Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama
Korea Aerospace Industries (KAI) menerima penugasan mengembangkan jet
tempur generasi 4.5 bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter
Xperiment (KFX/IFX).
Saat ini, kedua perusahaan itu sedang bekerja untuk melahirkan
prototype
atau purwarupa. Purwarupa baru diluncurkan tahun 2019, setelah itu
dilanjutkan fase ujicoba hingga penyesuaian untuk kebutuhan
masing-masing pihak.
Untuk varian Indonesia (IFX), PTDI akan
memulai memproduksi pada 2025 di Bandung, Jawa Barat (Jabar). PTDI
memperoleh jatah memproduksi 50 unit jet tempur untuk memenuhi kebutuhan
TNI AU.
"Perencanaan sebanyak 50 unit Indonesia, kemudian 150
unit untuk Korea Selatan," Kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso usai
acara penandatanganan pengembangan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan,
Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Komponen pesawat akan dibuat secara
bersama-sama. Indonesia akan andil memasok komponen seperti badan, ekor
hingga sayap pesawat sedangkan KAI akan memasok radar hingga avionic.
Meski
memperioritaskan untuk memenuhi kebutuhan kedua negara, PTDI dan KAI
bisa menjual jet tempur ke negara lain namun dengan persetujuan kedua
negara.
Indonesia melaui PTDI akan memperoleh bagian 20% dari
penjualan karena Indonesia berkontribusi 20% dari total nilai
pengembangan proyek KFX/IFX yang senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52
triliun (US$ 1 = Rp 13.940).
"Pesawat bila dijual di luar Korea dan Indonesia share Indonesia hanya 20% tapi kita menguasai 100% teknologinya," tambahnya.
Credit
finance.detik.com
Bikin Jet Tempur, PTDI Kirim 300 Insinyur ke Korea Selatan
Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan
mengirim bertahap sekitar 300 insinyur pesawat ke fasilitas milik Korea
Aerospace Industries (KAI), Korea Selatan (Korsel). Para insinyur PTDI
akan terlibat dalam proses pengembangan hingga melahirkan prototype jet
tempur generasi 4.5 bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter
Xperiment (KFX/IFX).
Insinyur berusia tua dan muda dari PTDI akan dikirim secara bergantian sampai 2019.
"Kita
akan kirim 200-300 orang ke Korea untuk program ini," kata Direktur
Utama PTDI, Budi Santoso usai acara penandatanganan pengembangan KFX/IFX
di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Menurut
Budi, proses pengembangan pesawat tempur itu sebetulnya akan dilakukan
di Indonesia dan Korsel, namur akhirnya diputuskan di Korsel karena
beberapa pertimbangan.
"Dari
engineering sampai
pekerjaan perencanaan awalnya akan dilakukan di Korsel dan Bandung. Tapi
akhirnya, kita dikirim orang ke Korea. Kalau tempat terpisah nanti
problem komunikasi. Apalagi, waktunya pendek yakni hanya 3 tahun
(lahirkan
prototype)," tambahnya.
Selain terlibat dalam proses perencanaan hingga pengujian, para insnyur akan berperan dalam aktivitas
transfer of technology. Korsel sendiri telah memiliki penguasaan teknologi jet tempur.
"Insinyur
kita dikasih kesempatan di semua hal. Kita ikut merancang, hingga
menganalisa. Karena terlibat maka kita menguasai teknologi kalau
nggak terlibat, kita
nggak bisa. Yang penting itu, penguasaan teknologi," ujar Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana.
Credit
finance.detik.com
RI Satu-satunya Negara di ASEAN Bikin Jet Tempur
Jakarta -Tak banyak negara di dunia bahkan di
Asia yang mengembangkan dan menguasai teknologi jet tempur. Di Asia,
hanya beberapa negara yang mengembangkan secara mandiri jet tempurnya.
Untuk Asia Tenggara, baru Indonesia saja yang sedang masuk dalam tahap
pengembangan jet tempur.
Indonesia melalui PT Dirgantara
Indonesia (PTDI) menggandeng Korea Aerospace Industries (KAI) untuk
mengembangkan dan memproduksi jet tempur generasi 4.5 bernama Korea
Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).
"Di Asia
Tenggara baru kita. Kalau Asia sudah ada China yang kembangkan, Jepang
belum. India juga belum tapi mereka baru mulai. Pakistan dia pakai
lisensi China," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso usai acara
penandatanganan pengembangan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta,
Kamis (7/1/2016).
Korsel digandeng karena bersedia memberikan
penguasaan teknologi sampai 100%. Indonesia juga dilibatkan dari awal
pengembangan hingga produksi. Dari total proyek yang senilai US$ 8
miliar atau Rp 111,52 triliun (US$ 1 = Rp 13.940), Indonesia
berkontribusi 20% dan sisanya yakni 80% ditanggung oleh Korsel.
Selain
itu, Korsel memiliki pengalaman mengembangan jet tempur T-50 Golden
Eagle yang merupakan kerjasama antara KAI dan Lockheed Martin, Amerika
Serikat.
"Kita belajar ke Korea karena dia telah kembangkan T-50.
Dia kerjasama dengan Amerika Serikat tapi nggak semua teknologi yang
dikembangkan diberikan ke Korea. Akhirnya, mereka mau kembangkan
sendiri, dan nggak mau gandeng negara maju karena nggak mau kasih
teknologi. Ini kesempatan kita cari partner karena nggak setiap negara
punya program pengembangan jet," tambahnya.
Di tempat yang sama,
Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana menjelaskan
penguasaan teknologi dan produksi jet tempur memiliki pengaruh tinggi
terhadap pertahanan sebuah negara. Pada perang modern, fasilitas udara
bakal menjadi serangan utama. Begitu pangkalan udara lumpuh maka kekutan
darat dan laut tidak akan berkutik sehingga pengembangan dan
kepemilikan jet tempur secara mandiri sangat diperlukan.
"Pertahanan
wilayah udara nomor satu. Ini sangat kritikal untuk pertahanan bangsa
maka kita mesti punya sendiri (jet tempur). Alhasil, kita taruh insinyur
terbaik untuk proyek KFX/IFX," kata Andi.
Credit
finance.detik.com