BRUSSELS
- Belgia mengaku setuju dengan pernyataan Kepala Staf Gabungan Militer
Inggris, Mark Carleton-Smith, bahwa Rusia telah menunjukan ancaman yang
lebih besar dibanding dengan terorisme.
Kepala Divisi Operasi Staf Pertahanan Belgia, Jenderal Carl Gillis menuturkan, Brussels benar-benar setuju dengan sentimen Inggris, bahwa Rusia adalah ancaman yang lebih besar dibanding dengan kelompok teroris.
"Selain itu, pengamatan yang sama dilakukan minggu lalu di Roma, begitu banyak (ancaman dari Rusia) sehingga kami tidak menyebutkan terorisme. Sebaliknya, Rusia telah kembali ke semua analisis kami," kata Gillis, seperti dilansir Sputnik pada Senin (10/12).
Menurut pria yang bertanggung jawab atas semua operasi militer Belgia di luar negeri, pada akhir bulan lalu, ia dan pejabat pertahanan anggota NATO mengadakan diskusi selama dua hari dengan seorang penasehat politik Presiden Rusia, Vladimir Putin di Sekolah Pertahanan NATO di Roma,
Dia menyebut, pejabat Rusia yang tidak disebutkan namanya seharusnya membuat "jelas" bagi aliansi Barat bahwa Rusia bermaksud untuk menegaskan kembali dirinya sebagai kekuatan besar di kancah internasional.
Gillis mengatakan bahwa untuk mencapai hal ini, Rusia beralih ke Asia, di mana Moskow berusaha membangun aliansi ekonomi, politik, dan militer dengan negara-negara seperti China dan Jepang.
"Di sisi lain, Rusia menganggap bahwa kita telah memasuki tatanan dunia multipolar pasca-Amerika dan, dengan demikian, tidak lagi menerima apa yang mereka sebut perintah Amerika Serikat (AS). Rusia ingin membangun kembali pengaruh mereka dalam apa yang dulunya adalah zona penyangga di sepanjang perbatasan mereka," ucapnya.
Kepala Divisi Operasi Staf Pertahanan Belgia, Jenderal Carl Gillis menuturkan, Brussels benar-benar setuju dengan sentimen Inggris, bahwa Rusia adalah ancaman yang lebih besar dibanding dengan kelompok teroris.
"Selain itu, pengamatan yang sama dilakukan minggu lalu di Roma, begitu banyak (ancaman dari Rusia) sehingga kami tidak menyebutkan terorisme. Sebaliknya, Rusia telah kembali ke semua analisis kami," kata Gillis, seperti dilansir Sputnik pada Senin (10/12).
Menurut pria yang bertanggung jawab atas semua operasi militer Belgia di luar negeri, pada akhir bulan lalu, ia dan pejabat pertahanan anggota NATO mengadakan diskusi selama dua hari dengan seorang penasehat politik Presiden Rusia, Vladimir Putin di Sekolah Pertahanan NATO di Roma,
Dia menyebut, pejabat Rusia yang tidak disebutkan namanya seharusnya membuat "jelas" bagi aliansi Barat bahwa Rusia bermaksud untuk menegaskan kembali dirinya sebagai kekuatan besar di kancah internasional.
Gillis mengatakan bahwa untuk mencapai hal ini, Rusia beralih ke Asia, di mana Moskow berusaha membangun aliansi ekonomi, politik, dan militer dengan negara-negara seperti China dan Jepang.
"Di sisi lain, Rusia menganggap bahwa kita telah memasuki tatanan dunia multipolar pasca-Amerika dan, dengan demikian, tidak lagi menerima apa yang mereka sebut perintah Amerika Serikat (AS). Rusia ingin membangun kembali pengaruh mereka dalam apa yang dulunya adalah zona penyangga di sepanjang perbatasan mereka," ucapnya.
"Rusia
sedang mencoba melemahkan kohesi Uni Eropa dan NATO untuk melemahkan
kita," ungkapnya dan mencatat bahwa Moskow melakukan ini dengan
menggunakan cara "hibrida", termasuk bermain pada isu-isu seperti Brexit
dan ketegangan antara Washington dan Sekutu Eropa.
Pada saat yang sama, menurut Gillis, Rusia berusaha untuk memastikan stabilitas dan keamanan di wilayahnya sendiri, termasuk keamanan perbatasan, serta rasa hormat. "Rusia ingin, dengan segala cara, untuk dihormati lagi," tukasnya.
Pada saat yang sama, menurut Gillis, Rusia berusaha untuk memastikan stabilitas dan keamanan di wilayahnya sendiri, termasuk keamanan perbatasan, serta rasa hormat. "Rusia ingin, dengan segala cara, untuk dihormati lagi," tukasnya.
Credit sindonews.com