Rabu, 13 Mei 2015

Bicarakan Krisis Ukraina dan Suriah, Menlu AS Kunjungi Rusia


 
JOSHUA ROBERTS / POOL / AFP Menlu AS John Kerry berjalan bersama Menlu Rusia Sergei Lavrov (kanan) saat mengunjungi monumen Perang Dunia II Zakovkzalny di Sochi, Rusia, Selasa (12/5/2015), Kerry dijadwalkan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin untuk membicarakan sejumlah isu termasuk memperbaiki hubungan kedua negara yang memburuk.

MOSKWA, CB  — Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Selasa (12/5/2015), tiba di kota wisata Laut Hitam Sochi untuk menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menlu Sergei Lavrov.

Menlu Kerry merupakan pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Rusia sejak konflik bersenjata pecah di Ukraina. Kunjungan ini juga menjadi yang pertama bagi Kerry dalam dua tahun terakhir.

Kerry (71) memulai kunjungannya dengan meletakkan karangan bunga di sebuah monumen peringatan Perang Dunia II sebelum menggelar pertemuan yang diyakini akan fokus pada masalah krisis Ukraina dan Suriah.

Hubungan diplomatik antara Rusia dan AS jatuh ke titik terendah sejak Perang Dingin. Kedua pihak saling serang pernyataan terkait keterlibatan dalam krisis Ukraina.

"Sangat penting bagi kami untuk tetap membuka jalur komunikasi. Selain itu, mencoba untuk berbicara dengan para pembuat keputusan senior juga sangat penting," ujar seorang pejabat Kemenlu AS, sehari sebelum kunjungan Kerry ini.

Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut pertemuan para pejabat senior AS dan Rusia ini merupakan sebuah langkah positif.

"Lewat dialog, sangat mungkin menemukan cara untuk normalisasi (hubungan), kerja sama lebih erat dalam hal menghadapi masalah-masalah internasional," ujar Peskov.

"Rusia tak pernah menjadi inisiator pertemuan ini. Kami sudah berulang kali menyatakan dalam berbagai kesempatan dan Presiden (Putin) juga menegaskan bahwa Rusia tak pernah mengawali kebekuan hubungan ini dan kami selalu terbuka untuk menggelar dialog lebih luas," lanjut Peskov.

Moskwa selama ini menuding Washington berada di belakang penggulingan mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich, yang adalah sekutu Rusia, tahun lalu.

Sementara itu, Washington menuduh Rusia tak berniat menarik mundur peralatan perangnya, termasuk tank dan artileri berat dari wilayah timur Ukraina yang mengganggu perjanjian damai yang disepakati di Minsk, Belarus, pada Februari lalu.

Sanksi ekonomi saat ini dijatuhkan kepada Rusia setelah negeri itu menganeksasi Semenanjung Crimea pada Maret lalu dan sejak saat itu semakin memperkuat genggamannya terhadap bekas wilayah Ukraina tersebut.



 Credit  KOMPAS.com