Mahathir Mohamad dinilai langgar janji pemilu lantaran menghentikan proses pencarian puing MH370. (Foto: Damir Sagolj)
Jakarta, CB -- Pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dianggap melanggar janji kampanye karena tak memperpanjang waktu pencarian bawah laut pesawat Malaysia Airlines MH370 yang berakhir hari ini, Selasa (29/5).
Keluarga
korban mendesak pemerintah Malaysia memperbarui kontrak dengan firma
eksplorasi bawah laut asal Amerika Serikat, Ocean Infinity untuk
merampungkan proses pencarian.
Grace Nathan, salah satu keluarga
penumpang MH370 yang jatuh di Samudera Hindia 2014 lalu, menganggap
pemerintahan baru Mahathir tidak menepati janjinya karena gagal memberi
penjelasan rinci alasan dibalik dihentikannya proses pencarian.
"Banyak yang dikatakan saat kampanye pemilu kemarin dan
juga saat menteri transportasi baru diangkat. Pernyataan pertama yang
dia ucapkan adalah bahwa pencarian MH370 adalah prioritasnya," ungkap
Nathan seperti dikutip
The Guardian, Selasa (29/5).
"Lalu
hanya berselang dua sampai tiga hari setelahnya, terutama setelah rapat
kabinet pertama digelar, dia [menteri transportasi] menyatakan tidak
akan memperpanjang pencarian lagi. Saya sangat terkejut," lanjutnya.
Pada Januari lalu, Malaysia berjanji akan membayar US$700 juta
(sekitar Rp940 miliar) kepada Ocean Infinity jika berhasil menemukan
puing pesawat atau kotak hitam dalam waktu 90 hari.
Nathan
menilai perjanjian itu sebenarnya tidak merugikan lantaran sejauh ini
Malaysia tidak harus membayar apa pun sampai puing dan kotak hitam
berhasil ditemukan. Bahkan Ocean Infinity diketahui bersedia
memperpanjang durasi pencarian hingga tahun depan dengan mekanisme yang
sama.
"Apakah pemerintah Malaysia mencoba menolak tawaran
perusahaan swasta yang bersedia melakukan pencarian dengan uang pribadi
mereka, dan baru akan menagih bayaran ketika pesawat ditemukan? Ini
artinya pemerintah telah menyisihkan uangnya. Pertanyaannya, mengapa
mereka tidak dapat mempertahankan uang itu untuk pencarian," katanya.
Pernyataan
Nathan merupakan bentuk reaksi atas keputusan Menteri Transportasi
Malaysia Anthony Loke yang mengisyaratkan untuk tidak memperpanjang
pencarian pesawat dan hanya berfokus mencari 'kesimpulan' penyelidikan
selama ini.
KS Narendran, keluarga korban MH370 lainnya, mengatakan pernyataan Loke
semata-mata "hanya menutup berkas perkara, tidak menyelesaikan kasus
karena suatu pihak telah mencapai kesimpulan".
"Saya hampir tidak
bisa menahan perasaan terkhianati yang sangat mendalam. Hampir tidak
mungkin menyembunyikan kemarahan pada keputusan yang diambil tanpa ada
pertemuan atau konsultasi dengan kelaurga korban," papar Narendran.
Peninjauan kembaliMahathir
yang memenangkan Pemilu pada 9 Mei lalu, belum lama ini mengatakan akan
meninjau kembali kebutuhan untuk melakukan pencarian dan
menghentikannya 'jika tidak berguna'.
Dikutip
AFP, melalui pernyataan Ocean Infinity mengonfirmasi bahwa eksplorasinya terkait MH370 memang akan berakhir pekan ini.
Tanpa
merinci kejelasan batas akhir pencarian, juru bicara perusahaan
mengatakan bahwa eksplorasi akan berakhir dalam beberapa hari kedepan.
Insiden hilangnya MH370 menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan
dalam sejarah penerbangan. Pesawat Boeing 777 itu menghilang dalam
perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.
Sejak
saat itu, pencarian terhadap pesawat dengan 239 penumpang terus
dikerahkan sampai akhirnya ditangguhkan di awal 2017 lantaran tidak ada
hasil.
Pencarian yang dilakukan selama hampir tiga tahun terkahir
itu hanya menghasilkan tiga penemuan puing pesawat yang diyakini milik
MH370. Puing-puing tersebut sebagian besar ditemukan di garis pantai
sebelah barat Samudera Hindia.
Pencarian terakhir hanya mampu
menempuh jarak 120 ribu kilometer persegi selama dua tahun dengan
menghabiskan dana hingga US$116 juta.
Credit
cnnindonesia.com