Rabu, 06 Februari 2019

Peringatkan Soal Kemungkinan Perang Saudara, Guaido Cemooh Maduro


Peringatkan Soal Kemungkinan Perang Saudara, Guaido Cemooh Maduro
Tokoh oposisi Venezuela Juan Guaido terus mendapat dukungan dari sejumlah negara. Foto/Istimewa

 

CARACAS - Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, menolak peringatan Presiden Nicolas Maduro jika krisis politik di negara itu dapat memicu perang saudara. Maduro mengatakan bahwa apakah akan ada perang tergantung pada kegilaan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.


Namun Guaido menolak pernyataan Maduro dengan menyebutnya sebagai isapan jempol belaka.

"Tidak ada kemungkinan perang saudara di Venezuela, itu hanyalah rekaan Maduro," ujarnya saat berpidato seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/2/2019).


Guaido juga menuduh pemerintah Maduro berusaha untuk melarikan Rp21,8 triliun dana publik ke Uruguay tanpa memberikan bukti.

Dalam pidatonya Guaido, yang mencoba mengatur pengiriman bantuan, mengatakan militer menghadapi pilihan penting ketika bantuan tiba di perbatasan.

Perwakilan Guaido akan menjadi tuan rumah pembicaraan darurat mengenai pengiriman bantuan pada konferensi 14 Februari mendatang di Washington, lapor AFP. Maduro sendiri telah menolak bantuan asing ke Venezuela dengan mengatakan itu akan menjadi dalih untuk intervensi militer.

Tekanan terus tumbuh kepada Maduro ketika lebih dari setengah negara yang membentuk Uni Eropa (UE) mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara. Pengakuan ini sebagai buntut dari penolakan tenggat waktu yang ditetapkan oleh Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan negara lainnya agar Maduro untuk mengadakan pemilu baru.


Setidaknya 17 negara UE secara resmi mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Banyak yang mengeluarkan pernyataan mendesak Maduro untuk mengadakan pemilu baru. Negara-negara UE lainnya, seperti Yunani dan Irlandia, telah menyerukan pemilu baru tetapi tidak mengakui Guaido.

Maduro mempertahankan sekutu yang kuat, terutama China dan Rusia, yang menuduh negara-negara UE mencampuri urusan Venezuela dan berusaha untuk "melegitimasi kekuasaan yang dirampas".

Presiden Venezuela juga mempertahankan dukungan penting dari militer.

Maduro, yang menjabat pada tahun 2013 setelah kematian Hugo Chavez, telah dikutuk karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan karena penanganannya terhadap ekonomi.

Ada kekurangan parah barang-barang dasar seperti obat-obatan dan makanan, dan tingkat inflasi yang tahun lalu rata-rata membuat harga dua kali lipat setiap 19 hari.

Banyak orang memilih meninggalkan Venezuela. Menurut angka PBB, tiga juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak 2014 ketika krisis ekonomi mulai menggigit negara anggota OPEC itu. 





Credit  sindonews.com