Raja Abdullah setuju solusi dua negara merujuk garis perbatasan 1967
CB, AMMAN
– Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu Raja Yordania Abdullah II di
Amman, Selasa (18/12). Mereka menbahas tentang perkembangan situasi di
Palestina dan kawasan.
Dilaporkan laman kantor berita Palestina,
WAFA,
Abbas memaparkan kepada Raja Abdullah tentang serangan pasukan Israel
baru-baru ini ke Tepi Barat. Mereka menggerebek kantor-kantor lembaga
pemerintah serta melakukan pembongkaran rumah warga.
Abbas mengutarakan kecemasannya tentang kian masifnya proyek
pembangunan permukiman ilegal Israel di wilayah Palestina yang
diduduki.
Ia mengatakan hal itu telah mengorbankan
banyak kehidupan warga Palestina. Sebab tanah mereka dirampas untuk
dijadikan permukiman Yahudi.
Abbas mengapresiasi
Yordania dan Raja Abdullah atas dukungan yang telah diberikan kepada
rakyat Palestina. Ia menekankan perlunya menjaga koordinasi dan
konsultasi yang intens antara Yordania-Palestina.
Raja
Abdullah pada gilirannya menyorot perlunya memecahkan kebuntuan dalam
proses perdamaian, yakni dengan meluncurkan perundingan yang serius
serta efektif antara Palestina dan Israel atas dasar solusi dua negara.
Namun
hal itu harus mengarah pada pembentukan negara merdeka Palestina dengan
garis perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Raja
Abdullah mengutarakan penolakan dan protes atas praktik-praktik sepihak
Israel membangun permukiman di wilayah Palestina yang diduduki.
Ia menilai hal itu merupakan hambatan konkret untuk mencapai perdamaian yang adil dan permanen berdasarkan solusi dua negara.
Ia
meminta komunitas internasional memikul tanggung jawab dan menekan
Israel menghentikan tindakan sepihaknya, termasuk dalam hal pembangunan
permukiman di wilayah Palestina. Sebab apa yang dilakukan Israel
berpotensi memicu kekerasan lebih lanjut.
Raja
Abdullah menegaskan dukungannya untuk Palestina. Yordania akan berdiri
dengan segala potensi dan kemampuannya agar Palestina memperoleh hak dan
keadilan yang selama ini diperjuangkan.