Beirut (CB) - Para pakar senjata kimia internasional akan
berangkat ke kota Douma di Suriah untuk menyelidiki dugaan serangan gas
beracun, kata organisasi mereka, Selasa.
Sementara itu, Amerika Serikat dan sejumlah negara kuat Barat sedang mempertimbangkan untuk melakukan tindakan militer atas insiden itu.
Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya dijadwalkan berkunjung ke Peru pada Jumat, telah membatalkan lawatannya ke Amerika Latin untuk memusatkan perhatian pada tanggapan menyangkut insiden Suriah, kata Gedung Putih.
Prancis dan Inggris juga telah melakukan pembahasan dengan pemerintahan Trump soal cara menanggapi kejadian itu. Kedua negara tersebut menekankan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya insiden perlu dipastikan.
Setidaknya 60 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya cedera dalam dugaan serangan pada Sabtu di Douma, yang saat itu masih diduduki oleh pasukan gerilyawan, menurut kelompok bantuan Suriah.
Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia, mengatakan tidak ada bukti penggunaan gas dan menganggap pernyataan seperti itu merupakan kebohongan.
Insiden tersebut telah membawa konflik Suriah, yang telah berlangsung tujuh tahun, kembali ke garis depan kekhawatiran internasional serta membuat Washington dan Moskow kembali bersaing satu sama lain.
Rusia dan Amerika Serikat berhadap-hadapan di Perserikatan Bangsa-bangsa soal cara untuk menanggapi serangan Douma.
Sekutu lain Bashar, Iran, mengancam akan bertindak atas serangan darat ke sebuah markas militer Suriah pada Senin, yang dikatakan Teheran, Damaskus dan Moskow dilakukan oleh Israel.
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang berpusat di Den Haag, mengatakan bahwa Suriah telah diminta untuk membuat pengaturan bagi kedatangan tim penyelidik.
"Tim sedang bersiap-siap untuk segera dikirim ke sana," kata OPCW dalam pernyataan.
Tim tersebut akan membawa misi untuk menentukan apakah penggunaan senjata-senjata terlarang telah terjadi, tapi tidak akan menentukan siapa pelakunya.
Sejumlah dokter dan saksi mata mengatakan para korban memperlihatkan gejala keracunan, kemungkinan akibat zat syaraf, serta melaporkan bahwa mereka mencium gas klorin.
Baik pemerintahan Bashar maupun Rusia telah meminta OPCW untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di Douma.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan situasi di Suriah tidak mengarah pada kemungkinan bentrokan antara militer Rusia dan Amerika Serikat.
Kantor berita TASS mengutip Bogdanov yang mengatakan dirinya percaya bahwa akal sehat akan tetap dipertahankan, demikian dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Amerika Serikat dan sejumlah negara kuat Barat sedang mempertimbangkan untuk melakukan tindakan militer atas insiden itu.
Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya dijadwalkan berkunjung ke Peru pada Jumat, telah membatalkan lawatannya ke Amerika Latin untuk memusatkan perhatian pada tanggapan menyangkut insiden Suriah, kata Gedung Putih.
Prancis dan Inggris juga telah melakukan pembahasan dengan pemerintahan Trump soal cara menanggapi kejadian itu. Kedua negara tersebut menekankan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya insiden perlu dipastikan.
Setidaknya 60 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya cedera dalam dugaan serangan pada Sabtu di Douma, yang saat itu masih diduduki oleh pasukan gerilyawan, menurut kelompok bantuan Suriah.
Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia, mengatakan tidak ada bukti penggunaan gas dan menganggap pernyataan seperti itu merupakan kebohongan.
Insiden tersebut telah membawa konflik Suriah, yang telah berlangsung tujuh tahun, kembali ke garis depan kekhawatiran internasional serta membuat Washington dan Moskow kembali bersaing satu sama lain.
Rusia dan Amerika Serikat berhadap-hadapan di Perserikatan Bangsa-bangsa soal cara untuk menanggapi serangan Douma.
Sekutu lain Bashar, Iran, mengancam akan bertindak atas serangan darat ke sebuah markas militer Suriah pada Senin, yang dikatakan Teheran, Damaskus dan Moskow dilakukan oleh Israel.
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang berpusat di Den Haag, mengatakan bahwa Suriah telah diminta untuk membuat pengaturan bagi kedatangan tim penyelidik.
"Tim sedang bersiap-siap untuk segera dikirim ke sana," kata OPCW dalam pernyataan.
Tim tersebut akan membawa misi untuk menentukan apakah penggunaan senjata-senjata terlarang telah terjadi, tapi tidak akan menentukan siapa pelakunya.
Sejumlah dokter dan saksi mata mengatakan para korban memperlihatkan gejala keracunan, kemungkinan akibat zat syaraf, serta melaporkan bahwa mereka mencium gas klorin.
Baik pemerintahan Bashar maupun Rusia telah meminta OPCW untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di Douma.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan situasi di Suriah tidak mengarah pada kemungkinan bentrokan antara militer Rusia dan Amerika Serikat.
Kantor berita TASS mengutip Bogdanov yang mengatakan dirinya percaya bahwa akal sehat akan tetap dipertahankan, demikian dikutip dari Reuters.
Credit antaranews.com