Terdapat setidaknya 20 kasus baru yang
melibatkan pencemaran nama baik kerajaan Thailand pasca kudeta, Mei
lalu. (Ilustrasi/Wikimedia Commons/Barnellbe)
Jakarta, CB
--
Pengadilan militer Thailand pada Selasa (31/3)
memvonis hukuman 25 tahun kepada seorang pria yang mengunggah sejumlah
foto di akun Facebook miliknya yang dinilai menghina kerajaan.
Hukuman
yang diberikan kepada Tiensutham Suttijitseranee, seorang pengusaha
berusia 58 tahun, dinilai sebagai pelanggaran hukum lese majeste yang
paling berat selama beberapa kasus belakangan.
Menurut
pengacaranya, Tiensutham dinyatakan bersalah dalam pengadilan tertutup
karena mengunggah konten yang dinilai menyebarkan fitnah.
"Pengadilan
memutuskan bahwa karena ia mengunggah lima foto dengan keterangan yang
dinilai meyebarkan fitnah, dia divonis 50 tahun penjara, atau 10 tahun
untuk masing-masing foto. Penahannya dikurangi setengahnya, menjadi 25
tahun," kata Sasinan Thamnithinan, sembari menyatakan bahwa penahannya
dikurangi setengah karena kliennya mengaku bersalah.
Dalam pengadilan tertutup itu, kerabat terdakwa dan para wartawan tidak diperbolehkan untuk menghadiri pengadilan.
Thailand
terkenal sebagai negara dengan penerapan hukum lese majeste -- hukum
terkait penghinaan terhadap kerajaan -- yang paling keras di dunia.
Puluhan warga Thailand mendekam di dalam bui karena dinilai mencemarkan
nama baik, menghina atau mengancam raja, ratu, pewaris tahta, bahkan
pemerintah daerah.
Penahanan atas pelanggaran hukum ini semakin marak sejak Perdana Menteri
Prayuth Chan-ocha mengambil alih pemerintahan pada kudeta militer, Mei
lalu. Pemerintahan Prayuth berjanji akan mengadili mereka yang dinilai
menghina raja dan anti-monarki.
Prayuth sendiri dikabarkan tengah
meminta izin kepada Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej untuk melepaskan
status darurat militer yang diterapkan sejak kudeta 10 bulan yang lalu,
dan menggantinya dengan undang-undang yang menyatakan bahwa militer
memiliki kekuasaan yang luas dalam pemerintahan.
Sejak kudeta,
semua kasus kejahatan kenegaraan diadili di pengadilan militer. Wakil
kepala polisi nasional, Jaktip Chaijinda mengungkapkan terdapat
setidaknya 20 kasus baru yang melibatkan pencemaran nama baik kerajaan
pasca kudeta.
Dua pekan lalu, pengadilan militer Thailand
memvonis seorang pria selama 1,5 tahun karena menulis grafiti yang
dinilai menghina Raja Bhumibol Adulyadej.
Pada Februari lalu
Pengadilan Thailand menjatuhkan hukuman dua tahun enam bulan kepada dua
mahasiswa yang mengaku bersalah karena menghina Raja Bhumibol Adulyadej
dalam sebuah pertunjukkan drama kampus.
Sementara, Raja Bhumibol
Adulyadej, 87 tahun, sangat dihormati oleh banyak warga Thailand. Raja
yang paling lama memerintah di dunia ini telah lama dipandang sebagai
sosok persatuan di atas keributan politik.
Kondisi kesehatan
Raja Bhumibol, yang semakin lama semakin menurun telah melahirkan
persaingan politik dan kekuasaan dari pendukung mantan Perdana Menteri
Thaksin Shinawatra dan royalis militer.
Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn bahkan dinilai belum mempunyai popularitas dan dukungan rakyat seperti yang dimiliki ayahnya.
Credit
CNN Indonesia