JAKARTA (CB) - TNI Angkatan Laut (AL) Indonesia berupaya
mencegah perahu imigran masuk perairan Indonesia setelah ratusan orang
Bangladesh dan kaum Rohingya dari Myanmar mendarat di Aceh.
"Empat kapal perang dan sebuah pesawat berpatroli di pantai Aceh untuk mencegah perahu imigran masuk," kata Kepala Pusat PeneranganTNI Mayor Jenderal Fuad Basya, seperti dilansir The Guardian, Selasa (19/5/2015).
Pada Minggu 17 Mei 2015, AL menghentikan sebuah perahu memasuki perairan Indonesia. Basya mengatakan, perahu tersebut ditemukan sedang berlayar mengarungi Selat Malaka menuju Malaysia.
Setelah berkomunikasi lewat radio dengan awak perahu, perahu itu bertolak dari Indonesia. Dia yakin perahu tersebut membawa lebih banyak imigran gelap meski dia tidak dapat memastikan jumlahnya.
"Perahu itu sedang menuju perairan Indonesia dari Malaysia dan kami tidak memberikan izin masuk. Kami berpapasan dan kami mencegahnya melintas," ujar Basya.
"Empat kapal perang dan sebuah pesawat berpatroli di pantai Aceh untuk mencegah perahu imigran masuk," kata Kepala Pusat PeneranganTNI Mayor Jenderal Fuad Basya, seperti dilansir The Guardian, Selasa (19/5/2015).
Pada Minggu 17 Mei 2015, AL menghentikan sebuah perahu memasuki perairan Indonesia. Basya mengatakan, perahu tersebut ditemukan sedang berlayar mengarungi Selat Malaka menuju Malaysia.
Setelah berkomunikasi lewat radio dengan awak perahu, perahu itu bertolak dari Indonesia. Dia yakin perahu tersebut membawa lebih banyak imigran gelap meski dia tidak dapat memastikan jumlahnya.
"Perahu itu sedang menuju perairan Indonesia dari Malaysia dan kami tidak memberikan izin masuk. Kami berpapasan dan kami mencegahnya melintas," ujar Basya.
Sebagaimana diketahui, kaum Rohingya mengungsi ke beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand dengan menggunakan perahu. Para imigran gelap juga dikenal sebagai 'orang kapal'. Eksodus besar-besaran tersebut terjadi karena pergolakan yang melanda kampung halaman mereka.
Credit Okezone