WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) bersiap untuk menguji coba sebuah rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III
setelah uji coba terakhir dilakukan tiga bulan lalu. Senjata itu
diperkirakan akan meluncur Selasa malam atau Rabu (6/2/2019) pagi dini
hari waktu setempat dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg utara.
Misil yang proses peluncurannya berlangsung tiga tahap tersebut dijadwalkan akan keluar dari silo bawah tanah antara Selasa pukul 23.01 malam hingga Rabu pukul 05.01 dini hari.
Setelah diluncurkan, militer akan melacak hulu ledak tiruan pada misil itu saat terbang 4.200 mil menuju target yang telah ditentukan di Atol Kwajalein, Samudra Pasifik tengah.
Misil yang proses peluncurannya berlangsung tiga tahap tersebut dijadwalkan akan keluar dari silo bawah tanah antara Selasa pukul 23.01 malam hingga Rabu pukul 05.01 dini hari.
Setelah diluncurkan, militer akan melacak hulu ledak tiruan pada misil itu saat terbang 4.200 mil menuju target yang telah ditentukan di Atol Kwajalein, Samudra Pasifik tengah.
Kendati
demikian, tes ICBM Minuteman III dapat ditunda jika ada masalah teknis
atau cuaca yang tidak menguntungkan di Vandenberg atau pun di downrange.
Angkatan Udara AS rutin melakukan uji coba rudal balistik antarbenua beberapa kali setahun dari pangkalan Vandenberg untuk mengumpulkan informasi tentang akurasi dan keandalan sistem senjata.
"Pengujian perkembangan memberikan data berharga kepada Komando Serangan Global Angkatan Udara, dan secara holistik menguji sistem, prosedur, dan penerbang dari perencanaan misi awal hingga tahap akhir penempatan senjata," kata perwakilan dari Pangkalan Angkatan Udara (AFB) Vandenberg.
Pihak Komando Serangan Global Angkatan Udara mengatakan uji coba ICBM Minuteman III telah dijadwalkan berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelumnya, dan bukanlah reaksi terhadap insiden atau isu di dunia nyata.
Angkatan Udara Amerika memiliki total 400 unit rudal Minuteman III dalam keadaan siaga di dekat Minot dan di F.E. Warren AFB, Wyoming dan Malmstrom AFB, Montana.
Tes senjata yang dijadwalkan ini akan menjadi peluncuran ketiga pada 2019 dari Vandenberg, namun menjadi yang pertama untuk program ICBM Komando Serangan Global.
Uji rudal yang dijadwalkan ini hanya berselang beberapa hari setelah administrasi Donald Trump menangguhkan Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) 1987. Wakil Direktur Nuclear Age Peace Foundation, Rick Wayman, mengatakan Perjanjian INF 1987 merupakan salah satu perjanjian pengendalian senjata paling penting yang pernah dicapai antara Amerika Serikat dan Rusia.
Angkatan Udara AS rutin melakukan uji coba rudal balistik antarbenua beberapa kali setahun dari pangkalan Vandenberg untuk mengumpulkan informasi tentang akurasi dan keandalan sistem senjata.
"Pengujian perkembangan memberikan data berharga kepada Komando Serangan Global Angkatan Udara, dan secara holistik menguji sistem, prosedur, dan penerbang dari perencanaan misi awal hingga tahap akhir penempatan senjata," kata perwakilan dari Pangkalan Angkatan Udara (AFB) Vandenberg.
Pihak Komando Serangan Global Angkatan Udara mengatakan uji coba ICBM Minuteman III telah dijadwalkan berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelumnya, dan bukanlah reaksi terhadap insiden atau isu di dunia nyata.
Angkatan Udara Amerika memiliki total 400 unit rudal Minuteman III dalam keadaan siaga di dekat Minot dan di F.E. Warren AFB, Wyoming dan Malmstrom AFB, Montana.
Tes senjata yang dijadwalkan ini akan menjadi peluncuran ketiga pada 2019 dari Vandenberg, namun menjadi yang pertama untuk program ICBM Komando Serangan Global.
Uji rudal yang dijadwalkan ini hanya berselang beberapa hari setelah administrasi Donald Trump menangguhkan Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) 1987. Wakil Direktur Nuclear Age Peace Foundation, Rick Wayman, mengatakan Perjanjian INF 1987 merupakan salah satu perjanjian pengendalian senjata paling penting yang pernah dicapai antara Amerika Serikat dan Rusia.
"Minggu
yang sama, kedua negara ini sekarang tampaknya akan menguji peluncuran
ICBM. Ketika ICBM tidak akan melanggar Perjanjian INF, itu
mengkhawatirkan bahwa ketegangan luar biasa ini akan datang ke kepala
dengan tes rudal berkemampuan nuklir utama hanya berjam-jam atau
berhari-hari," ujar Wayman kepada Noozhawk.
AS dan Rusia merupakan pemilik lebih dari 90 persen dari sekitar 14.500 senjata nuklir di dunia.
"Angkatan Udara selalu berusaha untuk menjelaskan tes ICBM sebagai rutin dan terputus dari peristiwa geopolitik saat ini. Tetapi tidak ada yang rutin untuk melatih pemusnahan jutaan orang," kata Wayman.
"Keputusan Presiden Trump yang ceroboh untuk membakar Perjanjian INF telah menempatkan kita pada risiko bencana nuklir yang bahkan lebih tinggi, dan pengujian ICBM yang terus dilakukan Amerika Serikat harus dilihat dengan cara ini," imbuh dia.
AS dan Rusia merupakan pemilik lebih dari 90 persen dari sekitar 14.500 senjata nuklir di dunia.
"Angkatan Udara selalu berusaha untuk menjelaskan tes ICBM sebagai rutin dan terputus dari peristiwa geopolitik saat ini. Tetapi tidak ada yang rutin untuk melatih pemusnahan jutaan orang," kata Wayman.
"Keputusan Presiden Trump yang ceroboh untuk membakar Perjanjian INF telah menempatkan kita pada risiko bencana nuklir yang bahkan lebih tinggi, dan pengujian ICBM yang terus dilakukan Amerika Serikat harus dilihat dengan cara ini," imbuh dia.
Credit sindonews.com