SANAA (CB) – Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klauw menyatakan serangan udara yang dilakukan Arab Saudi pada 8-9 Mei 2015 telah melanggar hukum internasional.
Kantor berita Arab Saudi melaporkan sebanyak 130 serangan udara dalam waktu 24 jam dilancarkan terhadap Kelompok Houthi di Yaman. Serangan itu menargetkan sekolah dan rumah sakit yang diduga sebagai tempat penyimpanan senjata pemberontak.
“Mereka menyembunyikan senjata di rumah sakit, sekolah dan hotel, kemudian mengeluarkannya dan menggunakannya,” kata juru bicara pasukan koalisi Brigadir Jenderal Ahmed Asiri, kepada CNN, Selasa (12/5/2015).
Namun, dia menyangkal tuduhan bahwa serangan udara yang dilakukan menargetkan sekolah atau rumah sakit. “ Meskipun kami tahu mereka menyembunyikan senjata di sana kami tidak menyerang sekolah atau rumah sakit karena khawatir akan keselamatan warga sipil,” tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa warga sipil telah diperingatkan sebelumnya agar meninggalkan daerah yang akan diserang di Kota Saada, Albiqaa, dan wilayah perbatasan Saudi dan Yaman. Asiri menuduh pihak Kelompok Houthi telah menempatkan pasukan di pos-pos penjagaan dan mencegah warga untuk mengungsi.
Alasan dari Brigjen Asiri itu ditolak oleh Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klauw. “Pengeboman di daerah di daerah yang berpenghuni dengan atau tanpa pemberitahuan sebelumnya adalah pelanggaran hukum kemanusiaan internasional,” kata Van der Klauw.
Terlebih lagi dalam pengeboman di Saada yang menewaskan sejumlah penduduk sipil dan ribuan warga dipaksa mengungsi setelah seluruh wilayah tersebut dijadikan sasaran serangan militer.
Pihak koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan Kelompok Houthi telah menyepakati gencatan senjata yang akan berlangsung selama lima hari. Akan tetapi, aktivitas pertempuran justru meningkat pada saat-saat terakhir sebelum batas waktu dimulainya gencatan senjata hari ini. Sejak pertengahan Maret 2015 konflik Yaman telah menewaskan 1.400 orang dan melukai 6.000 orang.
Kantor berita Arab Saudi melaporkan sebanyak 130 serangan udara dalam waktu 24 jam dilancarkan terhadap Kelompok Houthi di Yaman. Serangan itu menargetkan sekolah dan rumah sakit yang diduga sebagai tempat penyimpanan senjata pemberontak.
“Mereka menyembunyikan senjata di rumah sakit, sekolah dan hotel, kemudian mengeluarkannya dan menggunakannya,” kata juru bicara pasukan koalisi Brigadir Jenderal Ahmed Asiri, kepada CNN, Selasa (12/5/2015).
Namun, dia menyangkal tuduhan bahwa serangan udara yang dilakukan menargetkan sekolah atau rumah sakit. “ Meskipun kami tahu mereka menyembunyikan senjata di sana kami tidak menyerang sekolah atau rumah sakit karena khawatir akan keselamatan warga sipil,” tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa warga sipil telah diperingatkan sebelumnya agar meninggalkan daerah yang akan diserang di Kota Saada, Albiqaa, dan wilayah perbatasan Saudi dan Yaman. Asiri menuduh pihak Kelompok Houthi telah menempatkan pasukan di pos-pos penjagaan dan mencegah warga untuk mengungsi.
Alasan dari Brigjen Asiri itu ditolak oleh Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klauw. “Pengeboman di daerah di daerah yang berpenghuni dengan atau tanpa pemberitahuan sebelumnya adalah pelanggaran hukum kemanusiaan internasional,” kata Van der Klauw.
Terlebih lagi dalam pengeboman di Saada yang menewaskan sejumlah penduduk sipil dan ribuan warga dipaksa mengungsi setelah seluruh wilayah tersebut dijadikan sasaran serangan militer.
Pihak koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan Kelompok Houthi telah menyepakati gencatan senjata yang akan berlangsung selama lima hari. Akan tetapi, aktivitas pertempuran justru meningkat pada saat-saat terakhir sebelum batas waktu dimulainya gencatan senjata hari ini. Sejak pertengahan Maret 2015 konflik Yaman telah menewaskan 1.400 orang dan melukai 6.000 orang.
Credit Okezone