Foto: Michael Agustinus
Jakarta -PT Pertamina (Persero) dan Shell
Eastern International Trading Company (SIETCO) menyepakati kerja sama
pengolahan minyak mentah Basrah Crude asal Irak milik Pertamina. Kerja
sama dilakukan dengan skema crude processing deal (CPD).
Penandatanganan
kontrak CPD telah dilakukan pada Juni 2016. Hari ini, kontrak yang
telah ditambah dengan adendum resmi diumumkan.
Kilang Shell di
Singapura akan mengolah minyak dari Lapangan West Qurna I di Irak, yang
dikelola Pertamina dan ExxonMobil. Minyak bagian Pertamina, akan diolah
di kilang Shell menjadi bensin RON 88 alias premium.
Direktur
Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, menjelaskan kerja sama ini dilakukan
karena minyak mentah hasil produksi Pertamina di Irak tidak dapat
diproses di kilang dalam negeri, spesifikasinya tidak cocok.
Tapi
Pertamina lebih memilih untuk mengolah minyak di Singapura ketimbang
menjualnya. Sebab, Pertamina bisa mendapatkan BBM dengan harga lebih
murah ketimbang mengimpor BBM yang sudah jadi.
"Sebagaimana kita
ketahui bahwa secara negara maupun secara perusahaan, kita selalu
mendapat tekanan atas impor yang terlalu besar. Tentu ada upaya-upaya
kita mengurangi impor. Sekarang ada potensi CPD, kita memanfaatkan crude
Pertamina di Irak, target kita 1 juta barel BBM per bulan. Ini upaya
kita mengurangi impor langsung," kata Dwi dalam konferensi pers, di
Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (31/8/2016).
SVP Integrated
Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba, menambahkan sebelumnya
Pertamina telah melakukan seleksi ketat untuk mencari mitra pengolahan
minyak dari Irak. Akhirnya kilang Shell di Singapura yang terpilih.
Kerja
sama ini, sambung Daniel, membuat volume impor BBM Indonesia makin
berkurang. Pertamina pun memperoleh harga yang lebih efisien.
"CPD
kita lakukan bekerja sama dengan Shell. Kita menghubung kilang-kilang
di seluruh Asia Pasifik untuk menjajaki pengolahan minyak mentah
Pertamina dari Irak. Sebelumnya minyak dari Irak kita pasarkan di
internasional. Tapi daripada kita hanya jual saja, kenapa tidak kita
masak di kilang di Asia Pasifik dan kita ambil untuk mengurangi
pembelian BBM secara langsung?" dia menerangkan.
"Volume impor
BBM yang terbesar adalah Premium RON 88. Skema CPD ini untuk mengurangi
volume pembelian kita dari pasar Singapura sehingga demand di pasar
internasional bisa berkurang. Ini salah satu inovasi kita untuk
memperkuat suplai BBM di dalam negeri," pungkasnya.
Credit
detikfinance
Olah Minyak di Singapura, Pertamina: Impor BBM Turun 1 Juta Barel/Bulan
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -PT Pertamina (Persero) sejak Juni 2016
telah menandatangani kesepakatan kerja sama pengolahan minyak dengan
Shell Eastern International Trading Company (SIETCO) yang berkedudukan
di Singapura. Kontrak kerja sama berlangsung hingga Desember 2016.
Minyak
yang diolah kilang Shell di Singapura tersebut berasal dari Lapangan
West Qurna I di Irak. Lapangan tersebut dikelola besama oleh Pertamina
dan ExxonMobil. Minyak bagian Pertamina inilah yang diolah menjadi
bensin RON 88 alias premium.
Direktur Utama Pertamina, Dwi
Soetjipto, menyebut kerja sama ini sebagai salah satu upaya Pertamina
mewujudkan cita-cita kemandirian energi di Indonesia. Berkat kerja sama
ini, impor bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun 1 juta barel per
bulan.
"Sekarang ada potensi CPD (Crude Processing Dealing), memanfaatkan
crude
Pertamina di Irak. Target kita 1 juta per bulan. Ini upaya kita
mengurangi impor langsung," kata Dwi dalam konferensi pers di Kantor
Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (31/8/2016).
Keuntungan lain dari
kerja sama ini adalah Pertamina bisa memperoleh premium dengan harga
lebih murah sekitar 15%. "Sudah tentu lebih efisien. Dalam proses tender
terakhir disampaikan, minus alfa semakin tinggi. Lebih baik daripada
kalau kita beli langsung BBM," paparnya.
SVP Integrated Supply
Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba, menambahkan bahwa sebelumnya
Pertamina telah melakukan seleksi ketat untuk mencari mitra pengolahan
minyak dari Irak. Akhirnya kilang Shell di Singapura yang terpilih
setelah melalui proses panjang.
"CPD kita lakukan bekerja sama
dengan Shell. Kita menghubungi kilang-kilang di seluruh Asia Pasifik
untuk menjajaki pengolahan minyak mentah Pertamina dari Irak. Sebelumnya
minyak dari Irak kita pasarkan di internasional. Tapi daripada kita
hanya jual saja, kenapa tidak kita masak di kilang di Asia Pasifik dan
kita ambil untuk mengurangi pembelian BBM secara langsung?" dia
menerangkan.
Selain premium, minyak mentah dari Irak juga akan
diolah menjadi pertamax mulai September nanti. "Di kuartal IV kita
jajaki Pertamax volumenya 1 juta barel," ungkap Daniel.
Minyak
mentah hasil produksi Pertamina di Aljazair dan Pertamina, sambungnya,
kemungkinan juga akan diolah di kilang luar negeri. Sebab, skema ini
ternyata lebih efisien dibanding mengimpor BBM secara langsung.
"Kita
juga ada minyak mentah di Aljazair dan Malaysia. Kalau kita bisa dapat
nilai lebih dengan kita proses di luar, itu kita jajaki. Kita lihat
keekonomiannya," pungkasnya.
Credit
detikfinance