WASHINGTON
- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton
mengatakan, Revolusi Islam Iran yang terjadi 40 tahun lalu adalah sebuah
kegagalan. Revolusi ini membawa Iran kepada kemunduran.
“Sudah 40 tahun gagal. Sekarang terserah rezim Iran untuk mengubah perilakunya dan akhirnya terserah orang-orang Iran untuk menentukan arah negara mereka," kata Bolton melalui akun Twitternya.
"Washington akan mendukung kehendak rakyat Iran dan berdiri di belakang mereka untuk memastikan suara mereka didengar," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (12/2).
“Sudah 40 tahun gagal. Sekarang terserah rezim Iran untuk mengubah perilakunya dan akhirnya terserah orang-orang Iran untuk menentukan arah negara mereka," kata Bolton melalui akun Twitternya.
"Washington akan mendukung kehendak rakyat Iran dan berdiri di belakang mereka untuk memastikan suara mereka didengar," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (12/2).
Sementara
itu, sebelumnya dalam peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran, kemarin,
Yel-yel anti-AS, Israel, dan Arab Saudi disuarakan massa di
jalan-jalan. "Matilah Amerika, Matilah Israel, Matilah al-Saud," pekik
para demonstran yang meramaikan peringatan revolusi tersebut.
Setiap 11 Februari, Iran menyelenggarakan pertemuan umum nasional untuk menyoroti besarnya dukungan akar rumput untuk revolusi, yang menggantikan rezim pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi dengan Republik Islam di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Di dalam negeri, acara ini juga dikenal sebagai "Fajar Sepuluh Hari" untuk memperingati periode protes kekerasan, setelah kembalinya Khomeini 1 Februari 1979 dari pengasingan. Ini juga menandai akhir 2.500 tahun Kekaisaran Persia.
Setiap 11 Februari, Iran menyelenggarakan pertemuan umum nasional untuk menyoroti besarnya dukungan akar rumput untuk revolusi, yang menggantikan rezim pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi dengan Republik Islam di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Di dalam negeri, acara ini juga dikenal sebagai "Fajar Sepuluh Hari" untuk memperingati periode protes kekerasan, setelah kembalinya Khomeini 1 Februari 1979 dari pengasingan. Ini juga menandai akhir 2.500 tahun Kekaisaran Persia.
Credit sindonews.com