Selasa, 12 Januari 2016

Tolak Tawaran Kapal Perang Pentagon, Hubungan Saudi-AS Retak?


Tolak Tawaran Kapal Perang Pentagon Hubungan Saudi AS Retak
Arab Saudi menolak tawaran proyek kapal perang AS. | (Flickr)

WASHINGTON - Arab Saudi menolak tawaran dari Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) untuk membangun empat kapal perang frigat. Di saat yang sama, para ahli mengamati hubungan Saudi dan AS memburuk ketika Riyadh mengalami kondisi ketidakstabilan.

Kapal-kapal yang dikenal sebagai Multi-Mission Surface Combatant (MMSC) adalah bagian terbesar dari proyek alutsista Arab Saudi senilai US16 miliar. Kapal-kapal perang yang ditawarkan untuk dibangun itu sejatinya bisa untuk mengganti dan memodernisasi armada timur Kerajaan Arab Saudi di Teluk Persia.

Rencana awal modernisasi peralatan pertahanan Saudi itu meliputi empat kapal frigat, bersama dengan enam kapal korvet berukuran lebih kecil dan helikopter Lockheed Martin Sikorsky MH-60R. Sejumlah kapal dan pesawat yang lebih kecil juga berada dalam rencana itu.

Negosiasi pun telah dijalani antara Washington dan Riyadh soal paket MMSC, yang meliputi senjata, logistik, pelatihan dan layanan lainnya. Namun, sumber yang mengetahui perihal tawaran proyek itu kepada Defense News mengatakan bahwa Saudi menolak tawaran itu pada pekan lalu.

Menurut sumber itu, selain masalah harga, Saudi tidak senang dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan desain detail dari kapal-kapal perang. Kapal pertama dalam proyek itu akan diselesaikan dalam waktu sekitar tujuh tahun, yang oleh Saudi dianggap berlebihan.

Hubungan Memburuk?

Hubungan Saudi dan AS, juga dinilai mulai ada kereganggangan. ”Kami telah melihat penurunan panjang dalam hubungan AS-Arab, dan itu dimulai jauh sebelum Obama,” kata mantan Duta Besar AS untuk Arab Saudi, Charles W. Freeman Jr, kepada Los Angeles Times.

Hubungan AS-Saudi didasarkan sepenuhnya pada kepentingan, bukan pada nilai-nilai,” lanjut dia, yang dilansir Selasa (12/1/2016).

Analis senior keamanan nasional AS, Juan Zarate, mengatakan kedua negara baru-baru ini telah melihat bahwa kepentingan mereka sudah menyimpang. Cadangan minyak dalam negeri AS telah membantu Washington menjadi produsen energi terbesar di dunia. Hal itu sekaligus mengakhiri dekade panjang ketergantungan AS pada minyak Saudi.

Pada saat yang sama, lanjut Zarate, AS telah kehilangan kredibilitas di Timur Tengah. ”Mereka tidak percaya AS seperti yang pernah mereka lakukan. Dan dalam arti, Saudi akan melangkah sendiri. Dan kami telah melihat bahwa di Yaman seperti yang kami lihat, dan kami dapat memberitahu mereka apa yang kami inginkan, dan kami dapat meminta mereka untuk melakukan apa yang kami inginkan,” katanya.

Mereka melihat diri mereka berada dalam pertempuran terkait pengaruh dengan Iran, dan mereka tidak yakin AS akan berada di sana bersama mereka (Saudi),” imbuh Zarate.

Di bidang ekonomi, harga minyak juga jatuh telah dan untuk pertama kalinya membuat Saudi mengalami defisit anggaran dalam jumlah besar.

Pemerintah AS belum merespons laporan soal hubungan dengan Saudi yang dianggap mengalami masalah. Pemerintah Saudi juga belum merespons laporan itu.

Namun, Presiden Barack Obama pernah berjanji bahwa AS akan "pasang badan" jika Saudi diserang musuh. Janji Obama itu muncul saat Riyadh mengeluh soal tercapainya kesepakatan nuklir Iran.


Credit  Sindonews