Dikutip di laman USA Today, Selasa (5/12), perluasan Camp Humphreys di Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu proyek konstruksi terbesar sepanjang sejarah militer Amerika Serikat (AS). Setelah selesai pada 2020, pangkalan yang terletak 40 mil selatan Seoul, akan menjadi instalasi militer luar negeri AS terbesar di dunia.
Humphreys akhirnya akan menjadi rumah bagi 42 ribu personel militer AS sedang dibangun di sana sehingga mereka tidak akan rindu rumah. Kenyamanan rumah ini mencakup puluhan makanan cepat saji AS, lapangan golf, taman air, dan stadion sepak bola.
Berdasarkan kesepakatan pertahanan AS-Korea Selatan yang dikenal sebagai Special Measures Agreement, Korea Selatan membayar sebagian besar biaya ekspansi Humphreys senilai 11 miliar dolar AS. Ini adalah tambang emas potensial bagi perusahaan pembangunan Korsel.
Baru-baru ini terungkap sebuah kelompok pengembangan utama Korsel membayar mantan pejabat Angkatan Darat AS untuk mendapatkan akses terhadap kontrak yang menguntungkan.
Pada Jumat, jaksa Korea Selatan di Seoul menggerebek kantor SK Engineering and Construction, sebuah afiliasi dari SK Group. Mereka mengumpulkan hard drive dan dokumen dengan informasi kontrak konstruksi SK di Humphreys sehubungan dengan penyelidikan mereka. SK telah membangun beberapa bangunan di pangkalan, bersama dengan jaringan jalan, air dan listrik.
Menurut Departemen Kehakiman, antara 2008 dan 2012, Duane Nishiie, pada saat itu seorang perwira kontraktor untuk Korps Insinyur Angkatan Darat AS, dan seorang mantan pejabat Kementerian Pertahanan Korea, Seung-Ju Lee, didakwa melakukan beberapa kejahatan yang berkaitan dengan pengarahan kontrak senilai 400 juta dolar AS untuk SK dengan imbalan sogokan tiga juta dolar AS. Jaksa menuduh keduanya menyembunyikan dana di rekening bank yang dikelola oleh Lee.
Nishiie meninggalkan profesinya sebagai tentara pada 2012 untuk menjadi pelobi yang mencari kontrak pertahanan AS. Baik Nishiie dan Lee didakwa pada September 2017.
Korupsi yang meluas
Skandal korupsi Humphreys hanyalah kasus terakhir yang melanda SK dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2013, Ketua SK Chey Tae Won menghabiskan dua tahun di penjara karena menggelapkan lebih dari 42,24 juta dolar AS. Setelah dibebaskan pada 2015, dia kembali memegang kendali SK.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di Wall Street Journal, Won menerima banyak hak istimewa selama masa penahanannya dan lebih dari 1.700 mengunjunginya, yang secara efektif mengizinkannya untuk menjalankan perusahaan tersebut.
Sejak Mei, Presiden baru Korea Selatan Moon Jae-in telah berjanji membersihkan korupsi yang meluas dalam bisnis Korsel. Kasus SK tersebut menyoroti janjinya. Militer AS memiliki sekitar 28.500 orang yang ditempatkan di Korsel.
AS saat ini sedang dalam proses pergerakan historis. Setelah berpuluh-puluh tahun, markas AS Yongsan di jantung kota Seoul ditutup. Namun kehadiran militer AS di Korsel adalah sumber ketegangan yang konstan. Selain biaya untuk pembayar pajak, perpindahan pasukan secara besar-besaran memiliki konsekuensi lingkungan.
Pada Rabu, sebuah laporan lingkungan diterbitkan yang mengungkapkan pencemaran berat air tanah di dekat pangkalan di Yongsan. Sebuah tes mengidentifikasi tingkat Benzol karsinogen, 700 kali dari batas yang diterima.
Retorika yang memanas antara Presiden AS Donald Trump dan diktator Korea Utara Kim Jong-un juga menyoroti kehadiran militer AS di Korsel. Ini telah membuat banyak orang Korsel merasa terganggu, dan telah terjadi demonstrasi besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut diplomat, Angkatan Bersenjata AS menganggap Humphreys sebagai platform proyeksi daya terbesar di Pasifik. Tetapi tidak peduli siapa yang mengumpulkan uang untuk bangunan pangkalan ini, militer AS akan berada di Korsel untuk masa yang akan datang.
Credit REPUBLIKA.CO.ID