Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Desember 2018

AS Minta Hungaria Tak Halangi Kerjasama Ukraina dan NATO


AS Minta Hungaria Tak Halangi Kerjasama Ukraina dan NATO
Amerika Serikat (AS) mendesak Hungaria untuk memperbaiki hubungannya dengan Ukraina dan tidak mencoba untuk memblokir kerja sama Kiev dengan NATO. Foto/Istimewa

BUDAPEST - Amerika Serikat (AS) mendesak Hungaria untuk memperbaiki hubungannya dengan Ukraina dan tidak mencoba untuk memblokir kerja sama Kiev dengan NATO. Washington mengatakan, jika Ukraina gagal, Hungaria akan berada di garis depan agresi Rusia.

Duta Besar AS untuk Hungaria, David Cornstein, mengatakan bahwa Budapest dapat berbuat lebih banyak untuk memprioritaskan aliansi, pada saat Rusia mengajukan ancaman baru ke Ukraina dan Eropa.

"Sekarang, lebih dari sebelumnya, Rusia menguji Barat," kata Cornstein dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (13/12).

"Kami merasa sangat, bahwa sebagai sekutu NATO cara terbaik untuk mempromosikan reformasi di Ukraina adalah dengan berbicara dengan Ukraina, bukan dengan memblokir hubungan kerjasama Ukraina dengan NATO," sambungnya.

Cornstein kemudian mengatakan Hungaria, yang sangat bergantung pada minyak, gas dan keahlian nuklir Rusia, bermain dengan api dengan memanjakan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Kita harus menjaga gambaran besar dalam pikiran. Putin tidak tertarik pada kedaulatan nasional. Visinya adalah neoimperial. Jika Ukraina gagal, Hungaria akan berada di garis depan agresi Rusia," tukasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan kepada Presiden Ukraina. Petro Poroshenko bahwa NATO akan mengirim peralatan komunikasi yang aman ke militer Ukraina bulan ini. 



Credit  sindonews.com




Selasa, 11 Desember 2018

Sepaham dengan Inggris, Belgia: Rusia Lebih Berbahaya dari Terorisme


Sepaham dengan Inggris, Belgia: Rusia Lebih Berbahaya dari Terorisme
Belgia mengaku setuju dengan pernyataan Kepala Staf Gabungan Militer Inggris bahwa Rusia telah menunjukan ancaman yang lebih besar dibanding dengan terorisme. Foto/Istimewa

BRUSSELS - Belgia mengaku setuju dengan pernyataan Kepala Staf Gabungan Militer Inggris, Mark Carleton-Smith, bahwa Rusia telah menunjukan ancaman yang lebih besar dibanding dengan terorisme.

Kepala Divisi Operasi Staf Pertahanan Belgia, Jenderal Carl Gillis menuturkan, Brussels benar-benar setuju dengan sentimen Inggris, bahwa Rusia adalah ancaman yang lebih besar dibanding dengan kelompok teroris.

"Selain itu, pengamatan yang sama dilakukan minggu lalu di Roma, begitu banyak (ancaman dari Rusia) sehingga kami tidak menyebutkan terorisme. Sebaliknya, Rusia telah kembali ke semua analisis kami," kata Gillis, seperti dilansir Sputnik pada Senin (10/12).

Menurut pria yang bertanggung jawab atas semua operasi militer Belgia di luar negeri, pada akhir bulan lalu, ia dan pejabat pertahanan anggota NATO mengadakan diskusi selama dua hari dengan seorang penasehat politik Presiden Rusia, Vladimir Putin di Sekolah Pertahanan NATO di Roma,

Dia menyebut, pejabat Rusia yang tidak disebutkan namanya seharusnya membuat "jelas" bagi aliansi Barat bahwa Rusia bermaksud untuk menegaskan kembali dirinya sebagai kekuatan besar di kancah internasional.

Gillis mengatakan bahwa untuk mencapai hal ini, Rusia beralih ke Asia, di mana Moskow berusaha membangun aliansi ekonomi, politik, dan militer dengan negara-negara seperti China dan Jepang.

"Di sisi lain, Rusia menganggap bahwa kita telah memasuki tatanan dunia multipolar pasca-Amerika dan, dengan demikian, tidak lagi menerima apa yang mereka sebut perintah Amerika Serikat (AS). Rusia ingin membangun kembali pengaruh mereka dalam apa yang dulunya adalah zona penyangga di sepanjang perbatasan mereka," ucapnya.

"Rusia sedang mencoba melemahkan kohesi Uni Eropa dan NATO untuk melemahkan kita," ungkapnya dan mencatat bahwa Moskow melakukan ini dengan menggunakan cara "hibrida", termasuk bermain pada isu-isu seperti Brexit dan ketegangan antara Washington dan Sekutu Eropa.

Pada saat yang sama, menurut Gillis, Rusia berusaha untuk memastikan stabilitas dan keamanan di wilayahnya sendiri, termasuk keamanan perbatasan, serta rasa hormat. "Rusia ingin, dengan segala cara, untuk dihormati lagi," tukasnya. 



Credit  sindonews.com



Jumat, 07 Desember 2018

Di Pertemuan NATO, Pompeo Sebut Rusia Negara Penjajah


Di Pertemuan NATO, Pompeo Sebut Rusia Negara Penjajah
Pompeo menyatakan, Moksow tidak mau menganut nilai-nilai kebebasan yang dianut oleh Barat dan justru Moskow melawan itu, dengan menginvasi negara lain di Eropa. Foto/Reuters

BRUSSELS - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompoe melemparkan kritikan keras kepada sejumlah rival AS, saat menyampaikan pidato dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri anggota NATO. Rusia menjadi salah satu negara yang mendapat kritikan Pompeo.

Dalam pidatonya, Pompeo menyatakan, Moksow tidak mau menganut nilai-nilai kebebasan yang dianut oleh Barat. Justru, lanjut Pompeo, Moskow melawan itu, dengan menginvasi negara lain di Eropa.

"Rusia tidak memeluk nilai-nilai kebebasan Barat dan kerja sama internasional. Sebaliknya, mereka terus menyuarakan perlawanan dan menyerang negara-negara berdaulat seperti Georgia dan Ukraina," kata Pompeo, dalam salinan pidato yang diterima Sindonews pada Kamis (6/12).

"Moskow juga telah menempatkan agen syaraf kelas militer di tanah asing, di sini di Eropa, yang melanggar Konvensi Senjata Kimia yang menjadi pihaknya. Dan seperti yang akan saya jelaskan hari ini, Rusia telah melanggar Traktat Senjata Nuklir Tingkat Menengah selama bertahun-tahun," sambungnya.

Dia kemudian mengatakan, daftar pelanggaran terhadap nilai-nilai kebebasan dan juga peraturan internasional, yang dilakukan, bukan hanya oleh Rusia, tetapi juga oleh Iran dan China terus bertambah setiap harinya. Oleh karena itu, lanjut Pompeo, diperlukan tatanan dunia baru untuk menekan pelanggaran seperti ini terus terjadi.

"Kita harus memperhitungkan tatanan dunia hari ini untuk memetakan jalan ke depan. Itulah Strategi Keamanan Nasional Amerika yang dianggap "realisme berprinsip." Saya suka menganggapnya sebagai "akal sehat". Setiap bangsa, harus secara jujur mengakui tanggung jawabnya kepada warga negaranya dan menanyakan apakah tatanan internasional saat ini melayani kebaikan rakyatnya sebaik mungkin. Dan jika tidak, kita harus bertanya bagaimana kita bisa melakukannya," tukasnya. 




Credit  sindonews.com



Kamis, 06 Desember 2018

NATO Desak Rusia Patuhi Perjanjian Senjata Nuklir


NATO Desak Rusia Patuhi Perjanjian Senjata Nuklir
NATO menyerukan Rusia untuk kembali mematuhi sepenuhnya Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF). Foto/Istimewa

BRUSSELS - NATO menyerukan Rusia untuk kembali mematuhi sepenuhnya Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF). Hal itu disampaikan NATO dalam sebuah pernyataan pasca pertemuan para Menteri Luar Negeri NATO di Brussels.



“Kami menyerukan kepada Rusia untuk segera kembali ke kepatuhan penuh dan dapat diverifikasi. Sekarang terserah Rusia untuk melestarikan Perjanjian INF,” kata pernyataan itu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (5/12).



“Perjanjian INF sangat penting dalam menegakkan keamanan NATO selama lebih dari 30 tahun. Sekutu telah menyimpulkan bahwa Rusia telah mengembangkan dan menerjunkan sistem rudal, yang melanggar Perjanjian INF dan menimbulkan risiko signifikan terhadap keamanan Euro-Atlantik. Kami sangat mendukung temuan Amerika Serikat bahwa Rusia secara materi melanggar kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF," sambungnya.



Dalam pernyataanya, NATO mencatat bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah berulang kali mengangkat keprihatinan mereka dengan Rusia, baik secara bilateral maupun multilateral mengenai hal ini.

Dikatakan bahwa Rusia baru-baru ini mengakui keberadaan sistem rudal, tetapi tanpa memberikan transparansi atau penjelasan yang diperlukan.



"AS tetap sepenuhnya mematuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF sejak diberlakukan. NATO akan terus memastikan kredibilitas dan efektivitas dari sikap pencegahan dan pertahanan Aliansi secara keseluruhan," tambahnya.





Credit  sindonews.com



Jumat, 30 November 2018

NATO Akan Bertemu Ukraina Pekan Depan


NATO Akan Bertemu Ukraina Pekan Depan
NATO bakal melangsungkan pertemuan dengan Ukraina membahas konflik di Laut Hitam. (Ludovic Marin/Pool via REUTERS)


Jakarta, CB -- NATO dikabarkan akan melakukan pertemuan dengan Ukraina pada pekan depan. Pertemuan itu akan membahas perselisihan antara Ukraina dan Rusia di Laut Hitam.

"Pekan ini kami akan membahas perkembangan di Laut Hitam, dan pekan depan NATO akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina," ujar Juru Bicara Nato, Oana Lungescu, melansir AFP.

Rencananya, pertemuan itu akan digelar pada Senin dan Selasa di Markas NATO, Brussel. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg akan menjadi tuan rumah yang menyambut kedatangan Ukraina.



Sebelumnya, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko meminta NATO turun tangan dengan memberikan bantuan angkatan laut di Semenanjung Krimea. Namun, sampai saat ini NATO belum memberikan jawaban atas permintaan tersebut.

"Sejak pencaplokan Semenanjung Krimea oleh Rusia pada 2014, NATO secara substansial meningkatkan kehadirannya di Laut Hitam," ujar Lungescu.

Saat ini saja, kapal NATO secara rutin berpatroli di Laut Hitam. Pada tahun 2018, kapal NATO menghabiskan 120 hari di Laut Hitam. Angka itu, kata Lungesco, meningkat dibandingkan pada 2017 yang hanya berjumlah 80 hari.

"Jadi, sebetulnya NATO sudah hadir di Laut Hitam. NATO dan sekutunya terus memberikan dukungan yang kuat untuk Ukraina," kata Lungescu.


Diketahui sebelumnya, Presiden Ukraina telah mendesak sekutu Barat untuk mengarahkan kapal-kapal angkatan lautnya ke Laut Azov. Permintaan itu muncul setelah Rusia menembaki dan menahan tiga kapal Ukraina di perairan lepas Krimea pada Minggu (25/11).

Sejumlah pemimpin Barat juga telah mengecam tindakan Rusia. Mereka menuntut Moskow untuk membebaskan kapal beserta awak kapal, sekaligus menegaskan kembali penolakan mereka terhadap pencaplokan Semenanjung Krimea oleh Rusia.



Credit  cnnindonesia.com




Ukraina Minta Bantuan NATO Hadapi Rusia


Ukraina Minta Bantuan NATO Hadapi Rusia
Kapal Ukraina di Laut Hitam. (Foto: Reuters/Yevgeny Volokin)


CB, CNN Indonesia -- Presiden Ukraina, Petro Poroshenko meminta anggota NATO, termasuk Jerman, untuk mengirimkan kapal-kapal angkatan laut ke Laut Azov buat mendukung Ukraina menghadapi konflik dengan Rusia.

"Jerman merupakan salah satu sekutu terdekat kami, dan kami berharap negara-negara yang tergabung dalam NATO siap mengirimkan kapal-kapal angkatan laut ke Laut Azov untuk membantu Ukraina dan menyediakan keamanan," ucap Poroshenko kepada harian Jerman, Bild.

Seperti dilansir AFP pada Kamis (29/11), Presiden Rusia Vladimir Putin membenarkan bahwa Rusia telah merebut tiga kapal Ukraina akhir pekan lalu.


Poroshenko menuduh Putin "tidak menginginkan apapun selain menguasai laut."

"Kami tidak dapat menerima kebijakan agresif Rusia. Awalnya Krimea, kemudian timur Ukraina, dan sekarang dia menginginkan Laut Azov," ucap Poroshenko.

"Jerman juga harus bertanya pada negaranya sendiri, Apa yang sanggup dilakukan Putin selanjutnya jika kita tidak menghentikannya?" ucap Poroshenko pada hari di mana Perdana Menteri Ukraina Volodymyr Groysman mengunjungi Berlin.


Rusia telah menembaki dan kemudian menyita tiga kapal Ukraina pada Minggu (25/11), dan menuduh kapal itu masuk secara ilegal ke perairannya di Laut Azov. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Pemimpin NATO, Jens Stotlenberg, pada Senin menuntut Rusia membebaskan kapal dan pelaut Ukraina, dengan memperingatkan bahwa tindakan yang sudah dilakukan memunculkan konsekuensi besar.

Poroshenko juga menyampaikan kepada surat kabar Jerman bahwa Kanselir Jerman, Angela Merkel merupakan teman baik Ukraina.


"Pada 2015, dia sudah menyelamatkan negara kami melalui negosiasinya di Minsk, kami berharap dia akan mendukung kami sekali lagi bersama sekutu kami lainnya," ucap Poroshenko.

"Putin ingin membawa kembali Kekaisaran Rusia Lama. Krimea, Donbas, dia menginginkan seluruh negeri," kata Poroshenko lagi.

"Sebagai seorang kaisar Rusia, ketika dia melihat dirinya sendiri, kekaisarannnya tidak dapat berfungsi tanpa Ukraina. Dia melihat kita sebagai koloni," ucap Poroshenko yang menjabat sejak 2014.




Credit  cnnindonesia.com




NATO selidiki serangan udara mematikan AS di Afghanistan


NATO selidiki serangan udara mematikan AS di Afghanistan
Jenderal John Campbel, Tentara Amerika Serikat, Komandan pasukan AS dan Internasional di Afghanistan, berbicara dalam konferensi pers di markas besar Resolute Support di Kabul, Afghanistan, Rabu (25/11). Penyelidikan AS atas serangan berdarah 3 Oktober pada sebuah rumah sakit yang dijalankan oleh Medecins Sans Frontiers di kota Kunduz, utara Afghanistan menyatakan hal tersebut kecelakaan tragis yang disebabkan kesalahan manusia, menurut pernyataan Campbell, kemarin. (REUTERS/Massoud Hossaini/Pool )


Kabul, Afghanistan (CB) - Resolute Support Mission, pimpinan Amerika Serikat, di Afghanistan telah melakukan penyelidikan mengenai serangan udara mematikan AS dua hari sebelumnya sehingga menewaskan 30 orang.

Mayor Bariki Mallya, juru bicara bagi misi tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu, serangan udara di Kabupaten Garmsir di Provinsi Helmand dilancarkan oleh pasukan AS atas permintaan tentara Afghanistan yang sedang memburu anggota Taliban yang bersenjata senapan mesin berat.

"Dalam aksi bela diri, pasukan darat meminta serangan udara dilancarkan. Setelah serangan itu, ada ledakan kedua di dalam satu kompleks. Pada saat yang sama dengan serangan tersebut, pasukan darat tak mengetahui ada warga sipil di dalam kompleks atau sekitarnya; mereka hanya tahu bahwa anggota Taliban menggunakan gedung itu sebagai posisi tempur," katanya.

Ia menambahkan petempur Taliban terus menggunakan warga sipil, terutama anak-anak, sebagai perisai manusia.


Ketidakpuasan telah meluas di kalangan penduduk mengenai peritiwa seperti itu, yang digambarkan sebagai "kerusakan jaminan" oleh pihak yang berperang.

Noor Ullah, seorang warga kabupaten itu, mengatakan melalui telepon kepada Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam, dua lelaki tua, empat perempuan dan sejumlah anak kecil kehilangan nyawa mereka dalam serangan udara tersebut.

Pada Rabu, lembaga penyiaran lokal Tolo News melaporkan bahwa sedikitnya 30 orang --termasuk perempuan dan anak kecil-- tewas dalam serangan udara itu. Pemerintah provinsi menyatakan 15 anggota Taliban telah dalam serangan tersebut.

Itu adalah peristiwa mematikan kedua di provinsi yang sama. Pada awal pekan ini, operasi darat dan udara serupa melukai 16 orang, kebanyakan anak kecil, di Daerah Baba Ji di Helmand.

Korban di pihak sipil dalam berbagai serangan udara telah memperlihatkan lonjakan tajam, naik 52 persen dalam enam bulan pertama 2018, dibandingkan dengan tahun lalu, kata Misi PBB di Afghanistan.

Sebanyak 149 warga sipil tewas dan 200 orang lagi cedera dalam semester pertama 2018, kata misi tersebut.




Credit  antaranews.com



Rabu, 28 November 2018

Alenka Ermenc, Perempuan Pertama Kepala Angkatan Darat Slovenia



Alenka Ermenc, 55 tahun, secara resmi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Slovenia. Penunjukan Ermenc telah menjadikannya satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tinggi di kemiliteran di negara-negara NATO. Sumber:Bruno Toic/Slovenian Defense Ministry via AP/register-herald.com
Alenka Ermenc, 55 tahun, secara resmi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Slovenia. Penunjukan Ermenc telah menjadikannya satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tinggi di kemiliteran di negara-negara NATO. Sumber:Bruno Toic/Slovenian Defense Ministry via AP/register-herald.com

CB, Jakarta - Alenka Ermenc, 55 tahun, secara resmi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Slovenia. Penunjukan Ermenc telah menjadikannya satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tinggi di kemiliteran diantara negara-negara NATO.
Dikutip dari Reuters, Rabu, 28 November 2018, Ermenc telah menjadi perempuan pertama yang dipercaya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat di Slovenia. Penunjukannya untuk menggantikan Alan Geder.
Geder mengambil alih militer Slovenia pada awal tahun ini setelah pendahulunya dipecat karena gagal dalam sebuah evaluasi yang dilakukan oleh NATO. Sedangkan Ermenc naik menjadi Kepala Angkatan Darat adalah wakil Geder.


Alenka Ermenc, 55 tahun, secara resmi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Slovenia. Penunjukan Ermenc telah menjadikannya satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tinggi di kemiliteran di negara-negara NATO. Sumber:Bruno Toic/Slovenian Defense Ministry via AP/register-herald.com

Dikutip dari register-herald.com, Rabu, 28 November 2018, Ermenc mendapat promosi jabatan ketika pada September lalu Marjan Sarec, mengambil alih pemerintahan melalui pemilu yang diselenggarakan pada Juni 2018. Sarec adalah Perdana Menteri Slovenia yang berasal dari sayap tengah-kiri.
Ermenc mengabdi sebagai anggota militer sejak 1991 atau saat Slovenia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Yugoslavia. Dia kuliah di Studi Pertahanan Royal College dan Universitas King College, Inggris. Presiden Slovenia, Borut Pahor, berharap penunjukan Ermenc bisa membantu meningkatkan kinerja militer Slovenia.
"Tren global dari situasi keamanan terus memburuk, meskipun Slovenia tidak secara langsung mengalami ancam militer, namun kami harus meningkatkan keamanan militer dengan cepat," kata Pahor.

Slovenia adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Alpine dengan populasi 2 juta jiwa dan 7.500 tentara.
Ermenc dipromosikan untuk menduduki jabatan tinggi di militer pada akhir pekan lalu. Sebelumnya dia telah berpartisipasi aktif melakukan misi perdamaian yang dipimpin NATO di Kosovo. Dia juga telah mendapatkan sejumlah penghargaan di bidang kemiliteran.
Atas dipercayanya Ermenc duduk sebagai Kelapa Staf Angkatan Darat Slovenia, NATO secara resmi mengatakan lembaga itu sudah lama mengakui pentingnya perempuan di Angkatan Darat. NATO mengakui kesetaraan dalam berkontribusi demi masyarakat yang lebih tangguh. Sebelumnya, Slovenia dikenal sebagai negara asal ibu negara, Melania Trump. 




Credit  tempo.co






Selasa, 27 November 2018

NATO Tuntut Rusia Bebaskan Kapal Ukraina


NATO Tuntut Rusia Bebaskan Kapal Ukraina
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg (REUTERS/Francois Lenoir)


Jakarta, CB -- Tindakan Rusia menahan kapal angkatan laut Ukraina mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Termasuk salah satunya NATO yang menuntut Rusia membebaskan kapal serta awak kapal yang ditahan pasca-bentrokan di Semenanjung Krimea.

"Tidak ada pembenaran untuk menggunakan kekuatan militer terhadap kapal Ukraina. Kami meminta Rusia segera membebaskan kapal Ukraina beserta awaknya," ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg kepada wartawan setelah pertemuan Komisi NATO-Ukraina, Senin (26/11), melansir AFP.

Stoltenberg mengatakan bahwa 29 negara NATO memberikan dukungannya untuk kedaulatan Ukraina. NATO juga tak akan pernah mengakui klaim Rusia untuk Krimea.



Stoltenberg memperingatkan Moskow bahwa apa yang dilakukannya memiliki konsekuensi buruk. "Rusia harus memahami bahwa tindakannya memiliki konsekuensi. Itulah alasan mengapa NATO bereaksi begitu tegas terhadap tindakan Rusia pada Ukraina," ujar mantan Perdana Menteri Norwegia itu.

Kendati demikian, Stoltenberg tak memberikan rincian konsekuensi apa yang bakal diterima Rusia. Namun, diduga kuat konsekuensi itu merujuk pada sanksi ekonomi yang bakal diberikan negara-negara Barat kepada Rusia.

Konflik ini meletus setelah Rusia menahan dua kapal angkatan laut Ukraina yang mengawal sebuah kapal tunda melintas di Laut Hitam, berdekatan dengan Semenanjung Krimea. Rusia juga disebut melepaskan tembakan ke arah rombongan Ukraina dan melukai tiga awak kapal di antaranya.



Rusia menuduh Ukraina telah memasuki kawasan perairannya di Laut Azov secara ilegal.

Akibat penahanan itu, Ukraina menuduh Rusia meluncurkan 'fase baru agresi' setelah Moskow mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu. Presiden Ukraina, Petro Poroshenko telah meminta untuk memberlakukan 'darurat militer' selama 60 hari.

Ukraina juga mendesak negara-negara Barat untuk memberikan sanksi terhadap Rusia. Kendati desakan-desakan itu bermunculan, namun Rusia keukeuh untuk tidak akan membebaskan kapal Ukraina.                





Credit  cnnindonesia.com




Rabu, 14 November 2018

Finlandia dan Norwegia Mengeluh Rusia Acak Sinyal GPS


Finlandia dan Norwegia Mengeluh Rusia Acak Sinyal GPS
Ilustrasi latihan perang militer Rusia. (Reuters)



Jakarta, CB -- Pemerintah Finlandia dan Norwegia menuding Rusia sengaja mengacak sinyal alat pandu posisi (GPS) di ruang udara mereka. Hal itu baru diketahui ketika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggelar latihan militer beberapa waktu lalu.

Dilansir AFP, Selasa (13/11), Perdana tudingan itu disampaikan Perdana Menteri Finlandia, Juha Sipila. Dia menyatakan menemukan fakta sinyal satelit di wilayah Lapland sengaja diacak.

Pada Minggu (11/11) pekan lalu, Sipila mengatakan bahwa pihak berwenang masih menyelidiki siapa pihak yang bertanggung jawab atas gangguan GPS.


"Mengacaukan sinyal di ruang terbuka secara teknis relatif mudah dan mungkin Rusia terlibat dalam kasus ini," kata Sipila kepada stasiun radio lokal, YLE.


Rusia langsung membantah tuduhan itu.

"Kami tidak tahu apa-apa tentang keterlibatan Rusia dengan gangguan sistem GPS. Anda harus bertanya kepada para ahli di kementerian pertahanan. Tuduhan ini tidak berdasar," kata Juru Bicara Pemerintah Rusia, Dimitry Peskov.

Gangguan pada sinyal satelit pertama kali diketahui selama latihan militer NATO bersandi Trident Juncture. Latihan itu berlangsung selama dua pekan yakni pada 25 Oktober hingga 7 November mendatang. Gangguan ini terjadi di seluruh perairan Arktik di Norwegia dan Finlandia.

Pada awal November, seorang pilot maskapai penerbangan Norwegia, Widerøe melaporkan hilangnya sinyal GPS selama penerbangan dekat Kirkenes, wilayah perbatasan Norwegia dengan Rusia.


"Tidak ada risiko keamanan, kami memiliki rutinitas yang baik dan ini bukan pertama kalinya kami mengalami kehilangan sinyal," kata juru bicara Widerøe kepada situs Barents Observer.

Pada 2017 lalu, otoritas Norwegia melaporkan sinyal GPS yang hilang mempengaruhi penerbangan sipil di wilayah utara, selama Rusia menggelar latihan militer bersandi Zapad.

Gangguan satelit ini menyebabkan operator ruang udara sipil Finlandia dan Norwegia menerbitkan peringatan kepada pilot, menyatakan sinyal navigasi di Lapland wilayah utara-timur tidak stabil.

Rusia sepertinya terusik dengan latihan militer terbesar yang digelar NATO selepas Perang Dingin. Diduga latihan itu dianggap sebagai aksi unjuk kekuatan anti-Rusia. Sebagai balasannya mereka berencana menggelar uji rudal di dekat daerah itu.

Pada Jumat (9/11) pekan lalu, anggota parlemen Finlandia meminta tanggapan terkait gangguan sinyal terhadap Ketua Komite Pertahanan, Ilkka Kanerva. Kanerva mengatakan gangguan sinyal bisa menjadi bencana bagi penerbangan sipil.


Meski Finlandia bukan anggota NATO, tetapi mereka turut serta dalam latihan militer itu.





Credit  cnnindonesia.com




Kapal Perang Norwegia yang Tabrakan dengan Tanker Minyak Tenggelam


Kapal Perang Norwegia yang Tabrakan dengan Tanker Minyak Tenggelam
KNM Helge Ingstad, kapal perang Norwegia, tenggelam setelah tabrakan dengan kapal tanker minyak pada pekan lalu. Foto/REUTERS

OSLO - Kapal perang Norwegia, KNM Helge Ingstad, tenggelam lebih dalam di pantai barat negara tersebut pada Selasa setelah bertabrakan dengan kapal tanker minyak pada pekan lalu. Karamnya kapal fregat itu jadi sorotan karena baru saja ikut latihan perang terbesar NATO, Trident Juncture 2018.

Kementerian Pertahanan Norwegia pada Selasa pagi merilis sejumlah foto yang menunjukkan sebagian besar kapal angkatan laut itu sudah berada di bawah air laut.

Tabrakan antara KNM Helge Ingstad dengan kapal tanker minyak raksasa Sola TS terjadi Kamis dini hari pekan lalu di Hjeltefjorden, pantai barat Norwegia.

Kapal perang itu, salah satu dari lima fregat modern di Norwegia, sedang dalam perjalanan pulang ke pangkalan Angkatan Laut Haakonsvern setelah berpartisipasi dalam latihan perang Trident Juncture 2018.

Penyebab tabrakan itu masih misterius, karena kapal perang tersebut dilengkapi sistem navigasi yang baik untuk menghindari tabrakan.

Saat insiden, cuaca juga bagus. Perairan di wilayah itu juga memiliki sistem kontrol  real-time.

Penyelidikan resmi sudah diluncurkan oleh departemen kelautan di Badan Investigasi Kecelakaan Norwegia (AIBN). Angkatan Laut Norwegia sedang bekerja untuk mengamankan reruntuhan kapal. 

Terminal ekspor minyak Sture Norwegia beroperasi seperti biasa pada hari Selasa meskipun kapal perng tersebut mulai tenggelam.

"Kami berada dalam operasi normal. Kami tidak mengomentari rencana," kata Equinor atau pihak operator terminal tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Daily Star, Rabu (14/11/2018). 





Credit  sindonews.com



Usai Manuver NATO, Kapal Perang Norwegia Tabrakan dengan Tanker


Usai Manuver NATO, Kapal Perang Norwegia Tabrakan dengan Tanker
Kapal perang Norwegia, KNM Helge Ingstad. Foto/Times of Malta

OSLO - Sebuah kapal perang Angkatan Laut Norwegia dan sebuah kapal tanker minyak Malta bertabrakan di sebuah fjord di Norwegia barat pada Kamis (8/11/2018). Kapal perang KNM Helge Ingstad itu baru saja mengikuti latihan perang terbesar NATO pasca-Perang Dingin, Trident Juncture 2018.

Otoritas berwenang Norwegia mengatakan tujuh orang terluka dalam insiden tersebut.

Menurut militer Norwegia, kapal KNM Helge Ingstad sedang dievakuasi setelah tabrakan dengan kapal tanker Sola TS. "Butuh banyak air dan ada bahaya nyata bahwa itu tenggelam," kata seorang pejabat untuk pusat penyelamatan Sola.

Sebuah gambar yang diterbitkan NRK Norwegia menunjukkan bahwa air hampir mencapai level platform kapal perang KNM Helge Ingstad.

Saat insiden terjadi, sebanyak 137 orang berada di kapal fregat Norwegia. Sedangkan  23 orang berada di kapal tanker berbendera Malta.

Kapal tanker seberat 62.000 ton itu hanya mengalami sedikit kerusakan dan sedang menunggu untuk ditarik ke terminal minyak terdekat.

"Angkatan bersenjata sekarang sedang meninjau semua sarana yang tersedia di kawasan itu untuk membantu KNM Helge Ingstad," kata Letnan Kolonel Ivar Moen, pejabat militer Norwegia, seperti dikutip AFP.

Dibangun pada tahun 2009, KNM Helge Ingstad pernah berpartisipasi dalam operasi perlucutan senjata kimia di Suriah antara Desember 2013 dan Mei 2014.





Credit  sindonews.com




Senin, 12 November 2018

Rusia Dicurigai Ganggu GPS Finlandia saat Latihan Perang NATO



Rusia Dicurigai Ganggu GPS Finlandia saat Latihan Perang NATO
Sebuah helikopter A V-22 Osprey saat menjalani latihan perang NATO, Trident Juncture 2018, di Norwegia, 30 Oktober 2018. Foto/NTB Scanpix/Gorm Kallestad via REUTERS

HELSINKI - Sinyal GPS (global positioning system) Finlandia terganggu ketika NATO menggelar latihan perang terbesar di negara-negara Nordik selama beberapa pekan terakhir. Perdana Menteri Juha Sipila mencurigai gangguan itu sebagai ulah sengaja Rusia.

Layanan navigasi udara Finlandia Selasa pekan lalu mengeluarkan peringatan lalu lintas udara karena gangguan GPS berskala besar di bagian utara negara itu.

Norwegia juga mem-posting peringatan serupa tentang hilangnya sinyal GPS untuk pilot di wilayah udaranya sendiri pada akhir Oktober ketika latihan NATO dimulai.

"Ada kemungkinan bahwa Rusia telah menjadi pihak yang mengganggu dalam hal ini. Rusia diketahui memiliki kemampuan seperti itu," kata Sipila kepada lembaga penyiaran publik Yle, yang dilansir Reuters, Senin (12/11/2018).

Finlandia bukan anggota NATO tetapi ikut ambil bagian dalam latihan perang bernama "Trident Juncture 2018" tersebut. Latihan terbesar NATO dalam beberapa dekade itu telah berakhir.

Pasukan dari 31 negara berpartisipasi dalam manuver militer di dekat wilayah Rusia tersebut, tepatnya di daerah yang membentang dari Laut Baltik ke Islandia.

Finland sendiri berbagi perbatasan sepanjang 833 mil (1.340 km) dan memiliki sejarah hubungan yang sulit dengan Rusia. Baru-baru ini negara tersebut mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan NATO, tetapi tidak masuk keanggotaan penuh untuk menghindari konfrontasi dengan tetangga timurnya tersebut.Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas kecurigaan Finlandia terkait gangguan sinyal GPS-nya. 



Credit  sindonews.com



Trump dan Macron Sepakat Komitmen Pertahanan Eropa



Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron ketika mereka bertemu di istana kepresidenan Elysee, sebagai bagian dari upacara peringatan Hari Gencatan Senjata, 100 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, di Paris, Prancis, 10 November 2018. [REUTERS / Carlos Barria]
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron ketika mereka bertemu di istana kepresidenan Elysee, sebagai bagian dari upacara peringatan Hari Gencatan Senjata, 100 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, di Paris, Prancis, 10 November 2018. [REUTERS / Carlos Barria]

CB, Jakarta - Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dari menyetujui perlunya lebih banyak anggaran untuk pertahanan Eropa demi komitmen NATO, setelah kicauan Trump di Twitter yang menyebut usulan Tentara Eropa Macron "sangat menghina".
Keduanya bertemu di Istana Elysee sehari sebelum peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama, seperti dilaporkan Reuters, 11 November 2018.

"Kami menginginkan Eropa yang kuat, sangat penting bagi kami, dan cara apa pun yang dapat kami lakukan yang terbaik dan lebih efisien akan menjadi sesuatu yang kami berdua inginkan," kata Trump.
"Kami ingin membantu Eropa tetapi harus adil. Saat ini pembagian beban sebagian besar terjadi di Amerika Serikat."

Tank dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Penempatan pasukan NATO untuk menanggapi situasi keamanan kawasan yang berubah. AFP/Raigo Pajula
Sementara Macron mengatakan bahwa dia ingin Eropa untuk menanggung bagian yang lebih besar dari biaya pertahanan dalam NATO, salah satu pokok yang ia ucapkan berulang kali sejak menjabat, di samping ambisinya Eropa untuk memiliki kemampuan militernya sendiri.
"Itu sebabnya saya yakin proposal saya untuk pertahanan Eropa benar-benar konsisten dengan itu," kata Macron.
Sebelumnya Macron mengatakan Eropa perlu untuk melindungi dirinya sendiri dari Cina, Rusia dan bahkan Amerika Serikat. Kemudian dalam wawancara dia berbicara tentang perlunya pembentukan tentara Eropa.

"Dihadapkan oleh Rusia, yang ada di perbatasan kita dan yang telah menunjukkan bahwa itu dapat mengancam ... kita harus memiliki Eropa yang dapat mempertahankan dirinya dengan lebih baik, tanpa bergantung sepenuhnya pada Amerika Serikat," kata Macron.

Donald Trump yang telah mendesak sekutu NATO untuk mengeluarkan anggaran lebih untuk pertahanan dan meminta tidak bergantung pada Amerika Serikat, mengeluhkan pernyataan Macron di Twitter.
"Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi AS," kata Trump di Twitter.

Sebelumnya Donald Trump dalam KTT NATO di Brussel pada 11 Juli, menyerang anggota NATO yang tidak berkomitmen untuk mengeluarkan anggaran pertahanan. Dilansir dari France24, Trump menuduh negara-negara NATO gagal memenuhi target anggaran 2 persen dari pendapatan untuk pertahanan. NATO memperkirakan hanya 15 dari 29 anggota yang memenuhi target anggaran pertahanan pada 2024.
Donald Trump juga mengeluhkan bahwa AS mengeluarkan uang untuk menutup 90 persen anggaran NATO di Eropa, meskipun faktanya hanya 67 persen dari pengeluaran total NATO.



Credit  tempo.co





Senin, 05 November 2018

Giliran Kapal Penjelajah Nuklir Rusia Dekati Latihan Perang NATO


Giliran Kapal Penjelajah Nuklir Rusia Dekati Latihan Perang NATO
Kapal penjelajah nuklir bersenjata rudal Rusia, Peter the Great, berlayar memasuki Laut Barents di tengah latihan perang terbesar yang digelar NATO. Foto/Istimewa

MOSKOW - Kapal penjelajah rudal nuklir "Peter the Great" dari Armada Utara Rusia memasuki Laut Barents pada hari Sabtu untuk melakukan misi latihan tempur. Hal itu dikatakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia dalam siaran persnya.

"Awak kapal penjelajah akan melakukan serangkaian latihan anti-kapal selam dan pertahanan udara dan melakukan latihan tempur dengan menggunakan senjata praktis," jelasnya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (4/11/2018).

Sebelumnya dua pesawat anti kapal selam Rusia, Tu-142, melakukan patroli di perairan netral Laut Norwegia selama lebih dari 12 jam. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan penerbangan itu secara ketat mematuhi hukum internasional.

Awal pekan ini, dua pembom strategis Tu-160 Rusia juga berpatroli di perairan netral Barents dan Laut Norwegia selama 10 jam.


Rusia tampaknya mencoba untuk menunjukkan kekuatannya di tengah latihan terbesar pasca Perang Dunia yang dilakukan oleh NATO. Latihan perang yang diberi nama Trident Juncture 2018 itu dihelat di Norwegia mulai dari 25 Oktober hingga 7 November.

Latihan tersebut melibatkan sekitar 50.000 tentara dari 29 anggota NATO serta mitranya Swedia dan Finlandia, serta sekitar 250 pesawat, 65 kapal dan hingga 10.000 kendaraan. 






Credit  sindonews.com








Dua Bomber Rusia Terbang Rendah Dekati Latihan Perang NATO



Dua Bomber Rusia Terbang Rendah Dekati Latihan Perang NATO
Pesawat pembom Tupolev Tu-142 Rusia. Foto/Sputnik/Michael Klimentyev

OSLO - Latihan perang terbesar NATO sejak berakhirnya Perang Dingin yang berlangsung di Norwegia diwarnai ketegangan setelah didekati dua pesawat pembom (bomber) jarak jauh Rusia. Sepasang pesawat pembom Tupolev Tu-142 itu bermanuver dengan terbang rendah pada Jumat, 2 November.

Belum jelas maksud dari manuver kedua pesawat pembom era Perang Dingin itu. Namun, menurut laporan Military.com, manuver keduanya sebagai respons Moskow yang tak diundang dalam latihan perang terbesar NATO bernama Trident Jucture 2018.

Suara mendesing dua bomber era Uni Soviet tersebut membuat para marinir Amerika Serikat (AS) yang berada di atas kapal perang USS Mount Whitney terperangah. Mereka mengambil foto ketika dua Tupolev Tu-142 melambung tinggi.

"Ini adalah pesawat pengintai patroli maritim jarak jauh," kata seorang anggota marinir AS yang berbicara dalam kondisi anonim, Sabtu (3/11/2018). Meskipun dia telah melihat banyak gambar pesawat, namun baru pertama kalinya melihat langsung bomber Tu-142 Rusia terbang dekat.

Rusia telah menyatakan ketidaksenangannya atas latihan perang NATO Trident Juncture 2018. Moskow merasa latihan perang selama dua minggu itu sebagai unjuk kekuatan anti-Rusia.

Pekan lalu, Moskow mengumumkan rencananya untuk menguji coba rudal di lepas pantai Norwegia yang juga berdekatan dengan lokasi latihan Trident Juncture.

Menurut Avinor, operator publik bandara sipil di Norwegia, Rusia mengirim NOTAM (Notice to Airmen/Pemberitahuan untuk Penerbang) tentang uji coba rudal yang akan berlangsung pada 1-3 November di Laut Norwegia.

"Setiap uji coba rudal tidak akan mengubah rencana latihan kami," kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg menanggapi pengumuman Moskow.

"Kami belum melihat apa pun yang menyerupai uji coba rudal, atau bahkan kapal atau pesawat di daerah itu yang akan relevan untuk mendokumentasikan atau memantau pengujian rudal," imbuh Robert Aguilar, kapten kapal USS Mount Whitney.

Kolonel Garth Manger, seorang pejabat yang bertanggung jawab atas tugas operasional di kapal perang Angkatan Laut AS, menyikapi manuver pasangan Tu-142 Rusia dengan tenang. "Mereka mengawasi kita dan kita mengawasi mereka," katanya.

Seperti halnya bomber Tupolev, kapal perang USS Mount Whitney juga peninggalan dari era Perang Dingin. Kapal tertua ketiga di Angkatan Laut AS dan andalan Armada Keenam Amerika itu telah terlihat hampir 50 tahun pengabdiannya. Kapal itu telah ditingkatkan peralatan telekomunikasi terbarunya.

Meskipun para marinir AS terperangah dengan munculnya dua pesawat pembom Rusia di dekat lokasi latihan perang NATO, para perwira senior NATO mengecilkan apa yang disebut sejumlah pihak sebagai provokasi.

"Kami berada di laut, semua orang punya hak untuk berada di sini. Ini perairan internasional, wilayah udara internasional," kata Laksamana Guy Robinson, komandan kedua pasukan maritim Inggris.

"Jadi jelas, kami memantau dengan cermat. Tetapi semua yang kami lihat dalam latihan ini adalah mereka telah bertindak aman dan profesional," ujarnya.

Jason Bohm, yang memimpin marinir AS dalam latihan Trident Juncture mengatakan, "Masalah terbesar yang kami miliki dalam latihan ini adalah cuaca".

Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas penerbangan pesawat Tu-142. Beberapa hari sebelumnya, Moskow juga melakukan hal serupa di atas lepas pantai Norwegia yang membuat Inggris mengerahkan sejumlah jet tempur untuk mengintersepsi jika pesawat pembom itu masuk ke wilayah udara NATO. 






Credit  sindonews.com



Pesawat AS Memata-matai Wilayah Dekat Perbatasan Rusia


Pesawat AS Memata-matai Wilayah Dekat Perbatasan Rusia
Pesawat mata-mata RC-135 milik Amerika Serikat. Foto/Wikimedia Commons

MOSKOW - Pesawat RC-135 Amerika Serikat (AS), terdeteksi melakukan penerbangan pengintaian di dekat perbatasan Kaliningrad, Rusia. Operasi mata-mata pesawat pemimpin NATO itu mengabaikan protes Moskow sebelumnya.

Situs PlaneRadar pada hari Sabtu (3/11/2018) melaporkan bahwa pesawat mata-mata tersebut terdeteksi beroperasi di dekat Kaliningrad pada hari Jumat (2/11/2018).

"Pesawat pengintai elektronik Angkatan Udara Amerika Serikat (38th RS/55th WG), Boeing RC-135V, nomor ekor 64-14846, lepas landas dari Pangkalan Udara Mildenhall, melakukan penerbangan pengintaian di dekat perbatasan wilayah Kaliningrad, di wilayah udara Polandia," bunyi laporan situs itu yang dipublikasikan di Twitter, sebagaimana dilansir Sputnik.

Kementerian Pertahanan Rusia telah berulang kali mendesak Pentagon untuk menghentikan penerbangan di dekat perbatasan Rusia. Namun, AS telah mengabaikannya.

Operasi pesawat RC-135 mengikuti penerbangan UAV Global Hawk RQ-4B di dekat perbatasan Rusia pada bulan Oktober lalu. Drone itu melakukan misi pengintaian dekat perbatasan wilayah Kaliningrad, Leningrad dan Pskov.

Jumlah insiden udara yang melibatkan pesawat Rusia dan NATO telah meningkat sejak tahun 2014 karena meningkatnya kehadiran pasukan aliansi militer pimpinan AS di dekat perbatasan barat Rusia. Penumpukan pasukan itu dilakukan NATO sejak krisis Ukraina pecah. 



Credit  sindonews.com



Jumat, 02 November 2018

NATO Tuduh Rudal 9M729 Rusia Langgar Perjanjian Senjata Nuklir


NATO Tuduh Rudal 9M729 Rusia Langgar Perjanjian Senjata Nuklir
Rudal Novator 9M729 yang dinilai telah melanggar perjanjian nukir antara Amerika Serikat dengan Rusia tahun 1987. Foto/The National Interest

BRUSSELS - NATO mendesak Rusia untuk memberikan rincian tentang sistem rudal barunya yang dianggap mengancam Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya. Aliansi militer Barat itu menuduh rudal jelajah 9M729 Moskow telah melanggar perjanjian senjata nuklir 1987.

Tuduhan itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg ketika melakukan pembicaraan dengan duta besar Rusia pada hari Rabu. Pembicaraan itu membahas nasib perjanjian senjata nuklir antara Moskow dan Washington yang dikenal sebagai Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987.

"Kami semua setuju bahwa Perjanjian INF sangat penting bagi keamanan Euro-Atlantik. Sekutu telah berulang kali menyatakan keprihatinan serius tentang sistem rudal Rusia baru, yang dikenal sebagai 9M729 atau SSC-8," kata Stoltenberg dalam pernyataannya, yang dilansir Reuters, Kamis (1/11/2018).

Dia mengatakan pengembangan rudal jelajah jarak menengah SSC-8 berbasis darat menimbulkan risiko serius bagi stabilitas.

"NATO telah mendesak Rusia berulang kali untuk mengatasi masalah ini secara substansial dan transparan, dan untuk secara aktif terlibat dalam dialog yang konstruktif dengan Amerika Serikat. Kami menyesalkan bahwa Rusia tidak mengindahkan seruan kami," kata Stoltenberg.

Perjanjian INF yang diteken Rusia—kala itu bernama Uni Soviet—dan AS. Perjanjian itu melarang peluncuran rudal balistik dengan rentang antara 500 kilometer hingga 5.500 kilometer (310 mil-3.410 mil).

Rusia membantah tuduhan melanggar perjanjian senjata nuklir 1987 dan menegaskan bahwa Moskow komitmen menghormatinya.

Namun, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik AS keluar dari Perjanjian INF dengan alasan Moskow sudah melanggarnya.



Credit  sindonews.com





Dua Pembom Rusia Kejutkan Latihan Perang NATO




Dua Pembom Rusia Kejutkan Latihan Perang NATO
Dua pesawat pembom Rusia muncul mengejutkan latihan perang NATO. Foto/Istimewa


OSLO - Dua pesawat pembom Tu-160 'White Swan' yang sedang melakukan latihan di perairan internasional di lepas pantai Norwegia, mengagetkan NATO yang tengah melakukan latihan perang 'Trident Juncture 2018'. Jet-jet Inggris pun dikirim sebagai jawaban untuk mengusir dua pembom tersebut.

"Pembom strategis jarak jauh sedang melakukan latihan yang direncanakan di Laut Barents dan Laut Norwegia," kata Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (1/11/2018).

Hal ini mendorong Inggris untuk mengirim patroli udara ke utara Skotlandia dalam kasus pembom keluar jalur ke selatan.

Rusia mengajukan Pemberitahuan Penerbangan (NOTAM) untuk latihan pada hari Selasa. Pemberitahuan itu mengatakan bahwa "serangan uji roket" akan dilakukan di Laut Norwegia dari jam 7 pagi hingga 2 siang waktu setempat setiap hari, 1-3 November.

"Penerbangan akan memakan waktu sekitar sepuluh jam, setelah itu para pengebom akan kembali ke pangkalan," kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Pengumuman itu telah mengkhawatirkan NATO, karena sekitar 50.000 tentara saat ini mengambil bagian dalam latihan "Trident Juncture 2018" di Norwegia. Menampilkan 10.000 kendaraan tempur, 65 kapal dan 250 pesawat terbang, ini adalah latihan terbesar dalam beberapa dasawarsa.

Permintaan "polisi udara" NATO yang diminta untuk penerbangan Rusia membuat Inggris menerbangkan jet tempur ke langit di atas Skotlandia pada hari Rabu. Jet tersebut dikirim untuk mengawasi pengebom yang disebut NATO sebagai 'Blackjack.'

Keseluruhan zona uji Rusia ada di perairan internasional, meskipun titik terdekatnya hanya 13,9 mil laut dari pantai Norwegia. Namun, zona ini tepat di tengah kawasan yang ditetapkan sebagai zona pelatihan maritim dan udara untuk "Trident Juncture 2018," yang mencakup sebagian besar Norwegia dan bahkan sebagian besar Swedia yang netral.

Latihan NATO akan menghindari Lingkaran Arktik, menghindari bagian paling utara Norwegia, yang berbatasan dengan Rusia. Meski begitu, Angkatan Laut Rusia membuat titik untuk melakukan lebih banyak uji penerbangan di Laut Barents, juga di perairan internasional tetapi berada di utara Norwegia dan jauh di luar zona latihan NATO.

Menurut NOTAM Rusia, latihan-latihan ini akan berlangsung mulai dari jam 5 pagi hingga 7 malam setiap hari, 6-9 November.

"Pilot penerbangan jarak jauh Rusia secara teratur melakukan latihan di atas perairan internasional, dan semua penerbangan sangat sesuai dengan hukum internasional dan tidak melanggar wilayah udara negara-negara lain," kata Moskow. 




Credit  sindonews.com



Kamis, 01 November 2018

Rusia Berniat Uji Rudal di Wilayah Latihan Militer NATO



Rusia Berniat Uji Rudal di Wilayah Latihan Militer NATO
Ilustrasi uji peluru kendali Rusia. (Reuters)


Jakarta, CB -- Rusia berencana melakukan uji rudal balistik pada pekan ini di lepas perairan Norwegia. Padahal lokasi itu adalah tempat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggelar latihan militer terbesar sejak Perang Dingin.

"Kami diberi tahu pekan lalu terkati rencana Rusia menguji coba rudal di lepas pantai di sini," ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan di barat Norwegia, dikutip AFP, Selasa (30/10).

"Saya berharap Rusia akan berperilaku profesional."



Zona bakal dipakai Rusia untuk menguji rudal meliputi bagian dari wilayah yang digunakan NATO untuk melaksanakan latihan Trident Juncture sejak 25 Oktober hingga 7 November mendatang. Latihan tersebut melibatkan sedikitnya 50 ribu tentara, 65 kapal, dan 250 jet tempur dari 31 negara anggota.

Latihan yang dilakukan beberapa ratus kilometer dari perbatasan Norwegia-Rusia itu bertujuan untuk melatih NATO menghadapi ancaman lawan, dalam hal ini Rusia.

"Uji coba rudal tidak akan mengubah dan mempengaruhi rencana latihan militer kami," kata Stoltenberg.

Sementara itu, lembaga operator publik bandara sipil Norwegia, Avinor, mengatakan Rusia telah mengirim NOTAM atau nota pemberitahuan terkait uji coba peluru kendali yang akan mereka lakukan pada 1-3 November di Laut Norwegia.

Juru bicara Avinor, Erik Lodding, mengatakan pemberian NOTAM di tengah zona latihan memang tidak lazim. Meski begitu, dia memastikan tidak ada yang kontroversial terkait rencana Rusia uji rudal tersebut.

"Ini prosedur normal," ucap Lodding.



Credit  cnnindonesia.com