Absennya para pemimpin negara-negara Teluk ini sudah pasti akan mengganggu pembicaraan yang ditujukan untuk memperkuat hubungan AS dengang sekutu-sekutunya di Semenanjung Arab.
Penolakan ini juga menunjukkan kekecewaan para pemimpin enam negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dengan cara Washington menangani Iran dan harapan mereka terhadap hasil KTT itu.
Setelah Raja Salman tak akan hadir dalam KTT itu, maka delegasi Arab Saudi akan dipimpin putra mahkota Pangeran Mohammad bin Nayef, yang juga menteri dalam negeri Arab Saudi.
Selain itu, putra mahkota kedua Pangeran Mohammed bin Salman yang juga menjabat menteri pertahanan Arab Saudi juga dipastikan hadir dalam pertemuan tersebut.
Sebenarnya, Presiden Obama berencana untuk menggelar pertemuan empat mata dengan Raja Salman sehari sebelum pertemuan itu digelar. Meski sebagian besar pemimpin Teluk tidak hadir, Washington nampaknya belum memutuskan untuk membatalkan KTT tersebut.
Selain Arab Saudi, Bahrain juga memastikan hanya akan mengirim putra mahkota, Pangeran Salman bin Hamad al Khalifa untuk menghadiri KTT itu.
Bahrain, yang sangat dekat secara diplomatik dengan Arab Saudi, adalah salah satu sekutu militer terpenting AS karena negeri itu menjadi pangkalan Armada ke-5 AS yang bertanggung jawab atas wilayah Semenanjung Arab dan wilayah utara Samudera Hindia.
Bahrain juga menjadi pangkalan angkatan laut terpenting AS di kawasan Teluk untuk mengimbangi pengaruh Iran di wilayah itu.
Sultan Oman Qaboos bin Said juga memastikan tak akan hadir dalam KTT dan delegasi negeri itu akan dipimpin wakil perdana menteri Sayyid Fahd bin Mahmoud Al Said.
Sementara itu, Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan juga tak akan hadir dengan alasan kesehatan. Delegasi UEA akan dipimpin putra mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Dalam KTT itu, para pemimpin Teluk akan meminta kepastian dukungan pemerintahan Obama di saat mereka merasa terkepung oleh kelompok ekstremis Islam dan semakin menguatnya pengaruh Iran.
Negara-negara Teluk khawatir kesepakatan nuklir antara AS dan Iran akan membuat Teheran semakin berani bertindak agresif di kawasan tersebut.
Credit KOMPAS.com