Selasa, 12 Januari 2016

Jerman Khawatirkan Perang Rasial Pasca-insiden di Koln


 
REUTERS Demonstrasi kelompok anti pengungsi, Pegida di Köln, Sabtu (9/1/16). Mereka antara lain membawa spanduk bertuliskan "RapeFugees" yang menyudutkan pengungsi sebagai pelaku pemerkosaan

  CB — Kasus pelecehan seksual oleh terduga pengungsi Arab di Koln, Jerman,  memaksa Pemerintah Jerman mengambil langkah dramatis terhadap pengungsi. Ini dilakukan demi meredam sentimen anti-orang asing yang "dikompori" kaum ekstrem kanan.

Ancaman perang rasial sedang menghantui Jerman. Pasca-insiden pelecehan seksual massal malam Tahun Baru lalu, sentimen anti-pengungsi terus menguat. Hari Minggu (10/1/2016), sekelompok pria asal Pakistan dan seorang pengungsi Suriah diserang oleh orang tak dikenal di kota Koln.

Keenam warga Pakistan itu dipukuli oleh 20 orang. Dua di antaranya mengalami luka serius dan harus dilarikan ke rumah sakit. Pada hari yang sama, lima orang tak dikenal menyerang pria asal Suriah. Korban mengalami luka-luka.

Harian lokal Koln, Express, melaporkan, pelakunya kemungkinan adalah gabungan kelompok ekstrem kanan, preman, dan holigan. Mereka merencanakan itu via Facebook untuk memburu "orang asing". Polisi belum mampu mengungkap pelaku penyerangan.

 Dipicu pelecehan seksual massal

Eskalasi kekerasan di Jerman berlatar belakang serangan seksual massal oleh terduga pengungsi asal negara-negara Arab pada malam Tahun Baru. Hingga kini, kepolisian mencatat 515 aduan tindak kriminal di kota Koln dan 133 aduan di Hamburg.

Setidaknya, 40 persen aduan berupa kasus pelecehan seksual. Kepolisian Koln sejauh ini baru menangkap seorang remaja Maroko berusia 19 tahun sebagai tersangka. Sementara itu, puluhan atau ratusan pelaku lain masih berkeliaran bebas.

Peristiwa tersebut dimanfaatkan kaum ekstrem kanan buat membakar sentimen anti-orang asing, terutama kaum Muslim. Dewan Pusat Muslim Jerman (ZRM) mengeluhkan pihaknya mengalami "dimensi baru kebencian" sejak peristiwa di Koln. Demikian kata Presiden ZRM Aiman Mayzek.

Mayzek mengklaim, pihaknya sejauh ini telah menerima 50 ancaman via telepon serta ratusan surat elektronik bernada kebencian. ZRM sampai harus menutup layanan teleponnya untuk publik atas alasan keamanan.

Merkel mulai bersikap tegas

Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mulai mengambil sikap tegas perihal pengungsi yang terjerat kasus kriminal. Ia berencana mengubah Undang-Undang Keimigrasian untuk memudahkan proses deportasi buat pengungsi bermasalah.

"Jika konstitusi tidak mencukupi, kita harus mengubahnya," ujar Merkel. "Koln telah mengubah segalanya. Penduduk kini mulai ragu," kata Volker Bouffier, Wakil Ketua Partai Uni Kristen Demokrat pimpinan Merkel.

Namun, jajak pendapat teranyar mencatat pandangan warga Jerman terhadap orang asing pasca-insiden pelecehan seksual pada malam Tahun Baru tidak berubah. Sebanyak 60 persen responden mengaku tidak melihat keberadaan orang asing lebih kritis dibandingkan sebelumnya.

Pandangan negatif sebaliknya diutarakan 37 persen responden terhadap warga asing. Kebanyakan adalah simpatisan partai ultrakonservatif, AFD, yang anti-Uni Eropa. Sementara itu, sebagian lain merupakan pengikut partai pemerintah, CDU.


credit  KOMPAS.com