Kamis, 07 Januari 2016

PTDI Produksi 50 Unit Jet Tempur Made in Bandung



PTDI Produksi 50 Unit Jet Tempur Made in Bandung

Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Korea Aerospace Industries (KAI) menerima penugasan mengembangkan jet tempur generasi 4.5 bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

Saat ini, kedua perusahaan itu sedang bekerja untuk melahirkan prototype atau purwarupa. Purwarupa baru diluncurkan tahun 2019, setelah itu dilanjutkan fase ujicoba hingga penyesuaian untuk kebutuhan masing-masing pihak.

Untuk varian Indonesia (IFX), PTDI akan memulai memproduksi pada 2025 di Bandung, Jawa Barat (Jabar). PTDI memperoleh jatah memproduksi 50 unit jet tempur untuk memenuhi kebutuhan TNI AU.

"Perencanaan sebanyak 50 unit Indonesia, kemudian 150 unit untuk Korea Selatan," Kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso usai acara penandatanganan pengembangan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).

Komponen pesawat akan dibuat secara bersama-sama. Indonesia akan andil memasok komponen seperti badan, ekor hingga sayap pesawat sedangkan KAI akan memasok radar hingga avionic.

Meski memperioritaskan untuk memenuhi kebutuhan kedua negara, PTDI dan KAI bisa menjual jet tempur ke negara lain namun dengan persetujuan kedua negara.

Indonesia melaui PTDI akan memperoleh bagian 20% dari penjualan karena Indonesia berkontribusi 20% dari total nilai pengembangan proyek KFX/IFX yang senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52 triliun (US$ 1 = Rp 13.940).

"Pesawat bila dijual di luar Korea dan Indonesia share Indonesia hanya 20% tapi kita menguasai 100% teknologinya," tambahnya.


Credit finance.detik.com


Bikin Jet Tempur, PTDI Kirim 300 Insinyur ke Korea Selatan


Bikin Jet Tempur, PTDI Kirim 300 Insinyur ke Korea Selatan

Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan mengirim bertahap sekitar 300 insinyur pesawat ke fasilitas milik Korea Aerospace Industries (KAI), Korea Selatan (Korsel). Para insinyur PTDI akan terlibat dalam proses pengembangan hingga melahirkan prototype jet tempur generasi 4.5 bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

Insinyur berusia tua dan muda dari PTDI akan dikirim secara bergantian sampai 2019.

"Kita akan kirim 200-300 orang ke Korea untuk program ini," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso usai acara penandatanganan pengembangan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).

Menurut Budi, proses pengembangan pesawat tempur itu sebetulnya akan dilakukan di Indonesia dan Korsel, namur akhirnya diputuskan di Korsel karena beberapa pertimbangan.

"Dari engineering sampai pekerjaan perencanaan awalnya akan dilakukan di Korsel dan Bandung. Tapi akhirnya, kita dikirim orang ke Korea. Kalau tempat terpisah nanti problem komunikasi. Apalagi, waktunya pendek yakni hanya 3 tahun (lahirkan prototype)," tambahnya.

Selain terlibat dalam proses perencanaan hingga pengujian, para insnyur akan berperan dalam aktivitas transfer of technology. Korsel sendiri telah memiliki penguasaan teknologi jet tempur.

"Insinyur kita dikasih kesempatan di semua hal. Kita ikut merancang, hingga menganalisa. Karena terlibat maka kita menguasai teknologi kalau nggak terlibat, kita nggak bisa. Yang penting itu, penguasaan teknologi," ujar Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana.


Credit  finance.detik.com


RI Satu-satunya Negara di ASEAN Bikin Jet Tempur


RI Satu-satunya Negara di ASEAN Bikin Jet Tempur
 
Jakarta -Tak banyak negara di dunia bahkan di Asia yang mengembangkan dan menguasai teknologi jet tempur. Di Asia, hanya beberapa negara yang mengembangkan secara mandiri jet tempurnya. Untuk Asia Tenggara, baru Indonesia saja yang sedang masuk dalam tahap pengembangan jet tempur.

Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menggandeng Korea Aerospace Industries (KAI) untuk mengembangkan dan memproduksi jet tempur generasi 4.5 bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

"Di Asia Tenggara baru kita. Kalau Asia sudah ada China yang kembangkan, Jepang belum. India juga belum tapi mereka baru mulai. Pakistan dia pakai lisensi China," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso usai acara penandatanganan pengembangan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).

Korsel digandeng karena bersedia memberikan penguasaan teknologi sampai 100%. Indonesia juga dilibatkan dari awal pengembangan hingga produksi. Dari total proyek yang senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52 triliun (US$ 1 = Rp 13.940), Indonesia berkontribusi 20% dan sisanya yakni 80% ditanggung oleh Korsel.

Selain itu, Korsel memiliki pengalaman mengembangan jet tempur T-50 Golden Eagle yang merupakan kerjasama antara KAI dan Lockheed Martin, Amerika Serikat.

"Kita belajar ke Korea karena dia telah kembangkan T-50. Dia kerjasama dengan Amerika Serikat tapi nggak semua teknologi yang dikembangkan diberikan ke Korea. Akhirnya, mereka mau kembangkan sendiri, dan nggak mau gandeng negara maju karena nggak mau kasih teknologi. Ini kesempatan kita cari partner karena nggak setiap negara punya program pengembangan jet," tambahnya.

Di tempat yang sama, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana menjelaskan penguasaan teknologi dan produksi jet tempur memiliki pengaruh tinggi terhadap pertahanan sebuah negara. Pada perang modern, fasilitas udara bakal menjadi serangan utama. Begitu pangkalan udara lumpuh maka kekutan darat dan laut tidak akan berkutik sehingga pengembangan dan kepemilikan jet tempur secara mandiri sangat diperlukan.

"Pertahanan wilayah udara nomor satu. Ini sangat kritikal untuk pertahanan bangsa maka kita mesti punya sendiri (jet tempur). Alhasil, kita taruh insinyur terbaik untuk proyek KFX/IFX," kata Andi.

Credit  finance.detik.com