Tembakan anti-pesawat tempur terlihat di langit
Damaskus setelah AS meluncurkan serangan di Suriah, pada Sabtu dini hari
(14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai
tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Jika didukung AS, Saudi akan kirimkan pasukan militernya ke Suriah.
CB,
RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi mengaku siap mengirimkan pasukan ke
Suriah. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, hal
tersebut akan dilakukan jika mereka mendapatkan dukungan dari Amerika
Serikat (AS).
"Kami sudah berdikusi dengan AS dan dari awal krisis Suriah kami
sudah berniat mengirimkan pasukan," kata Menteri Adel al-Jubeir, Rabu
(18/4).
Kesiapan pengiriman pasukan itu disampaikan Adel
al-Jubeir dihadapan Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Antonio Guterres. Al-Jubeir mengungkapkan, sebenarnya pengiriman pasukan
tersebut sudah sempat ditawarkan saat masa pemerintahan Barrack Obama.
Mengutip laman
Express,
al-Jubeir mengungkapkan pendapatnya itu usai pengiriman rudal oleh
sekutu ke Suriah. Serangan dilakukan sebagai respon atas dugaan
penggunaan senjata kimia di Douma. Komentar dia juga diutarakan menyusul
permintaan pembentukan militer oleh AS.
Usai
serangan itu, Presiden AS Donald Trump meminta negara-negara arab untuk
membentuk kekuatan militer yang mampu mengawasi keamanan di kawasan
menggantikan Negeri Paman Sam. Lebih jauh, pembentukan kekuatan militer
itu guna memastikan keamanan regional menyusul kekalahan ISIS di Suriah.
Trump
juga meminta Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar untuk mengerahkan pasukan
mereka ke dalam kekuatan militer tersebut. Meski demikian, Adel
al-Jubeir mengatakan, pengiriman pasukan akan dilakukan jika AS yang
memimpin koalisi operasi militer di Suriah.
Jubeir
mengatakan, Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak akan lama berkuasa di
negara tersebut. "Tidak diragukan lagi Bashar al-Assad akan lengser,
entah secara proses politik atau kekuatan," kata Adel al-Jubeir.
Credit
republika.co.id