Foto: agung pambudhy
Jakarta - Kiprah anak bangsa di dunia
internasional selalu menjadi sorotan. Khoirul Anwar adalah salah
satunya. Namun prestasinya dalam dunia teknologi telekomunikasi rupanya
sedikit diwarnai miskomunikasi.
Beberapa
tahun belakangan, seiring mulai dikenalnya teknologi 4G LTE di
Indonesia, namanya ramai disebut sebagai penemu 4G LTE. Pria bergelar
Dr. Eng. ini jadi punya PR baru untuk meluruskannya.
Bukan tanpa
sebab, pasalnya Khoirul tidak pernah mengklaim dirinya sebagai penemu 4G
LTE. Penjelasannya mengenai temuan konsep dua Fast Fourier Transform
(FFT) yang di kemudian hari dipakai dalam teknologi 4G LTE, sering
diartikan secara sederhana oleh awam menjadi 'Khoirul Anwar penemu 4G
LTE'.
Dalam salah satu catatan blognya pada Desember 2014 berjudul 'Mimpi Saat Menjadi Mahasiswa: Standard ITU vs Penemu 4G LTE', Khoirul pun pernah berupaya meluruskannya.
"Saya
tidak menulis sebagai penemu 4G LTE karena 4G LTE sendiri seharusnya
memang tidak ditemukan, melainkan disepakati. Forumlah yang menyepakati
teknik tertentu untuk dipakai atau tidak dipakai dalam sebuah standard,"
tulisnya.
Secara sederhana, teknologi LTE terdiri dari banyak
sekali komponen. Di antara sekian banyak komponen pembentuknya, Khoirul
pencipta salah satunya yang juga menjadi standard ITU-R.
Dimulai pada 2010Khoirul sendiri tidak tahu
siapa yang memulai penyebutannya sebagai penemu 4G LTE. Yang pasti, dia
selalu menyebutkan bahwa dirinya menemukan konsep dua FFT.
"Kalau
tidak salah dimulai sekitar 2010-2011, saat 4G belum terkenal. Yang
jelas saya bilang bahwa saya menemukan konsep dua FFT. Dan ternyata 4G
system di masa depan menggunakan konsep dua FFT juga," terangnya saat
dikonfirmasi detikINET, Kamis (17/3/2016).
Konsep tersebut
kemudian menjadi standar International Telecommunication Union (ITU) dan
dipatenkan pada 2005. Konsep dua FFT ini dijelaskan Khoirul melakukan
perbaikan yang luar biasa dibandingkan dengan konsep satu FFT yang
sekarang dipakai.
"Kira-kira itu yang saya sampaikan. Nah, saat 4G standard keluar, Sensei atau Profesor saya bilang: 'Anwar,
this is your technique'. Bagi saya ini luar biasa," sebutnya.
Namun
pria kelahiran Kediri ini tidak mengartikan kalimat Sensei-nya tersebut
sebagai 'penemu 4G LTE'. Kegembiraannya lebih karena apa yang
dirumuskannya terbukti. "Konsep yang selama ini saya pikirkan berarti
memang benar," ujarnya.
Dalam kesempatan ini Khoirul juga
menampik tudingan yang mengatakan dirinya membiarkan publik menyebutnya
sebagai penemu 4G LTE. Menurut pria yang kini tinggal di Jepang ini,
selain melalui blog, dia selalu berupaya meluruskannya di setiap acara
di mana dirinya menjadi pembicara.
"Ini tuduhan tidak benar. Jadi jika panitia (seminar/konferensi) tanya sebelum bikin
banner,
saya minta ditulis sebagai penemu teknik Standard International ITU.
Jika tidak konfirmasi, itu yang tidak bisa saya koreksi. Tapi biasanya
saya koreksi oral saat presentasi. Saya jelaskan masalahnya," terangnya.
KontroversiSejumlah
peneliti berpendapat, konsep dua FFT yang disampaikannya bukan hal
baru. Seperti yang baru-baru ini dikemukakan Basuki Priyanto dan Eko
Onggosanusi. Keduanya berpendapat, konsep dua FFT tersebut sudah
dipublikasikan pada 2002.
"Konsep dua FFT ini baru dan paten
granted serta menjadi standard international ITU. Karena kalau tidak
baru kan harusnya tidak lolos patent dan tidak menjadi standard," kata
Khoirul menjawab pendapat tersebut.
Dikatakannya, hingga sebuah
temuan akhirnya berhasil dipatenkan, prosesnya lama dan berliku.
Peneliti lain boleh membantah atau meragukannya, dan di sinilah
kegigihan si penemu konsep memperjuangkan temuannya diuji.
Ini
juga yang terjadi pada Khoirul dengan temuan konsep dua FFT-nya.
Berkali-kali diprotes karena diklaim mirip dengan paten milik orang
lain, sudah dialaminya.
"Jadi saya diminta membuktikan bahwa ini
baru. Akhirnya kembali menurunkan rumus untuk membuktikannya.
Berkali-kali dan ganti-ganti paper. Bahkan ada paten lain yang harus
dibaca karena mirip. Akhirnya menurunkan rumus lagi untuk membuktikan
berbeda. Sampai finalnya menjadi standard ITU dan tidak ada lagi review
dan protes dari reviewer," kenangnya.
Protes di dunia penelitian,
menurut Khoirul suatu hal yang biasa terjadi. Untuk menjawabnya, semua
akan kembali lagi pada perumusan masalah hingga bisa dibuktikan bahwa
temuannya bersifat baru.
Khoirul pun mengusulkan peneliti yang
ingin menyampaikan pendapat mengenai keraguan mereka terhadap hasil
temuannya, bisa menulis opini bareng dengannya. Menurutnya, ini perlu
dilakukan agar informasi yang sampai ke publik dapat berimbang dan
lengkap.
Tiga Paten di Dunia TeknologiSaat
ini, ada tiga paten milik Khoirul di dunia teknologi telekomunikasi.
Pertama, paten terkait dengan TX dan RX menggunakan dua FFT.
"Klaimnya
adalah semua sistem komunikasi yang menggunakan dua FFT. Makanya
logikanya 4G LTE bakal kena. Menurut saya yang menentukan adalah
pengadilan," sebutnya.
Kedua, paten terkait dengan sistem
komunikasi broadband tanpa guard interval. Teknologi ini bisa dipakai
untuk 4G, berpotensi digunakan dalam 5G dan sistem komunikasi private
internal sebuah perusahaan.
Yang terakhir adalah paten terkait
dengan sistem deteksi illegal transmitter, juga berpotensi dipakai dalam
teknologi 5G. Meski demikian, dikatakan Khoirul penggunaannya bisa
lebih luas lagi.
"Tapi juga tidak harus 5G. Bermanfaat juga
misalnya saat nanti ada Tokyo Olympic 2020. Orang akan ramai banget dan
bisa jadi ada transmitter yang di luar ketentuan Jepang," tutupnya.
Credit
detikinet