Rabu, 05 Desember 2018

Lelah Menunggu Suaka, Migran Terobos Perbatasan AS


Petugas AS menembakkan gas air mata ke arah migran di perbatasan Meksiko
Petugas AS menembakkan gas air mata ke arah migran di perbatasan Meksiko
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Presiden AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki negerinya



CB, TIJUANA -- Migran dari Amerika Tengah yang tertahan di gerbang masuk Amerika Serikat di Meksiko menerobos pagar perbatasan pada Senin (3/12) waktu setempat. Mereka menanggung resiko ditahan oleh Pemerintah AS tapi berharap masuknya mereka secara tidak sah akan memungkinkan mereka mengajukan suaka.

Sejak pertengahan Oktober, ribuan warga Amerika Tengah, kebanyakan dari Honduras, telah melakukan perjalanan ke utara melalui Meksiko menuju Amerika Serikat dalam satu caravan. Sebagian dari mereka berjalan kaki sebagian besar dari perjalanan panjang tersebut.

Presiden AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki negerinya. Ia mengirim tentara untuk memperkuat penjagaan di perbatasan dan berusaha mengubah prosedur, tindakan yang sejauh ini ditolak oleh pengadilan, untuk membuat pencari suaka tetap berada di Meksiko sementara kasus mereka dipertimbangkan.

Banyak migran, yang kecewa dan kehabisan tenaga setelah berpekan-pekan menghadapi ketidak-pastian, telah menjadi sangat putus-asa sejak mereka terjebak di kamp kumuh di Kota Tijuana di perbatasan Meksiko.

Akibatnya ialah sejumlah migran memilih untuk menjauh dari prosedur sah dan berusaha memasuki AS secara tidak sah dari Tijuana saat senja datang pada Senin (3/12) di satu tempat sekitar 450 meter dari Samudra Pasifik.

Dalam waktu kurang dari satu jam, wartawan Reuters mengamati sebanyak dua lusin orang memanjat pagar dengan tinggian sekitar tiga meter yang terbuat dari lempengan dan pilar baja. Mereka memilih satu tempat di selokan lebar tempat pagar perbatasan agak rendah.

Tepat sebelum senja, tiga orang yang bertubuh kurus menekan pagar di pantai dan dengan cepat dicomot oleh Patroli Perbatasan AS, kata beberapa saksi mata. Tapi di sepanjang perbatasan darat saat kegelapan menyelimuti, makin banyak migran mengikuti lelaki kurus tersebut, banyak migran bahkan membawa anak.

"Sebagian migran menggunakan selimut sebagai tambang untuk membantu orang yang mereka cintai memanjat pagar," kata saksi mata.

Seorang ibu dan anak-anaknya melewati pagar pertama dan menghilang dalam kegelapan malam. Pemandangan mereka memanjat pagar mendorong yang lain, bahkan saat satu helikopter berpatroli di atas mereka di wilayah AS.

Sebelumnya, Keren Mayeni, warga negara Honduras yang berusia 29 tahun, mengukur ketinggian pagar sambil memegang tiga anaknya yang berusia enam, 11 dan 12 tahun. "Kami cuma mengawasi, dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi," kata Mayeni.

"Kami akan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam dua hari." Sembilan menit kemudian, wanita itu dan keluarganya sudah melewati pagar.

Sejumlah migran berlari untuk berusaha menghindari penangkapan, tapi sebagian besar dari mereka berjalan lambat-lambat ke tempat para pejabat Patroli Perbatasan AS menunggu di bawah sinar lampu untuk menyerahkan diri mereka.


Credit  republika.co.id