CB, Jakarta - Rusia keberatan jika Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian senjata nuklir yang diteken selama era Perang Dingin pada 1987 silam dan bisa memicu bencana dunia hingga perang nuklir.
Namun AS mengatakan kukuh untuk menghentikan pakta pengawasan senjata nuklir meski ada keberatan dari Rusia dan beberapa negara Eropa, kata pejabat senior AS John Bolton, pada Selasa 23 Oktober, setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, dilaporkan dari Reuters, 24 Oktober 2018.
Bolton mengadakan pertemuan dengan Vladimir Putin selama 90 menit di Kremlin, yang menghasilkan agenda pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Putin di Paris bulan depan, setelah sebelumnya bertemu di Helsinki Juli lalu.
Yars atau RS-24 merupakan rudal balistic (peluru kendali) termonuklir antar benua atau intercontinental balistic missiles (ICBM) milik Rusia. Rudal ini membawa hingga 10 hulu ledak dengan 250 kiloton dengan target independen. Wikipedia.org
Namun pertemuan ini tampaknya tidak menghasilkan kemajuan berarti atas niat Trump yang ingin mengakhiri Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), keputusan yang dianggap Rusia sangat berbahaya dan banyak negara Eropa telah memperingatkan dapat kembali memicu perlombaan senjata semasa Perang Dingin.
"Kecuali Rusia dan Cina datang kepada kami dan berkata: Mari kita semua menjadi lebih bijak dan jangan sampai kita mengembangkan senjata itu (nuklir)," kata Trump, dikutip dari New York Times.
Sebagai tanggapan, juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, mengisyaratkan penarikan diri AS memicu perlombaan senjata baru, dan mengatakan Rusia juga akan mengembangkan senjata baru untuk memulihkan keseimbangan militer.
Bolton menyampaikan ancaman rudal Rusia di Eropa adalah alasan keluarnya AS dari INF.
"Masalahnya adalah ada pelanggaran INF Rusia di Eropa sekarang. Ancamannya bukan penarikan INF Amerika dari perjanjian itu. Ancamannya adalah misil Rusia yang sudah dikerahkan," kata Bolton.
Bolton mengatakan Rusia pertama kali secara ilegal menguji rudal jelajah berbasis darat pada 2008 dan menilainya sebagai pelanggarannya terhadap perjanjian, yang disangkal oleh Rusia.
Presiden Ronald Reagan (kanan) dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev saat menandatangani Perjanjian INF di East Room, Gedung Putih pada 8 Desember 1987. [Ronald Reagan Presidential Library via thebulletin.org]
Bolton mengatakan perjanjian itu sudah ketinggalan jaman karena negara-negara lain tetap bebas untuk membuat rudal balistik jarak menengah dan rudal jelajah sementara Amerika Serikat menemukan tangannya terikat. Dia mencatat bahwa upaya sebelumnya untuk memperluas perjanjian untuk memasukkan negara-negara lain juga gagal.
John Bolton, yang menjadi penasihat keamanan Donald Trump, juga mengatakan perjanjian yang dibuat di era Perang Dingin tidak membahas ancaman rudal baru dari negara-negara seperti Cina, Iran dan Korea Utara. Bolton menambahkan proses penarikan diri dari INF bisa memakan waktu beberapa bulan.
Rusia memperingatkan AS terpaksa membalas dalam bentuk apapun demi keseimbangan militer jika Trump betul-betul mewujudkan ancamannya untuk keluar dari perjanjian pengawasan senjata nuklir INF, sebuah perjanjian 1987 yang menghapuskan semua rudal nuklir dan konvensional berbasis jarak pendek dan menengah, yang diteken oleh eks pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan eks presiden AS Ronald Reagan.
Namun AS mengatakan kukuh untuk menghentikan pakta pengawasan senjata nuklir meski ada keberatan dari Rusia dan beberapa negara Eropa, kata pejabat senior AS John Bolton, pada Selasa 23 Oktober, setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, dilaporkan dari Reuters, 24 Oktober 2018.
Bolton mengadakan pertemuan dengan Vladimir Putin selama 90 menit di Kremlin, yang menghasilkan agenda pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Putin di Paris bulan depan, setelah sebelumnya bertemu di Helsinki Juli lalu.
Yars atau RS-24 merupakan rudal balistic (peluru kendali) termonuklir antar benua atau intercontinental balistic missiles (ICBM) milik Rusia. Rudal ini membawa hingga 10 hulu ledak dengan 250 kiloton dengan target independen. Wikipedia.org
Namun pertemuan ini tampaknya tidak menghasilkan kemajuan berarti atas niat Trump yang ingin mengakhiri Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), keputusan yang dianggap Rusia sangat berbahaya dan banyak negara Eropa telah memperingatkan dapat kembali memicu perlombaan senjata semasa Perang Dingin.
"Kecuali Rusia dan Cina datang kepada kami dan berkata: Mari kita semua menjadi lebih bijak dan jangan sampai kita mengembangkan senjata itu (nuklir)," kata Trump, dikutip dari New York Times.
Sebagai tanggapan, juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, mengisyaratkan penarikan diri AS memicu perlombaan senjata baru, dan mengatakan Rusia juga akan mengembangkan senjata baru untuk memulihkan keseimbangan militer.
Bolton menyampaikan ancaman rudal Rusia di Eropa adalah alasan keluarnya AS dari INF.
"Masalahnya adalah ada pelanggaran INF Rusia di Eropa sekarang. Ancamannya bukan penarikan INF Amerika dari perjanjian itu. Ancamannya adalah misil Rusia yang sudah dikerahkan," kata Bolton.
Bolton mengatakan Rusia pertama kali secara ilegal menguji rudal jelajah berbasis darat pada 2008 dan menilainya sebagai pelanggarannya terhadap perjanjian, yang disangkal oleh Rusia.
Presiden Ronald Reagan (kanan) dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev saat menandatangani Perjanjian INF di East Room, Gedung Putih pada 8 Desember 1987. [Ronald Reagan Presidential Library via thebulletin.org]
Bolton mengatakan perjanjian itu sudah ketinggalan jaman karena negara-negara lain tetap bebas untuk membuat rudal balistik jarak menengah dan rudal jelajah sementara Amerika Serikat menemukan tangannya terikat. Dia mencatat bahwa upaya sebelumnya untuk memperluas perjanjian untuk memasukkan negara-negara lain juga gagal.
John Bolton, yang menjadi penasihat keamanan Donald Trump, juga mengatakan perjanjian yang dibuat di era Perang Dingin tidak membahas ancaman rudal baru dari negara-negara seperti Cina, Iran dan Korea Utara. Bolton menambahkan proses penarikan diri dari INF bisa memakan waktu beberapa bulan.
Rusia memperingatkan AS terpaksa membalas dalam bentuk apapun demi keseimbangan militer jika Trump betul-betul mewujudkan ancamannya untuk keluar dari perjanjian pengawasan senjata nuklir INF, sebuah perjanjian 1987 yang menghapuskan semua rudal nuklir dan konvensional berbasis jarak pendek dan menengah, yang diteken oleh eks pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan eks presiden AS Ronald Reagan.
Credit tempo.co