Menteri Perindustrian Saleh Husin dan
Pengusaha Batu Akik di Kementerian Perindustrian, Selasa (21/4). (CNN
Indonesia/Galih Gumelar)
Saleh mengatakan, kondisi ini harus terus dipertahankan sekaligus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga batu mulia asal Indonesia dapat diterima di dunia internasional, karena industri batu mulia Indonesia dinilai memiliki kemampuan untuk lebih dikembangkan dan ditingkatkan produksinya.
“Maka, untuk dapat meningkatkan tujuan tersebut yang sejalan dengan visi ABAMI, yaitu menjadikan batu mulia sebagai komoditas unggulan Indonesia dan disegani secara internasional, adalah cita-cita mulia yang perlu kita dukung dan wujudkan bersama,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (26/5)
Menurutnya, hampir semua provinsi di Indonesia memiliki sumber bahan batu mulia dan memiliki produk yang khas sesuai daerah masing-masing. “Batu mulia telah mengakar dalam budaya kita sejak dulu, dengan jumlah penduduk kita yang banyak, kita memiliki pasar yang besar,” kata Menperin.
“Pemakaian perhiasan yang dirangkai dengan ragam batu mulia oleh masyarakat, baik dari kalangan bawah, menengah hingga atas, baik dari anak-anak maupun dewasa, khususnya wanita yang tidak dapat terlepas dalam kesehariannya sebagai bagian dari life style,” kata Saleh.
Kegiatan usaha perhiasan di Indonesia semakin berkembang. Kemenperin mencatat, saat ini, jumlah perusahaan yang bergerak pada industri perhiasan mencapai 36.636 unit dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 332.802 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 11,15 triliun.
“Potensi yang begitu besar ini dapat membantu industri batu mulia Indonesia terus meningkat,” tegas Menperin.
Bahkan dengan kondisi ekonomi dunia saat ini, tidak berpengaruh besar terhadap permintaan ekspor perhiasan di Indonesia. Itu terlihat dari nilai ekspor perhiasan dan permata sebagai komoditi yang terus memberikan nilai positif pada nilai ekspor non migas setiap bulannya.
|
Tantangan Industri Batu Akik
Namun, dalam perkembangannya, industri batu mulia di Indonesia masih dihadapkan dengan beberapa tantangan dan permasalahan. Pertama, batu mulia Indonesia belum diakui oleh dunia internasional, disebabkan belum adanya lembaga sertifikasi perhiasan di Indonesia yang diakui oleh dunia internasional. Akibatnya, nilai jual batu mulia Indonesia menjadi tidak kompetitif.
Kemudian, cadangan bahan baku batu mulia Indonesia diekspor dalam bentuk mentahan dengan harga murah. Hal itu ditambah masalah cutting atau pemotongan batu mulia belum sepenuhnya dikuasai olen pengrajin batu mulia Indonesia.
Selain itu, terkait penerapan teknologi dengan penggunaan mesin dan peralatan yang modern dalam teknik proses produksi masih sangat minim karena keterbatasan modal investasi. Lebih lanjut, mulai banyak bermunculannya laboratorium gemology yang dimiliki oleh bangsa lain juga menjadi tantangan.
“Saya berharap, dibentuknya Asosiasi Batu Mulia Indonesia dapat menjadi partner semua kementerian terkait untuk memetakan potensi batu mulia. Selain itu juga dapat membuat strategi yang komprehensif dalam industri batu mulia sehingga setiap pemangku kepentingan memahami perannya masing-masing,” jelasnya.
Credit CNN Indonesia