Kamis, 22 November 2018

Israel Bongkar Toko dan Pompa Bensin Palestina di Yerusalem


Israel Bongkar Toko dan Pompa Bensin Palestina di Yerusalem
Ilustrasi (REUTERS/Ronen Zvulun)


Jakarta, CB -- Para pejabat Palestina mengutuk pembongkaran yang dilakukan Israel terhadap 21 bisnis dan pangkalan-pangkalan stasiun bensin, Rabu (22/11). Pembongkaran dilakukan karena pihak keamanan menyebut bisnis ini dibangun secara ilegal di kamp pengungsi Shuafat Yerusalem.

Polisi Israel mengkonfirmasikan dalam sebuah pernyataan bahwa pihak berwenang telah menghancurkan "18 bisnis ilegal dan tiga pom bensin ilegal" di kamp pengungsi Shuafat Yerusalem timur. Israel menyebut wilayah ini dicaplok Palestina. Di wilayah ini ditinggali oleh sekitar 24.000 warga Palestina.

Otoritas Israel memasuki kamp dengan ekskavator untuk menghancurkan bangunan, sementara polisi membentangkan garis pengaman, seperti dilaporkan wartawan AFP.



"Pemerintah kota dengan dukungan polisi akan terus melakukan kegiatan terhadap bisnis ilegal di berbagai wilayah," seperti disebutkan polisi dalam pernyataannya.

Ahmad Abu Holy, kepala departemen pengungsi Organisasi Pembebasan Palestina, mengutuk penghancuran oleh Israel. Ia menyebut pembongkaran ini "ada di bawah dalih ilegal membangun tanpa izin," dalam komentarnya kepada kantor berita resmi Palestina WAFA.

Warga Palestina di Jerusalem timur dan di beberapa bagian Tepi Barat mengatakan hampir tidak mungkin bagi mereka untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan yang dibutuhkan dari pemerintah Israel.


Khader Dibs, seorang pejabat dari kamp, yang dikelilingi oleh tembok pemisah Israel dan satu-satunya kamp pengungsi di Yerusalem, juga mengutuk pembongkaran dan mengatakan toko-toko ini telah dibangun sejak 2007. Pemilik toko mengatakan bahwa mereka hanya diberi pemberitahuan 12 jam sebelumnya.

Kamp Shuafat hanya menerima sedikit bantuan dari kotamadya Yerusalem. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, beroperasi di sana dan menyediakan berbagai layanan kepada warga.

Walikota Yerusalem, Nir Barkat, mengatakan bahwa ia ingin memindahkan agensi PBB itu dari kota tersebut dan mengganti layanannya dengan bantuan dari kotamadya.

Masalah ini sangat sensitif karena menyentuh hak-hak pengungsi Palestina dan status Yerusalem, kedua isu utama dalam konflik Israel-Palestina.


Israel berpendapat jumlah pengungsi Palestina meningkat, terutama karena warga yang memenuhi syarat sebagai pengungsi di tempat itu beranak cucu dan bertambah banyak.

Israel menduduki Jerusalem timur setelah Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mengaku wilayah itu sebagai bagian dari negaranya. Langkah ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Israel ingin mengklaim seluruh bagian kota Yerusalem sebagai ibu kotanya dan tak ingin membaginya dengan Palestina. Sementara Palestina melihat sektor timur Yerusalem sebagai ibu kota negara masa depan mereka.




Credit  cnnindonesia.com