"Korut sedang merepresentasikan diplomasi untuk memecahkan masalah ini tapi bagaimanapun kami bersama Jepang, Korea Selatan dan sekutu lainnya harus siap jika diplomasi gagal," kata John J Sullivan seperti diwartakan Reuters, Selasa (17/10).
Perundingan antara Amerika Serikat dan Korut terus didesak terutama oleh Cina. Namun AS dan sekutunya, Jepang enggan untuk berdiskusi dengan Korut yang terus mengembangkan rudal yang mampu menyerang AS.
Tensi kedua negara tersebut terus meningkat menyusul serangkaian tes rudal oleh Korut. Situasi semakin memanas akibat perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.
Sementara, pernyataan John J Sullivan itu keluar setelah Duta Besar Korut untuk PBB, Kim In-ryong menolak melucuti senjata nuklir mereka. Korut bahkan menyebut perang nuklir dengan Amerika bisa pecah kapanpun seiring memburuknya kondisi di Semenanjung Korea. "Daratan AS berada dalam jangkauan tembak dan jika mereka berani menginvasi tanah kami, meskipun hanya sedikit, tidak akan lolos dari hukuman berat kami di belahan dunia manapun," kata Kim In-ryong
Komentar tersebut lantas membuat negara yang dipimpin Kim Jong Un itu terancam saksi berat dari PBB. Dewan PBB sebelumnya pernah menjatuhkan beberapa sanksi terkait program nuklir Korut sejak 2006 lalu.
Selain itu, PBB melarang ekspor makanan laut, batu bara dan bijih besi dari Korut. Sanksi itu dijatuhkan dengan harapan bakal mengurangi satupertiga dari 3 miliar dolar pendapatan ekspor negara tersebut.
Credit REPUBLIKA.CO.ID