Pemerintah Jepang akan kembali
mengoperasikan dua instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, empat
tahun setelah kebocoran radiasi pasca gempa dan tsunami. (Reuters/Koji
Sasahara/Pool/Files)
Tokyo, CB
--
Jepang akan kembali menggunakan tenaga nuklir
setelah empat tahun berlalu dari bencana radiasi terburuk akibat
kebocoran reaktor menyusul gempa dan tsunami.
Para anggota dewan mengatakan dua reaktor nuklir yaitu Kyushu Electrik Power Co's dan reaktor nuklir Sendai telah berhasil mengatasi celah keamanan yang dialami oleh instalasi nuklir Fukushima Daiichi yang reaktornya meledak pada bencana 2011 lalu.
Reaktor Sendai, di barat daya Jepang tetap harus menjalani pemeriksaan operasional sebelum dinyalakan kembali. Diperkirakan, pemeriksaan ini akan berlangsung lancar tanpa ada masalah.
Pancaran radiasi saat terjadi bencana Fukushima menyebabkan 160 ribu warga mengungsi, banyak dari mereka tidak berani kembali ke rumah, dan merupakan yang terburuk setelah insiden nuklir Chernobyl pada 1986.
Penutupan reaktor menyebabkan kerugian miliar dollar karena Jepang harus mengimpor bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik serta memperbarui sistem keamanan instalasi nuklir.
Beberapa reaktor nuklir yang usang terpaksa harus disingkirkan. Sebelumnya bencana Jepang memiliki 54 reaktor, kini ada 43 yang beroperasi.
Diperkirakan akan ada lebih banyak reaktor yang dihentikan operasinya di masa mendatang.
Dilanjutkannya pembangkit nuklir disinyalir akan mendapatkan banyak penentangan dari masyarakat yang khawatir akan dampak radiasi.
Penentang tenaga nuklir mengatakan, instalasi reaktor tidak cocok didirikan di negara yang rawan gempa.
Jajak pendapat menunjukkan penentang nuklir dan pendukungnya mencapai dua banding satu, kendati tarif listrik naik 20 persen karena harus mengimpor energi dari negara lain.
Bulan lalu, pengadilan lokal menolak upaya masyarakat menghadang pengoperasian kembali reaktor nuklir Sendai karena posisinya yang dekat gunung berapi dianggap sangat rentan.
Perusahaan pembangkit listrik Kyushu Electric berharap reaktor nomor 1 di Sendai akan bisa beroperasi pada akhir Juli, sementara nomor 2 pada akhir September.
Kyushu Electric mengalami kerugian selama empat tahun terakhir. Dengan dinyalakannya kembali reaktor diharapkan mampu memotong ongkos produksi energi perusahaan tersebut.
Para anggota dewan mengatakan dua reaktor nuklir yaitu Kyushu Electrik Power Co's dan reaktor nuklir Sendai telah berhasil mengatasi celah keamanan yang dialami oleh instalasi nuklir Fukushima Daiichi yang reaktornya meledak pada bencana 2011 lalu.
Reaktor Sendai, di barat daya Jepang tetap harus menjalani pemeriksaan operasional sebelum dinyalakan kembali. Diperkirakan, pemeriksaan ini akan berlangsung lancar tanpa ada masalah.
Pancaran radiasi saat terjadi bencana Fukushima menyebabkan 160 ribu warga mengungsi, banyak dari mereka tidak berani kembali ke rumah, dan merupakan yang terburuk setelah insiden nuklir Chernobyl pada 1986.
Penutupan reaktor menyebabkan kerugian miliar dollar karena Jepang harus mengimpor bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik serta memperbarui sistem keamanan instalasi nuklir.
Beberapa reaktor nuklir yang usang terpaksa harus disingkirkan. Sebelumnya bencana Jepang memiliki 54 reaktor, kini ada 43 yang beroperasi.
Diperkirakan akan ada lebih banyak reaktor yang dihentikan operasinya di masa mendatang.
Dilanjutkannya pembangkit nuklir disinyalir akan mendapatkan banyak penentangan dari masyarakat yang khawatir akan dampak radiasi.
Penentang tenaga nuklir mengatakan, instalasi reaktor tidak cocok didirikan di negara yang rawan gempa.
Jajak pendapat menunjukkan penentang nuklir dan pendukungnya mencapai dua banding satu, kendati tarif listrik naik 20 persen karena harus mengimpor energi dari negara lain.
Bulan lalu, pengadilan lokal menolak upaya masyarakat menghadang pengoperasian kembali reaktor nuklir Sendai karena posisinya yang dekat gunung berapi dianggap sangat rentan.
Perusahaan pembangkit listrik Kyushu Electric berharap reaktor nomor 1 di Sendai akan bisa beroperasi pada akhir Juli, sementara nomor 2 pada akhir September.
Kyushu Electric mengalami kerugian selama empat tahun terakhir. Dengan dinyalakannya kembali reaktor diharapkan mampu memotong ongkos produksi energi perusahaan tersebut.