Jumat, 08 Januari 2016

2040, Robot Bisa Perangi Manusia

Robot makin canggih sampai bisa berperang.

2040, Robot Bisa Perangi Manusia
Ilustrasi pasukan robot dari sebuah film (Warner Bros)
 
CB - Seorang tokoh penulis fiksi ilmiah, Logan Streondj mengungkapkan awal tahun 2040, akan menjadi titik pemberontakan robot pada manusia. Sebab, jumlah robot cerdas akan melebihi populasi manusia dan balik mengendalikannya.

Melalui blognya, pria asal Kanada itu menuliskan, antara 2040 hingga 2055, robot yang diciptakan oleh manusia melebihi batas. Bahkan, ada robot yang mempunyai hasrat untuk menyatakan perang dengan manusia.

"Secara intuitif, tampaknya pada tahun itu, ketika ada banyak robot seperti homo sapien di planet ini, di mana itu merupakan titik robot semakin cerdas untuk menuntut ruang mereka sendiri," ujar dia dikutip Daily Mail, Kamis 7 Januari 2016.

Kegelisahan Streondj ini muncul, karena 15 tahun dari sekarang, banyak sekali robot yang tercipta untuk keperluan militer, atau dengan kata lain mesin yang dapat melakukan peperangan.

"Ini (robot militer) akan lebih banyak jadi pemicu api perang global yang mungkin terjadi di antara tahun 2040 atau 2050-an," ucapnya.

Diketahui, saat ini, robot militer yang ada di dunia yang tercatat sekitar 11 ribu robot, sesuai dengan data dari International Federation of Robotics.

"Dengan tingkat pertumbuhan 13 persen, kita bisa berpikir setidaknya ada 230 ribu robot militer yang akan diproduksi di 2040. Mungkin di 2053, akan hampir mencapai satu juta unit robot diproduksi setiap tahunnya. Itu setengahnya bila dibandingkan setengah juta anggota militer AS ‎yang aktif," tutur dia.

Fakta lainnya yang diungkap oleh Streondj ini, populasi robot akan melebihi manusia, dilihat dari jumlah bayi yang lahir itu ada 350 ribu anak setiap harinya.‎ Itu jauh lebih sedikit, dibandingkan banyaknya jenis-jenis robot yang diciptakan manusia, seperti pesawat tanpa awak (UAV), kendaraan darat tanpa awak (UGV), hingga robot laut (ROV).

"Jumlahnya tumbuh, mungkin akan jauh lebih mendominasi (dari populasi manusia). Ironi besar, itu manusia berusaha 'disaingi' oleh mesin pembantu manusia. Maka perlu kerja sama pemerintah global untuk mengendalikannya," ujarnya.



credit  VIVA.co.id