Bahrain menilai sikap Australia tidak akan mempengaruhi tuntutan warga Palestina
CB,
Yerussalem -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan
negaranya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel. Akan tetapi
di saat yang sama, ia mengatakan Pemerintah Australia juga telah
memutuskan untuk mengakui aspirasi rakyat Palestina atas sebuah negara
masa depan dengan ibukotanya di Yerusalem Timur.
Perdana
Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dengan tegas menolak pengakuan
Yarussalem Barat sebagai ibu kota Israel. Menurut dia, Australia tidak
memiliki hak untuk mengakui Yarussalem Barat sebagai ibu kota Israel.
“Yerusalem selalu di bawah Palestina, jadi mengapa mereka
mengambil inisiatif untuk membagi Yerusalem yang bukan milik mereka, dan
membagi orang Arab dan orang Yahudi? Mereka tidak punya hak,” ujar
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Sementara
itu Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa
menganggap sikap Australia tidak akan mempengaruhi tuntutan palestina
yang sah, seperti pengakuan Yarussalem Timur sebagai ibu kota mereka.
Khalid sebelumnya juga mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk
membela diri terhadap Iran.
Ketika negara-negara
Teluk Persia dan Israel semakin bekerja sama di belakang layar, Bahrain
dianggap sebagai kandidat yang mungkin menjadi salah satu yang pertama
yang mengambil kerjasama itu sepenuhnya publik dengan membangun hubungan
dengan negara Yahudi.
Direktur eksekutif
Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC), Colin Rubenstein
mengatakan langkah penolakan pembagian wilayah Yerussalem antara Israel
dan Palestina, adalah aksi penolakan negosiasi Israel, baik dengan
masyarakat internasional maupun warga Palestina.
“Harapan
bahwa masyarakat internasional agar kami (Israel) menerima tuntutan
Palestina tidak akan berhasil,” kata Rubenstein melalui laman The
Jarussalem Post yang dilansir Republika, Senin (17/12).