Pesawat Boeing 777 milik Air France hampir
saja menabrak gunung di Afrika tengah. Beruntung, sistem peringatan
berbunyi dan pesawat meningkatkan ketinggian. (Ilustrasi/Wikipedia)
Diberitakan Reuters pada Selasa (26/5), pesawat Boeing 777 itu dalam penerbangan singkat dari Malabo, ibukota Guinea Ekuator, menuju kota terbesar Kamerun, Douala. Setelah itu, pesawat tersebut mengangkut penumpang menuju Paris pada 2 Mei lalu.
Menurut laporan BEA dan maskapai Air France, pesawat dengan nomor penerbangan 953 itu tengah terbang di ketinggian 9.000 kaki saat menghadapi cuaca buruk. Untuk menghindari badai, pesawat dialihkan ke Douala di utara.
Namun dalam perjalanan, pesawat mengarah ke Gunung Kamerun setinggi 4.090 meter atau 13.400 kaki. Sistem peringatan jarak pesawat dengan daratan berbunyi, memperingatkan pilot untuk menaikkan ketinggian pesawat.
Pilot kemudian menaikkan ketinggian hingga lebih dari 13 ribu kaki sebelum melanjutkan ke Douala.
Air France mengatakan, tindakan kru pesawat dalam hal ini telah sesuai dengan prosedur yang tertera dalam manual penerbangan. Namun kedua pilot diistirahatkan untuk menjalani latihan lebih lanjut.
Air France juga mengaku telah memberi keterangan pada kru soal kondisi permukaan di Douala.
Saat itu, pesawat berisi 23 penumpang, tiga pilot dan 10 kru kabin. Maskapai ini mengatakan bahwa penumpang tidak mengetahui ketegangan yang terjadi di kokpit saat pesawat hampir menabrak gunung.
BEA menanggap manuver menghindari tabrakan dengan gunung adalah "insiden serius". Dalam protokol penerbangan, insiden serius dianggap sebagai peristiwa yang "hampir menyebabkan bencana" sehingga penyelidikan harus dilakukan.
Credit CNN Indonesia