Senin, 05 Februari 2018

Anak Palestina Minta Dunia Akhiri Krisis Kemanusiaan Gaza


Anak Palestina Minta Dunia Akhiri Krisis Kemanusiaan Gaza
Ilustrasi. Anadolu Agency/Mustafa Hassona




Jakarta, CB -- Puluhan anak Palestina menggelar aksi demonstrasi di Kota Gaza, Minggu (4/2). Mereka menyerukan kepada komunitas internasional untuk campur tangan guna mengakhiri krisis ekonomi di wilayah Palestina yang terkepung Israel.

Anak-anak Palestina mengibarkan spanduk yang mengecam pengepungan Israel di wilayahnya,  dan mendesak Israel membuka perlintasan Gaza.

Anak-anak Palestina juga meminta akses air minum bersih, listrik dan fasilitas kesehatan yang layak, dalam kampanye yang diusung Koalisi Badan Amal Palestina, bertajuk "Save Gaza".


Direktur kampanye, Nazih Al-Banna, kepada kantor berita Xinhua mengatakan aksi itu digelar "sejalan dengan penderitaan akibat pengepungan Israel, yang memperparah krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza".


Jalur Gaza, tempat tinggal lebih dari dua juta orang Palestina, menghadapi kekurangan kebutuhan dasar yang parah. Aliran listrik padam hampir setiap hari, dan kondisi air minum yang kotor.

Keterpurukan ekonomi di Jalur Gaza kian parah akibat perpecahan internal antara Hamas yang menguasai Gaza sejak 2007, dan Fatah, pemerintah Palestina di Ramallah, Tepi Barat.

Sejumlah pegawai perusahaan kebersihan di Jalur Gaza berencana menggelar aksi protes karena belum menerima gaji selama empat bulan.

Ada sebanyak 800 pekerja kebersihan di berbagai rumah sakit di Jalur Gaza.

"Saya tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saya, dengan delapan anggota, karena gaji yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan belakangan," kata Anam at-Taweel, seorang pekerja kebersihan di Jalur Gaza, kepada Xinhua.

Rumah Sakit Berhenti Beroperasi

Sementara itu, tiga rumah sakit dan 10 pusat medis di Jalur Gaza telah menghentikan layanan akibat kehabisan bahan bakar, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Rumah sakit di Jalur Gaza memerlukan 450.000 liter bahan bakar per bulan untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik mereka.

Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara bagi Kementerian Kesehatan Palestina, mengkonfirmasi kepada Xinhua bahwa rumah sakit itu telah menghentikan semua pengobatan dan pasien dipindahkan ke instalasi kesehatan lain di daerah kantung tersebut.

"Empat-puluh-lima persen obat dasar dan pasokan medis habis di instalasi kementerian itu dan 58 persen pasokan laboratorium serta bank darah telah habis," tambah Al-Qedra.

Dia  memperingatkan konsekuensi besar yang harus ditanggung sektor kesehatan akibat krisis bahan bakar terhadap pasien di Jalur Gaza.

Sebanyak 13 rumah sakit dan 54 klinik kesehatan dasar yang dikelola Kementerian Kesehatan Palestina, menganggung tak kurang dari 95 persen layanan kesehatan di Jalur Gaza.

Saat ini, 120 megawatts listrik di Jalur Gaza dipasok Israel sementara Mesir menyediakan 43 megawatts.

Credit  cnnindonesia.com