjadi insiden serius,” ucap mereka.

Ketegangan di Tijuana kini semakin memanas setelah kedatangan ribuan pengungsi pada awal bulan ini. Mereka tiba di Tijuana setelah menempuh perjalanan lebih dari 4.350 km dari Amerika Tengah. Mereka ingin memperbaiki nasib di AS untuk menghindari kemiskinan dan kekerasan di negara asalnya, Honduras, Guatemala, dan El Salvador.

Namun, mereka harus menunggu lama jika aplikasi suakanya diterima oleh Pemerintah AS. Apalagi Presiden AS Donald Trump tidak akan menerima para pengungsi. Pengadilan juga sudah membatalkan perintah Trump tersebut. Nasib pengungsi akan tidak jelas dalam beberapa bulan ke depan.

Di tengah keputusasaan tersebut, pada Minggu (25/11) waktu setempat, sekitar 500 migran ikut berdemonstrasi dalam menuntut hak mencari suaka di AS. “Kita bukan penjahat! Kita adalah pekerja keras!” demikian teriak para pengungsi.

Para pengungsi ingin suara mereka didengar. “Mungkin Donald Trump bisa memberikan kita kesempatan,” kata Roberto, warga Honduras yang ingin mencari suaka di AS.

“Kita datang ke sini untuk bekerja. Kita tidak mencari masalah atau kejahatan,” katanya.

Menteri Dalam Negeri Meksiko Alfonso Navarrete mengatakan migran memang menggelar aksi. Saat bersamaan, sebagian pengungsi berpisah dari demonstran dan berlari menuju perbatasan untuk melintas ke AS. Aksi itu yang disayangkan Pemerintah Meksiko.

Aksi ketegangan, perlintasan batas antara Tijuana dan San Diego pun ditutup. Itu merugikan banyak pihak. Penduduk Meksiko, Jose Fajardo, tidak bisa bekerja di San Diego karena ditutup perlintasan batas. “Ini sungguh buruk,” kata Fajardo mengacu pada ketegangan polisi dan pengungsi. Dia mengaku harus bekerja di restoran di San Diego setiap hari, tetapi kini tidak lagi melintas dan tidak ada penghasilan.

Sekitar 70.000 kendaraan dan 20.000 orang melintas dari Meksiko ke AS di perlintasan San Ysidro setiap hari. Direktur Mexico Institute di Pusat Peneltian Wilson Center di Washington, Duncan Wood, mengungkapkan penutupan tersebut merupakan respons drastis. “Itu akan merugikan jutaan dolar,” katanya.





Credit  sindonews.com



Senin, 26 November 2018

Imigran Frustasi dan Nekat Menerobos, AS Tutup Perbatasan


Imigran Frustasi dan Nekat Menerobos, AS Tutup Perbatasan
Ilustrasi bentrokan imigran di perbatasan Meksiko. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Jakarta, CB -- Lembaga Bea Cukai dan Penjaga Perbatasan Amerika Serikat memutuskan menutup seluruh ruas jalan kendaraan dan jalur pejalan kaki untuk pelintas batas, di pos mereka di San Ysidro, San Diego, California, yang berbatasan dengan Meksiko pada Minggu (25/11) waktu setempat.

Penyebabnya adalah ratusan pendatang dari Amerika Tengah mencoba merangsek ke Negeri Abang Sam melalui Kota Tijuana, Meksiko lantaran bosan menunggu kepastian kapan mereka boleh melintas.

Penutupan perbatasan AS dilakukan 3 hari selepas Presiden Donald Trump menebar ancaman akan bertindak keras terhadap para imigran yang nekat menerobos. Padahal, perlintasan di San Ysidro adalah salah satu yang tersibuk.


Sebagaimana dilansir AFP, Senin (26/11), Menteri Dalam Negeri Meksiko Alfonso Navarette menuding sejumlah imigran nekat akan melintas ke Amerika Serikat secara ilegal. Sebab, mereka sudah menunggu sekian lama untuk penerbitan izin yang tak kunjung diterima. Alhasil, Meksiko juga mengerahkan pasukan untuk menjaga ketertiban di perbatasan.


"Kami akan bertindak dan memulangkan mereka," kata Navarette.

Sekitar 500 imigran dari negara Amerika Tengah sempat berunjuk rasa sebelum nekat melintasi perbatasan dari Meksiko ke AS. Mereka sempat berhasil menerobos pagar perbatasan di Meksiko, tetapi kemudian dipaksa mundur karena penjaga perbatasan AS menembakkan gas air mata.

Wali Kota Tijuana, Juan Manuel Gastélum hanya berharap gejolak di perbatasan kedua negara segera berakhir. Sebab, sejumlah penduduk di kotanya bakal kesulitan jika penutupan perbatasan menjadi berkepanjangan. Sebab, sebagian dari mereka kerap bolak-balik ke AS untuk berbisnis hingga menempuh pendidikan.


Maraknya gelombang pendatang dari Amerika Selatan dan Tengah ke AS disebabkan oleh kekerasan dan krisis ekonomi serta kemiskinan yang membelit mereka. Ketimbang membantu, hal itu malah membuat Presiden Trump bersikap keras dengan mengetatkan penjagaan perbatasan dengan mengirim pasukan dan memasang halang rintang berupa kawat berduri.

Kebijakan 'America First' yang selalu didengungkan Trump membuat pemerintahannya dan imigrasinya tidak ramah terhadap pendatang. Beberapa waktu lalu dia juga melarang sejumlah warga dari negara tertentu bercorak Islam datang ke AS. Sebagian penduduknya menentang cara berpikir Trump yang dianggap egois dan tidak menunjukkan kasih sayang kepada sesama menusia.





Credit  cnnindonesia.com




Senin, 19 November 2018

Pengungsi Amerika Tengah terhenti di perbatasan Meksiko-AS


Pengungsi Amerika Tengah terhenti di perbatasan Meksiko-AS
Imigran Amerika Tengah, berada di dalam karavan melewati Meksiko, perjalanan dengan kereta terbuka untuk kargo setelah berhenti di jalur kereta, negara bagian Hidalgo, Meksiko, Sabtu (14/4/2018). (REUTERS/Edgard Garrido)




Mexicali (CB) - Ratusan pengungsi dari Amerika Tengah terhenti di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat pada Sabtu.

Di sana,  segelintir dari mereka mengatakan menyambut tawaran pekerjaan dari Meksiko baru-baru ini sementara AS tidak bersahabat dalam menerima mereka.

Pemerintah Meksiko pada pekan lalu mengulangi tawaran pekerjaan kepada para pengungsi itu, dengan mengatakan bahwa mereka yang memiliki status hukum dapat mengisi ribuan lowongan, sebagian besar di "maquiladoras", menjadi buruh pabrik.

Sejak tiba di perbatasan pada pekan lalu, mereka ditolak masuk melalui gerbang penghubung Meksiko dengan Amerika Serikat.

Puluhan dari kebanyakan orang Honduras itu menunggu dalam antrean untuk mandi dan mencuci pakaian, yang kotor akibat perjalanan 2.600 mil (4.000 kilometer lebih) tanpa henti.

Beberapa anggota kafilah itu, yang meninggalkan kota kejahatan San Pedro Sula, Honduras, pada 13 Oktober, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka bersedia tinggal di Meksiko daripada menghadapi penolakan di seberang perbatasan tersebut.

"Kalau dapat pekerjaan, kami akan tinggal. Ini sangat melelahkan," kata Orbelina Orellana, ibu berusia 26 tahun dengan tiga anak, menunggu di penampungan Alfa dan Omega di kota Mexicali, yang berbatasan dengan Calexico, California.

"Saya banyak menangis karena tidak bisa memberi mereka makan seperti yang saya inginkan," kata Orellana tentang anak-anaknya, "Saya hanya ingin mendapat kesempatan."

Sesudah dihentikan sebentar polisi antihuru-hara Meksiko di persimpangan jalan raya dua negara bagian Meksiko selatan pada akhir bulan lalu, selusin pengungsi mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menolak tawaran itu, lebih memilih mencoba peruntungan di Amerika Serikat.

Tapi, pada Sabtu, beberapa orang mengatakan telah berubah pikiran.

"Kami berpikir menyeberang ke Amerika Serikat, tapi mereka mengatakan itu hampir tidak mungkin," kata Mayra Gonzalez, 32, yang berjalan dengan kedua anaknya, "Kami tidak bisa dalam keadaan kelaparan sambil menunggu apakah mereka akan memberi suaka. Lebih baik bekerja, dengan rahmat Tuhan, di Meksiko sini."

Dalam pembalikan kebijakan lama Amerika Serikat, pemerintah Presiden Donald Trump pada pekan lalu mulai menegakkan aturan baru, yang membatasi hak suaka siapa pun yang datang tanpa dokumen di perbatasan Amerika Serkat.

Trump pada awal bulan ini mengerahkan hampir 6.000 tentara di sepanjang perbatasan negaranya dengan Meksiko.

Ketika melaju ke utara melalui Meksiko, kelompok pengungsi itu dibantu pejabat dan penduduk setempat, yang memberikan makanan, pakaian dan bahkan tumpangan gratis di perjalanan harian, yang rata-rata 30 mil (48 kilometer) sehari, sebagian besar dengan berjalan kaki.

Tapi sambutan itu menjadi terasa lebih dingin ketika rombongan mencapai perbatasan tersebut.

Di Tijuana, kota yang sejak lama terbiasa dengan pendatang dalam perjalanan, orang-orang yang dipulangkan serta mereka yang mencari kesenangan di Amerika Serikat, penduduknya pada pekan lalu melempari para pengungsi dengan batu, menyuruh mereka pulang.

Tapi, beberapa orang mengatakan warga Amerika Tengah itu dapat membantu meningkatkan perekonomian setempat.

"Kami tidak menentang perpindahan," kata Ulises Araiza, ketua Perhimpunan Sumber Daya Manusia Industri di Tijuana, kepada Reuters.

"Kami tahu keadaan di negara mereka. Tapi, kami juga mendukung perintah untuk menyatukan mereka dengan bidang tenaga kerja, karena hanya di Tijuana kami memiliki permintaan industri maquiladora untuk 5.000 orang," katanya.




Credit  antaranews.com





Selasa, 06 November 2018

Hadang Imigran, Milisi Pro-Trump Berkumpul di Perbatasan AS-Meksiko


Hadang Imigran, Milisi Pro-Trump Berkumpul di Perbatasan AS-Meksiko
Kelompok milisi bersenjata dilaporkan sedang menuju ke perbatasan untuk membantu petugas penegak hukum untuk menghalau rombongan imigran dari Meksiko menuju AS. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Kelompok-kelompok milisi bersenjata dilaporkan sedang menuju ke perbatasan untuk membantu petugas penegak hukum untuk menghalau rombongan imigran dari Meksiko menuju ke Amerika Serikat (AS). Para milisi adalah mereka yang mendukung upaya Presiden AS, Donald Trump menolak dan mengusir para imigran itu.

"Kami akan mengamati dan melaporkan, dan menawarkan bantuan dengan cara apa pun yang kami bisa. Kami telah membuktikan diri sebelumnya, dan kami akan membuktikan diri lagi,” kata Shannon McGauley, pemimpin Texas Minutemen, salah satu kelompok milisi.

McGauley mengatakan, kelompoknya yang mencakup sekitar 100 relawan, akan menuju ke sungai yang membagi negara bagian Texas dan Meksiko dalam beberapa hari mendatang.

"Saya tidak bisa memasang nomor di atasnya. Telepon saya berdering tanpa henti selama tujuh hari terakhir. Anda punya milisi lain, suami dan istri, orang-orang yang datang dari Oregon, Indiana. Kami bahkan mendapat dua dari Kanada," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (5/11).

Kelompok ini dimotivasi oleh pernyatan Trump yang telah mengklaim tanpa menawarkan bukti bahwa sebuah rombongan imigran sedang bergerak menuju AS, termasuk orang Timur Tengah yang tidak dikenal, dan penjahat kejam di antara kelompok-kelompok wanita dan anak-anak.

Banyak dari mereka di berada dalam rombongan imigran ini melarikan diri dari kemiskinan ekstrim dan kekerasan geng di Amerika Tengah.

Trump telah memerintahkan militer AS ke perbatasan untuk meningkatkan upaya penegakan hukum, meskipun fakta bahwa rombongan imigran, yang diprediksi berjumlah 4.000 orang, berjarak berminggu-minggu perjalanan ke perbatasan. Rombongan sebelumnya telah gagal di jalan yang sulit ke AS dengan banyak orang berhenti di perbatasan. 





Credit  sindonews.com