CB, Riyadh – Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, disebut membantu Raja Salman
dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman dengan memberikan jalan
agar terhindar dari skandal pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Seorang
pejabat senior di pemerintahan Arab Saudi mengatakan Pompeo
menyampaikan soal opsi untuk mengarahkan kasus pembunuhan Khashoggi ini
kepada orang lain di kerajaan Saudi.
Menurut media Middle East Eye, Pompeo menyampaikan rencana ini secara langsung saat pertemuan dengan Raja Salman, dan MBS, yang merupakan panggilan putra mahkota, ketika bertemu di Riyadh pada 16 Oktober 2018.
Orang yang bakal menjadi kambing hitam untuk menerima kesalahan dalam kasus ini belum dipilih. “Kami tidak akan terkejut jika itu terjadi,” kata sumber tadi kepada Middle East Eye pada Selasa, 20 November 2018.
Kedatangan
Pompeo ke Riyadh itu terjadi tepat dua pekan setelah Jamal Khashoggi,
yang merupakan jurnalis senior dan kritis terhadap kebijakan MBS,
menghilang dan diduga tewas dibunuh di kantor Konsulat Jenderal Saudi di
Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Mengenai tudingan ini, kementerian Luar Negeri AS mengatakan itu merupakan penjelasan keliru mengenai misi diplomatik yang dilakukan Pompeo ke Arab Saudi.
“Kami telah bicara secara terbuka mengenai tujuan-tujuan kami untuk menekankan kepada pemimpn Arab Saudi soal keseriusan pemerintah AS menyangkut pengungkapan kasus pembunuhan Jamal Khashoggi,” kata Heather Nauert, juru bicara kemenlu AS, kepada Middle East Eye.
Dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Gedung Putih pada Selasa, 20 November 2018, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan negaranya tetap merupakan mitra yang kokoh dari Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, yang disebutnya sangat buruk.
Trump mengatakan lembaga intelijen AS masih mempelajari bukti-bukti dan siapa yang merencanakan pembunuhan Khashoggi.
“Bisa jadi Putra Mahkota tahu mengenai peristiwa tragis ini – mungkin dia tahu dan mungkin dia tidak tahu,” kata Trump dalam pernyataan tertulis itu seperti dilansir Reuters pada 21 November 2018.
Wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi (lingkar merah), saat memasuki pintu Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi membuat pernyataan lewat akun resmi di Twitter bahwa Jamal Khashoggi berkelahi melawan sejumlah orang di dalam Konjen. Courtesy TRT World/Handout via Reuters
Trump memulai pernyataan tertulisnya, seperti dilansir CNN, dengan kalimat singkat “Amerika yang Pertama”. Ini dilanjutkan dengan pernyataan “Dunia merupakan tempat yang berbahaya”.
Dalam penjelasannya, Trump mengatakan baik Raja Salman dari Arab Saudi maupun Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman, sama-sama berkukuh membantah tahu mengenai rencana pembunuhan itu.
“Kita
mungkin tidak akan pernah tahu semua fakta terkait pembunuhan Jamal
Khashoggi,” kata Trump sambil menekankan hubungan AS dan Arab Saudi
berlangsung sangat bagus.
Jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi, hilang setelah memasuki kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. Dia dibunuh oleh sebuah tim pembunuh beranggotakan 15 orang, yang diduga kuat dikirim oleh Deputi Kepala Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi, Mayor Jenderal Ahmed al Assiri. Pemerintah Saudi telah memberhentikan Assiri. Jaksa penuntut umum telah menetapkan 21 orang tersangka dengan 11 orang terkena dakwaan. 5 orang dikenakan tuntutan hukuman mati.
Menurut media Middle East Eye, Pompeo menyampaikan rencana ini secara langsung saat pertemuan dengan Raja Salman, dan MBS, yang merupakan panggilan putra mahkota, ketika bertemu di Riyadh pada 16 Oktober 2018.
Orang yang bakal menjadi kambing hitam untuk menerima kesalahan dalam kasus ini belum dipilih. “Kami tidak akan terkejut jika itu terjadi,” kata sumber tadi kepada Middle East Eye pada Selasa, 20 November 2018.
Mengenai tudingan ini, kementerian Luar Negeri AS mengatakan itu merupakan penjelasan keliru mengenai misi diplomatik yang dilakukan Pompeo ke Arab Saudi.
“Kami telah bicara secara terbuka mengenai tujuan-tujuan kami untuk menekankan kepada pemimpn Arab Saudi soal keseriusan pemerintah AS menyangkut pengungkapan kasus pembunuhan Jamal Khashoggi,” kata Heather Nauert, juru bicara kemenlu AS, kepada Middle East Eye.
Dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Gedung Putih pada Selasa, 20 November 2018, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan negaranya tetap merupakan mitra yang kokoh dari Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, yang disebutnya sangat buruk.
Trump mengatakan lembaga intelijen AS masih mempelajari bukti-bukti dan siapa yang merencanakan pembunuhan Khashoggi.
“Bisa jadi Putra Mahkota tahu mengenai peristiwa tragis ini – mungkin dia tahu dan mungkin dia tidak tahu,” kata Trump dalam pernyataan tertulis itu seperti dilansir Reuters pada 21 November 2018.
Wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi (lingkar merah), saat memasuki pintu Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi membuat pernyataan lewat akun resmi di Twitter bahwa Jamal Khashoggi berkelahi melawan sejumlah orang di dalam Konjen. Courtesy TRT World/Handout via Reuters
Trump memulai pernyataan tertulisnya, seperti dilansir CNN, dengan kalimat singkat “Amerika yang Pertama”. Ini dilanjutkan dengan pernyataan “Dunia merupakan tempat yang berbahaya”.
Dalam penjelasannya, Trump mengatakan baik Raja Salman dari Arab Saudi maupun Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman, sama-sama berkukuh membantah tahu mengenai rencana pembunuhan itu.
Jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi, hilang setelah memasuki kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. Dia dibunuh oleh sebuah tim pembunuh beranggotakan 15 orang, yang diduga kuat dikirim oleh Deputi Kepala Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi, Mayor Jenderal Ahmed al Assiri. Pemerintah Saudi telah memberhentikan Assiri. Jaksa penuntut umum telah menetapkan 21 orang tersangka dengan 11 orang terkena dakwaan. 5 orang dikenakan tuntutan hukuman mati.
Credit tempo.co