Rabu, 17 Oktober 2018

Tim Elite Al-Saif Al-Ajrab Terlibat Pembunuhan Khashoggi?



Jamal Khashoggi
Jamal Khashoggi
Foto: EPA-EFE/Ali Haider
Saudi membantah klaim pejabat keamanan Turki soal pembunuhan Khashoggi.



CB, ANKARA -- Dua pekan sejak menghilang, belum ada kabar tentang keberadaan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. Hal ini semakin menguatkan klaim Turki bahwa Khashoggi benar-benar telah dibunuh di Konsulat Saudi.

Pemerintah Saudi telah membantah spekulasi tersebut dan menyebut Khashoggi sudah keluar dari kantor konsulat. Sayang Saudi tak memiliki bukti yang memperlihatkan Khashoggi keluar.  Sebaliknya, kesaksian Hatice Cengiz menyebut tunangannya itu belum juga keluar dari kantor konsulat setelah ia menunggu lebih dari tiga jam.

Jika benar Khashoggi dibunuh, siapa yang melakukannya? Media-media Barat dan Turki mencurigai 15 personel Saudi yang datang ke Istanbul bersamaan saat Khashoggi menghilang. Personel-personel Saudi ini ditengarai mengetahui keberadaan jurnalis Washington Post tersebut.

Sumber eksklusif New Khaleej seperti dikutip Middleeastmonitor mengonfirmasi jika tim pasukan elite Al-Saif Al-Ajrab bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. Batalion elite ini disebut berafiliasi langsung oleh putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman.



Sumber menyebut, Salman memilih orang-orang yang berkompeten dari berbagai kesatuan militer untuk masuk dalam pasukan tersebut. Batalion elite ini ditengarai juga bertanggung jawab atas penangkapan ulama dan pangeran yang dianggap bersebrangan dengan kerajaan beberapa waktu lalu.
Sebutan Batalion berasal dari nama pedang terkenal Imam Turki bin Mohamed Al-Saudi, salah satu pendiri negara Saudi. Pangeran MBS telah menyangkal beragam keterlibatannya. Saudi juga mempersilahkan Turki memeriksa kantor konsulat mereka.

Ihwal laporan keterlibatan pangeran MBS bukan hal yang baru. Sebelumnya seperti dikutip the Washington Post, laporan intelien AS menyebut, Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) telah memerintahkan operasi penangkapan jurnalis Jamal Khashoggi.

Hal itu rencananya dilakukan dengan memancing Khashoggi kembali ke negaranya dari tempat tinggalnya di Virginia, Amerika Serikat (AS). Rencana Pangeran MBS untuk menangkap dan menahan Khashoggi diperoleh intelijen AS dari pejabat-pejabat Saudi yang membahas hal tersebut. Kendati demikian, Pemerintah AS belum mengonfirmasi sepenuhnya tentang informasi yang telah beredar itu. 

Beberapa rekan Khashoggi mengatakan, selama empat bulan terakhir, para pejabat senior Saudi yang dekat dengan Pangeran MBS telah menawarkan perlindungan untuknya. Khashoggi bahkan ditawarkan jabatan tinggi di pemerintahan bila bersedia kembali ke Saudi.

"Dia (Khashoggi) berkata, 'Apakah kamu bercanda? Saya tidak memercayai mereka (Pemerintah Saudi) sedikit pun," kata Khaled Saffuri, seorang aktivis politik Arab-Amerika, menceritakan percakapannya dengan Khashoggi yang terjadi pada Mei lalu, tepatnya setelah Khashoggi menerima panggilan dari Saud al-Qahtani, seorang penasihat istana kerajaan.

Khashoggi dilaporkan hilang setelah mendatangi gedung konsulat jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Dua pejabat kepolisian Turki mengklaim Khashoggi telah dibunuh di dalam gedung konsulat. Namun, tuduhan tersebut segera dibantah pejabat konsulat Saudi di Istanbul.

Selama berkarier sebagai jurnalis, dia diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah Saudi. Pangeran MBS yang dipuji karena dianggap melakukan reformasi sosial di Saudi, tak luput dari kritikannya.

Dalam sebuah kolom di Washington Post pada 21 Mei lalu, Khashoggi menulis, “Kami diharapkan untuk dengan penuh semangat menyambut reformasi sosial dan memuji putra mahkota (MBS) sambil menghindari referensi apa pun kepada orang-orang Arab perintis yang berani mengatasi masalah ini beberapa dekade lalu.”

“Kami diminta untuk meninggalkan harapan kebebasan berpolitik, dan tetap diam tentang penangkapan dan larangan perjalanan yang berdampak, tidak hanya pada kritikus, tapi juga keluarga mereka,” kata Khashoggi dalam tulisannya.

Dalam sebuah artikel pada September lalu, Khashoggi kembali mengkritik MBS. Tulisan tersebut berjudul “Saudi Arabia's Crown Prince Must Restore Dignity to His Country-by Ending Yemen's Cruel War”. Melalui tulisannya itu, Khashoggi mendesak Saudi, terutama Pangeran MBS, untuk segera mengakhiri perang Yaman yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan.


Presiden Turki Tayyip Erdogan menegaskan, Turki tidak akan berdiam diri atas hilangnya jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi. Turki sedang menyelidiki semua aspek dari kasus tersebut. Ia menyebut, kasus ini bukan persoalan biasa. Presiden AS Donald Trump juga memberikan perhatian khusus pada kasus ini.




Credit  republika.co.id