Jumat, 04 November 2016

Jet Tempur Buatan RI-Korsel Ini Jadi Saingan Jet AS




 Jet tempur Eurofighter Typhoon bakal hadir di pameran industri pertahanan Indo Defense 2014 di Kemayoran, Jakarta Pusat (Dokumentasi Eurofighter)


CB, Jakarta Indonesia tengah mengembangkan jet tempur generasi 4.5 yang bekerjasama dengan Korea Aerospace Industries (KAI). Program yang dinamakan KFX/IFX ini akan menjadi titik bangkit Indonesia dalam kemandirian industri pertahanan.
Sebagai pihak yang ditugaskan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini, PT Dirgantara Indonesia (Persero) menandatangani perjanjian peningkatan pemasaran dalam Indo Defence 2016 di JIExpo Kemayoran.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menjelaskan‎ kerjasama pemasaran ini menjadi satu bagian dari rencana pemasaran KFX/IFX.
"Ini salah satu bagian untuk KFX/IFX. Kita masih dalam tahapan Enginering Manufacturing Development, masih panjang, tapi kita sudah tau bentuknya," kata Budiman saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Jumat (4/11/2016).
‎Dalam rangka program pengembangan jet tempur tersebut, PTDI saat ini sudah mengirim sebanyak 70 orang engineer ke Korea Aerospace Industries untuk belajar dan menguasai teknologi yang akan digunakan dalam jet tempur tersebut. Jumlah ini akan bertambah setiap tahunnya.
"Jadi tidak hanya mengetahui bagaimana membuat fighter, tetapi juga mempelajari sistem-sistem yang digunakannya," tegas dia.
KFX/IFX ini, dengan teknologi generasi 4.5, menjadi kerja sama yang dilakukan secara jangka panjang dengan total investasi kedua negara mencapai US$ 8 miliar. Proyek ini akan melibatkan APBN masing-masing negara.
Jet tempur ini akan menjadi pesaing jet tempur buatan Amerika Serikat (AS) F-22 dan F-35. Secara generasi, jet tempur buatan Indonesia dengan Korea Selatan ini jelas di atas jet tempur legendaris F-16.
Sebagai tahap awal, Indonesia dan Korea tengah membuat desain dan prototype‎ jet tempur ini. Tahap awal ini ditargetkan kedua perusahaan akan selesai pada tahun 2019. Baru nantinya tahun 2020 masuk dalam proses produksi.
Dalam kesepakatan itu, PT DI dan KAI akan memproduksi 200 unit jet tempur, di mana 150 unit akan menjadi hak milik pemerintah Korea Selatan dan 50 unit akan menjadi hak pemerintah Indonesia. Hal ini karena porsi Indonesia dalam pengembangan jet tempur ini hanya 20 persen.
Pembuatan 200 unit jet tempur itu diperkirakan akan selesai pada tahun 2035-2040. Proyek ini bersifat jangka panjang. Teknologi yang diterapkan dalam pesawat ini diakui cukup canggih.
Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana mengungkapkan, jet tempur yang akan dihasilkan dari kerja sama dua negara ini akan memiliki generasi 4.5. Saat ini beberapa produk jet tempur yang ada di dunia masih ‎generasi 4.
"Sukhoi yang kita miliki, yang katanya paling canggih itu masih generasi 4, fighter yang kita produksi nanti sudah 4.5," kata dia.
‎Jet tempur ini nantinya akan memiliki tipe semi siluman (stealth) yang ke depannya mampu dikembangkan ke tipe stealth atau jet tempur generasi 5. Di dunia, saat ini baru Amerika Serikat (AS) yang mampu memproduksi jet tempur generasi 5, yaitu jet tempur siluman F-22 dan F-35.
Andi mengungkapkan kerja sama pengembangan ini menjadi hal yang strategis mengingat dalam sebuah negara pertahanan udara adalah kunci utama dalam sebuah negara.
"Negara itu kalau diserang awal dari udara, kalau udara sudah dikuasi itu mau dilawan lewat darat atau laut, itu sudah susah sekali. Jadi kita sangat perlu kembangkan tipe fighter seperti ini untuk jaga wilayah udara kita," kata Andi.



Credit  Liputan6.com








Ini Kehebatan Sanca, Kendaraan Anti Ranjau Buatan Pindad



 
CB, Jakarta PT Pindad (Persero) kembali meluncurkan produk terbarunya berupa kendaraan militer berjuluk Sanca. Kendaraan ini merupakan hasil transfer teknologi antara Indonesia dengan Thales Australia‎.

Direktur Komersial PT Pindad Widjajanto menjelaskan, kendaraan ini didesain khusus untuk angkutan personil dan pertahanan. Sebagai kendaraan militer, Sanca dianggap mampu menjinakkan ledakan ranjau yang ditanam musuh di tanah.

"Frame nya itu berbentuk V. Dengan model frame seperti itu, bila terjadi ledakan di bawah, hentakannya ke samping. Jadi kendaraan tetap aman, tetap save," kata Widjajanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Widjajanto menambahkan, tidak hanya bodi dasar yang berbentuk V, untuk meredam ledakan dan panas, di dalam plat baja di dasar mobil juga terdapat ruang yang diisi air. Ini yang menjadi spesialisasi Sanca.

Tak cukup dengan sistem pertahanan yang ada, Pindad juga mendesain Sanca dilengkapi senjata yang beroperasi secara digital (remote)‎ dengan kaliber 7,62 mm.
Dalam produksi kendaraan militer ini, Thales Australia sebagai pemegang resmi desain dasar dari Sanca. Sementara Pindad menghasilkan Sanca yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

"Kendaraan ini kan sudah dipakai di perang Irak, Afganistan, tapi karena di kita tidak ada perang, jadi kompleksitasnya bisa kita turunkan levelnya," papar dia.

Dia memaparkan, sampai saat ini di Indonesia terdapat tiga jenis kendaraan dengan tipe yang sama dengan Sanca yang dipakai oleh Kopassus. Hanya saja tiga kendaraan tersebut merupakan hasil impor dari Australia.

"Kita tertarik karena mengantisipasi kebutuhan dari operasional tempur kita, dari TNI terkait anti ranjau itu," tutup Widjajanto.




Credit  Liputan6.com


Sanca, Kendaraan Militer Anti-Ranjau Pertama di Indonesia

 
 
Kendaraan Anti Ranjau
 
 
CB, Jakarta - PT Pindad (Persero) tidak hanya meluncurkan produk terbarunya, tank boat. Pada hari kedua Indo Defence 2016, Pindad kembali meluncurkan produk terbarunya. Hanya saja kali ini digunakan di darat.

Sanca merupakan kendaraan militer terbaru buatan Pindad yang didesain khusus untuk anti ranjau, atau serangan-serangan di dasar tanah.

Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengungkapkan koleksi kendaraan militer yang diproduksi Pindad bertambah dengan peluncuran Sanca. Sebelumnya, Pindad telah mengeluarkan Anoa, Komodo, dan Badak.

‎"Kita awalnya punya komodo, tapi kapasitasnya hanya 12. Ini lebih banyak dari itu. Kemudian dilengkapi sistemnya anti-ranjau," kata Abraham saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Sanca ini merupakan jenis kendaraan Thales Bushmaster yang sudah teruji keandalannya di dunia. Sebenarnya, beberapa negara sudah memproduksi kendaraan militer layaknya Sanca, sebut saja Australia. Hanya saja ini pertama kalinya Indonesia juga bisa memproduksinya.

Abraham mengungkapkan, Kopassus memiliki beberapa kendaraan tersebut hingga kini, hanya saja bukan produksi dari dalam negeri. Oleh karena itu, Kopasus‎ menjadi salah satu pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli Sanca demi meningkatkan kemampuan mereka.

‎Kendaraan seperti ini, kata Abraham, telah terbukti keandalannya saat perang di Irak, Afganistan, dan Afrika. "Hanya saja kita sedikit modifikasi desainnya, kita sesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang tidak ada perang," ujar Abraham.

Hingga kini, Sanca masih dalam tahap uji kelayakan. Pindad dan Thales Australia sudah menciptakan prototipe untuk tahap pengujian tersebut. "Kalau tahap pengujian selesai, langsung kita produksi secara komersil. Saya harapkan 2017 sudah bisa produksi," tutur Abraham.

Credit  Liputan6.com


Muncul Pulau Akibat Tsunami, Pemerintah Pantau Garis Pantai



 Muncul Pulau Akibat Tsunami, Pemerintah Pantau Garis Pantai
Ilustrasi tsunami. greenpacks.org
 
CB, Jakarta - Deputi I Kemaritiman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Arief Havas mengatakan ada pulau-pulau kecil muncul akibat terjadinya tsunami. Pemerintah, kata Havas, sedang ingin melakukan pengecekan terhadap hal tersebut.

"Ada banyak perkembangan di daerah bekas tsunami, kami cek semua itu," kata Havas saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta Pusat, Kamis 3 November 2016.

Havas menambahkan hal ini sudah lama diketahui, namun pihaknya sedang memantau perkembangan dari riset yang baru saja dilakukan. "Apakah nantinya akan mengubah kondisi pantai, atau garis pantai kita," ujarnya.

 
Lebih lanjut, Havas menjelaskan kalau pulau-pulau kecil itu nantinya akan membuat luas lautan Indonesia akan berubah. Namun hal itu hanya akan terjadi jika pulau itu, berada di luar garis pantai yang ada. "Kalau di luar harus dihitung, ada perhitungan khusus."

Havas mengungkapkan yang sedang diriset berada di wilayah laut di Aceh. Dia menjelaskan sangat Tsunami melanda Aceh, ada kondisi alam yang berubah di sana, begitu pun di Mentawai. "Di Mentawai ada juga, kalau tidak salah, agak ke atas lagi."

Havas menuturkan saat ini pihaknya sedang mengkaji perkembangan di perbatasan Indonesia dengan negara lain. "Membuat kajian perkembangan seperti apa sekarang, kan kita punya perbatasan dengan 10 negara."



Credit  TEMPO.CO




Temuan Artefak Patahkan Asumsi Awal Kedatangan Manusia Purba

 Temuan Artefak Patahkan Asumsi Awal Kedatangan Manusia Purba
Sebuah lukisan manusia purbakala berbentuk telapak tangan di Kawasan Situs sejarah Leang. Diperkirakan lukisan ini telah berusia ribuan tahun, dan dibuat oleh manusia pada peradaban prasejarah. Pangkep, Sulsel, 20 Agutus 2015. TEMPO/Iqbal Lubis
 
CB, Jakarta - Manusia mulai mendiami pedalaman Australia 10.000 tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Demikian menurut para ilmuwan Kamis, 3 Vovember 2016, setelah mereka menemukan ribuan artefak dan tulang di batu tempat perlindungan di pedalaman terpencil.

Orang-orang diperkirakan telah tiba di Australia sekitar 50.000 tahun lalu. Namun, waktu mereka menetap di pedalaman yang gersang itu serta menggunakan perkakas mereka dan interaksi mereka dengan binatang purba masih diperdebatkan.

Para peneliti mengatakan temuan di Flinders Ranges Australia Selatan, 450 kilometer dari ibu kota negara bagian Adelaide, menunjukkan bahwa manusia menduduki daerah itu dari 49.000 sampai 46.000 tahun lalu. "Kami menyajikan bukti dari batu tempat perlindungan Warratyi di pedalaman selatan yang menunjukkan bahwa manusia menduduki daerah tandus Australia sekitar (49.000 tahun lalu), (10.000 tahun) lebih awal dibandingkan laporan sebelumnya," kata para peneliti yang dipublikasikan di jurnal Nature.

Beberapa benda yang ditemukan dari lapisan-lapisan sedimen juga menunjukkan penggunaan teknologi di Australia, seperti perkakas tulang (40.000 sampai 38.000 tahun lalu) dan pigmen seperti merah (49.000 sampai 46.000 tahun lalu). "Itu melengkapi pekerjaan yang dilakukan di pesisir Australia. Itu cocok dengan ambang batas tanggal… antara 45.000 sampai 50.000 (tahun lalu)," kata arkeolog dari La Trobe University di Australia Selatan, Giles Hamm, peneliti yang memimpin riset tersebut. "Yang berbeda adalah situs tertuanya di bagian paling selatan benua...itu menunjukkan bahwa orang bergerak sangat cepat di sekitar benua dan bagian dalam benua. Jika orang datang 50.000 (tahun lalu), artinya orang mungkin bergerak ke segala arah. Dan kita sudah mendapat beberapa bukti genetik baru yang mungkin juga menambah data mengenai pertanyaan itu."

Studi yang juga melibatkan University of Adelaide, Flinders University dan Clifford Coulthard dari Adnyamathanha Traditional Lands Association itu menemukan 4.300 artefak, tiga kilogram tulang, oker, dan materi tumbuhan. Temuan bingkah tulang diidentifikasi berasal dari Diprotodon optatum, marsupialia--kelompok mamalia yang betinanya memiliki kantung-- terbesar yang diketahui.

Selain itu ada temuan cangkang telur yang berkaitan dengan burung raksasa yang sudah punah, menunjukkan bahwa manusia berinteraksi dengan binatang kuno, kata ahli megafauna Gavin Prideaux dari Flinders University. "Manusia terbukti hidup berdampingan dengan binatang-binatang ini dan memburu mereka. Jadi ide bahwa tidak ada interaksi antara manusia dengan binatang-binatang ini sekarang bisa ditaruh di tempat tidur," kata Prideaux sebagaimana dikutip kantor berita AFP. *


Credit  TEMPO.CO










Petral Dibubarkan, Pertamina Hemat Rp 21 Triliun

 Petral Dibubarkan, Pertamina Hemat Rp 21 Triliun  
Wakil presiden, Jusuf Kalla (kiri), melihat penandatanganan MOU antara Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto (tengah), dan Rektor Unhas, Dr. Dwia Aries, di Kampus II fakultas teknik Universitas Hasanuddin, Gowa, Sulsel, 27 Februari 2015. TEMPO/Iqbal Lubis
 
CB, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, dengan dibubarkannya Petral, korporasi dapat melakukan efisiensi hingga US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 21 triliun pada Januari-September 2016. "Kalau tahun lalu, kami dapat efisiensi US$ 680 juta," kata Dwi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 3 November 2016.

Dwi berujar, efisiensi yang didapatkan oleh Pertamina itu berasal dari sentralisasi procurement, baik hydro maupun non-hydro. Dari sentralisasi procurement non-hydro mencapai US$ 185 juta sampai September 2016. "Sementara dari hydro US$ 166 juta sampai September," ucapnya.

Biaya kehilangan minyak selama perjalanan dan bongkar muat atau loses, Dwi melanjutkan, juga berkurang. Pada 2014, biaya loses mencapai US$ 530 juta. Tahun lalu, biaya loses mencapai US$ 244 juta. "Tahun ini, sampai September, biaya loses hanya US$ 70 juta."

 

Dwi menambahkan efisiensi tersebut membuat Pertamina mendapatkan laba hingga US$ 2,83 miliar sepanjang tahun ini. Tahun lalu, menurut dia, laba Pertamina hanya sebesar US$ 1,42 miliar. "Ini menjadikan Pertamina sudah bisa memikul tugas negara dan siap mendukung BBM satu harga," tutur dia.

Target Pertamina pada 2017, Dwi melanjutkan, adalah menciptakan BBM satu harga di Tanah Air. Selain sebagai korporasi, Pertamina juga memiliki tugas negara. "Pertamina merupakan alat negara untuk mengelola energi bagi kesejahteraan rakyat," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno berterima kasih kepada Dwi atas tercapainya BBM satu harga tersebut. Menurut dia, hal ini tercapai setelah 70 tahun Indonesia merdeka. "Akhirnya, kita bisa memberikan masyarakat Papua dan Kalimantan harga BBM yang sama," katanya.

 

Rini menambahkan, pemerintah tidak berkenan satu rupiah pun terhadap program tersebut. Dia menyebut seluruhnya dana BUMN. Walaupun sedikit rugi, menurutnya tidak masalah karena tahun ini Pertamina meraup untung agak banyak. "Itulah fungsi BUMN. Kita harus untung karena ada saat-saat di mana kita harus rugi demi kepentingan rakyat," tuturnya.






Credit  TEMPO.CO




Tak Punya Sumur Minyak, Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM?

 Tak Punya Sumur Minyak, Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM?  
Fuel Oil Complex 1 di Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit (RU) IV, Cilacap, Jawa Tengah. TEMPO/Panca Syurkani
 
CB, Jakarta - Singapura, negara tetangga Indonesia, tak memiliki sumur minyak tapi bisa mengekspor bahan bakar minyak (BBM). Berikut ini alasannya.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan terdapat dua kondisi yang berbeda antara Indonesia dan Singapura. Menurut dia, Singapura memiliki kapasitas kilang yang melampaui laju pertumbuhan konsumsi BBM nasionalnya.

Bila dibandingkan, Dwi mengungkapkan, Indonesia memiliki kapasitas kilang 800 ribu barel per hari (bph) saat tingkat konsumsi BBM sebesar 1,6 juta barel per hari. Singapura justru memiliki kelebihan pasokan BBM sebesar 800 ribu bph. "Kami butuh 800 ribu bph, Singapura kelebihan 800 ribu bph," ujar Dwi saat memberi paparan pada Forum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 2016 di Jakarta, Kamis, 3 November 2016.

Di sisi lain, Singapura bahkan tak memiliki sumber minyak untuk kemudian diolah menjadi BBM. Sedangkan, ujar Dwi, Indonesia memiliki banyak sumber minyak dengan produksi sekitar 800 ribu bph atau 820 ribu bph bila merujuk pada target produksi siap jual atau lifting pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016. Namun, tetap saja perlu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Seperti diketahui, Pertamina juga melakukan kerja sama sewa kilang di Singapura untuk mengolah minyak mentah hasil produksi aset perseroan di Irak hingga akhir 2016. "Produksi crude Indonesia 800 ribu dan Singapura tidak punya produksi sama sekali," kata Dwi.

Dwi pun mengakui selama 25 tahun perseroan tak melakukan pembangunan kilang. Oleh karena itu, saat ini perlu dilakukan percepatan guna menyeimbangkan laju pertumbuhan konsumsi BBM dengan penambahan kapasitas kilang dalam negeri.

Adapun, beberapa proyek pembangunan kilang baru dan penambahan kapasitas kilang sedang berjalan seperti Kilang Tuban, Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, dan Kilang Balongan. "25 tahun lebih Pertamina enggak bangun kilang."



Credit  TEMPO.CO






Senjata Rusia di Antara Dua Raksasa Asia: Peluang atau Tantangan?

  Rakesh Krishnan Simha , 

India dan Tiongkok, dua raksasa Asia, memberi tiket masuk bagi senjata Rusia. Sebagai konsekuensi, Moskow harus memastikan bahwa kedua pihak tak merasa terancam atas akuisisi mereka masing-masing.
Indian Army's Arjun MK-I tanks
Tank-tank Arjun (tank tempur utama/MBT) MK-I Tentara India dipamerkan selama parade Hari Republik di New Delhi 26 Januari 2014. Sumber: Reuters
India adalah importir senjata terbesar di dunia, dengan anggaran pengeluaran pertahanan negara diperkirakan akan mencapai 250 miliar dolar AS pada dekade mendatang. Rusia hendak meraup sebagian dari angka tersebut dengan memasok pesawat tempur canggih, kapal selam, misil, serta kapal induknya bagi New Delhi.
Sementara, Tiongkok juga mengincar senjata canggih Rusia untuk menandingi kekuatan militer AS di Asia Pasifik. Seiring dengan tumbuhnya jumlah ekspor senjata tangguh dari Moskow ke New Delhi dan Beijing, Rusia harus menjaga keseimbangan agar tak ada pihak yang merasa terancam atau terlemahkan dari akuisisi tersebut. Kegagalan untuk mengatasi hal ini akan menciptakan kerugian di kedua pasar yang menggiurkan tersebut.
Jelas, menjaga agar para raksasa Asia tetap bahagia tak akan menjadi tugas yang mudah karena keduanya melihat satu sama lain sebagai ancaman. Dalam sebuah survei yang digelar pada 2014 oleh Pew Research Center, 72 persen warga India khawatir jika sengketa wilayah antara Tiongkok dengan negara-negara tetangganya akan memicu konflik militer. Mayoritas opini publik di kedua negara bersifat negatif terhadap satu sama lain.
Dengan latar belakang persaingan di Asia ini, terdapat aspek kompetitif untuk tiket pembelian senjata raksasa dari Rusia. Mengingat India dan Tiongkok sama-sama memiliki pasukan mliter yang besar serta daratan dan ruang udara yang luas untuk dilindungi, kebutuhan pertahanan mereka terbilang mirip.
Selain itu, karena keduanya memiliki kantong tebal maka mereka bisa membeli senjata paling baru dan paling mahal. Akibatnya, New Delhi dan Beijing kadang membeli senjata yang sama, seperti jet tempur Sukhoi-27 (dan variannya), helikopter Mi-17, pesawat angkut militer Il-76 Ilyushin, serta yang terbaru ialah sistem pertahanan misil S-400.
Pembelian senjata canggih yang serupa oleh negara saingan adalah fenomena yang terbilang baru. Pada masa Perang Dingin, Barat dan sekutunya membeli senjata dari negara-negara NATO, sementara negara-negara Eropa Timur dan mereka yang berhubungan baik dengan Moskow membeli senjata Uni Soviet. Penggolongan yang rapi tersebut kini menghilang. Untuk melawan sanksi ekonomi Barat dan melindungi pangsa pasarnya, Moskow bersedia menjual permata berharga dari industri pertahanannya pada Tiongkok.

Faktor Risiko

India dan Tiongkok membeli senjata senilai miliaran dolar dari Rusia, sehingga mereka memiliki kekhawatiran yang lazim mengenai kemungkinan bocornya data rahasia. Hal ini bukanlah skenario yang tak mungkin. Setelah kebocoran informasi rahasia baru-baru ini mengenai Scorpene Prancis, India menangguhkan rencana untuk memesan kapal selam tersebut. Menimbang bahwa secara virtual segala hal mengenai cara kerja kapal selam tersebut kini menjadi rahasia umum, India tak punya opsi lain.
Kedua raksasa Asia kini menangani senjata Rusia yang sama persis, sehingga ketakutan semacam itu semakin tinggi. Sebagai contoh, India tak punya jaminan bahwa kekuatan dan kelemahan Sukhoinya belum bocor ke Angkatan Udara Pakistan.
Kabar mengenai penjualan S-400 untuk India pada Oktober lalu mungkin menciptakan debaran jantung bagi Beijing.
Penjualan Su-35 — jet tempur nonsiluman tercanggih Rusia — pada Tiongkok juga menciptakan ancaman tersendiri bagi India karena pesawat tersebut separuh generasi lebih maju dibanding Sukhoi milik India. Meski Beijing baru memesan 24 pesawat, Su-35, yang memiliki jangkauan lebih luas, kemampuan manuver luar biasa, daya tembak, serta sebagian karakteristik siluman, memiliki potensi untuk memengaruhi pertempuran udara jika terjadi perang antara India dan Tiongkok. Sementara, kabar mengenai penjualan S-400 untuk India pada Oktober lalu mungkin menciptakan debaran jantung bagi Beijing. Dua tahun lalu, Tiongkok adalah pembeli pertama sistem misil pertahanan udara paling tangguh tersebut. Kemungkinan, negeri Tirai Bambu tersebut tak melihat transaksi dengan India sebagai hal yang menyenangkan.

Menciptakan Solusi

Melihat ketertarikan India dan Tiongkok terhadap senjata Rusia, pihak Rusia bisa menawarkan varian modifikasi agar kedua pihak bisa tidur nyenyak. Ambil contoh Su-27 (julukan NATO: Flanker). Pesawat dengan kemampuan manuver super ini mungkin pesawat jet yang paling banyak dimodifikasi sepanjang sejarah. Tiongkok adalah pembeli pertama saat ia memesan varian SK berkursi tunggal pada 1992. Pada 2002, India menjadi pembeli asing terbanyak pesawat ini dengan memesan 272 pesawat Su-30MKI. Versi kursi ganda pesawat ini memiliki jangkauan tempur yang lebih unggul serta daya angkut yang superior.
“Dengan segala hormat, Su-30MKI buatan India adalah versi yang paling mumpuni yang ada, dengan perangkat elektronik Israel dan Eropa, serta pilot-pilot india yang terlatih dengan baik.”
Sukhoi India hanya memiliki sedikit persamaan dengan milik Tiongkok. India membangun kerangka pesawat tempur ini kemudian mempersenjatainya dengan perangkat komunikasi dan sensor dari India, Israel, dan Prancis. Sebagaimana yang disampaikan dalam Strategy Page, “Dengan segala hormat, Su-30MKI buatan India adalah versi yang paling mumpuni yang ada, dengan perangkat elektronik Israel dan Eropa, serta pilot-pilot india yang terlatih dengan baik.” Faktanya, keteguhan India untuk memodifikasi pesawat Rusia ini terbukti sukses, bahkan Angkatan Udara Rusia menciptakan Su-30SM terbaru mereka berdasarkan modifikasi MKI India. Sama halnya dengan pasukan udara Aljazair, Malaysia, dan Vietnam yang menciptakan konfigurasi jet mereka sesuai kebutuhan dan preferensi lokal, sehingga tiap negara memiliki armada Flanker spesial mereka masing-masing.
Rusia awalnya menolak saat India hendak memodifikasi Sukhoi mereka karena artinya subkontraktor Rusia akan kalah. Namun, upaya India malah menggiring sejumlah pesanan asing, yang menciptakan dorongan luar biasa bagi industri pesawat Rusia. Model open source yang menawarkan fleksibilitas bagi modifikasi ini patut dipertahankan.

Tak Ada Alternatif

India memutuskan untuk membeli S-400 setelah mengetahui Tiongkok akan mendapatkan sistem misilnya segera. Jika New Delhi memiliki kekhawatiran yang berlebihan, mereka mungkin memilih membeli misil AS (Patriot) atau Israel.
Faktor kunci yang mungkin memengaruhi India adalah fakta bahwa S-400 merupakan sistem misil pertahanan udara paling bandel di dunia. Bahkan jika pilot musuh mengetahui rahasia mereka, pihak lawan tak akan bisa kabur darinya. Misil S-400 dapat melaju dengan kecepatan 17 ribu kilometer per jam, delapan kali lipat lebih cepat dari kecepatan sebagian besar pesawat tempur, hanya menyisakan waktu yang sangat singkat bagi pilot musuh untuk bereaksi. Aspek inilah yang membuat AS dan Israel mendesak Rusia agar tak mengirim sistem S-300 yang lebih lama ke Suriah dan Iran.
Senjata seperti S-400 tak tersedia di AS atau negara Barat lain. Mereka juga kesulitan untuk meniru senjata ini. Tiongkok sudah memiliki S-300 selama bertahun-tahun dan pada 2010 lalu Rusia mengirim 15 pasokan tambahan dalam kontrak senilai 2,5 miliar dolar AS.
Beijing memang terkenal gemar meniru produk buatan negara lain. Namun, kompleksitas S-300 membuat Tiongkok tak mampu memproduksi tiruan yang layak bahkan setelah tiga dekade memiliki desain lama Rusia. Fakta bahwa Tiongkok membeli enam sistem S-400 seharga tiga miliar dolar AS membuktikan bahwa tiruan HQ-9 tidaklah cukup — perangkat yang kebetulan belum menerima satu pun pesanan ekspor.
Karena itu, Moskow perlu menawarkan senjata yang tak tertandingi atau tak tersedia di tempat lain. Mereka perlu mengincar pasar India dan Tiongkok untuk langkah pertama.

Pilihan Peningkatan Kualitas

Masa penggunaan serta kapabilitas performa senjata bisa ditingkatkan dengan modifikasi. Hal ini merupakan pilihan lain yang disediakan Rusia bagi pembelinya. AU India memiliki setidaknya 272 Sukhoi dan angka tersebut bisa mencapai 300 buah dengan pembuatan Flanker secara domestik sebanyak 12 – 18 buah per tahun untuk menggantikan MiG yang sudah memasuki masa purnabakti.
Angka tersebut sangat besar untuk ukuran pesawat canggih, sedangkan 24 pesawat Su-35 Tiongkok mungkin hanya akan menciptakan dampak marginal dalam keseimbangan kekuatan udara di atas Himalaya. Selain itu, India juga kini hendak meningkatkan kualitas Sukhoi Super yang akan mempertajam kekuatan mematikan jet Su-30MKI mereka. Hal ini seharusnya dapat menetralisasi induksi Su-35 oleh Tiongkok.

Peraturan Keterikatan

Saat senjata sudah dikeluarkan dari kapal atau pesawat kargo Rusia, Moskow tak memiliki kendali sama sekali atas pesawat mereka, atau bagaimana mereka akan digunakan. Alasan kunci mengapa senjata Rusia semakin populer di kancah internasional ialah karena Moskow tak percaya terhadap praktik pengendalian penggunaan. Hal ini merupakan kebijakan yang tepat, berbeda dengan kebijakan AS yang menjual senjata pada pihak tertentu, tapi kemudian akan menghukum mereka saat terjadi konflik.
Namun, Rusia dapat berkomunikasi secara langsung untuk mengingatkan bahwa Rusia kelak tak mau menjual senjata jika India dan Tiongkok menggunakan senjata tersebut terhadap satu sama lain. Sebagai contoh, S-400 jelas ditujukan untuk digunakan melawan pesawat siluman AS di pesisir timur Tiongkok. Mereka tak seharusnya ditempatkan di Himalaya untuk mengancam India. Kedua, senjata S-400 India seharusnya hanya ditempatkan di perbatasan Pakistan.
Tentu, dalam perang peraturan semacam ini tak berlaku. Namun, jika ini diterapkan di masa damai maka peluang meningkatnya ketegangan jauh lebih kecil.

Deeskalasi

Akhirnya, Moskow tak boleh lupa bahwa tanpa dukungan dari kedua negara Asia tersebut, industri pertahanannya mungkin hanya akan menjadi bayangan pucat dari kejayaan masa lalu. Setelah perpecahan Uni Soviet pada 1991 dan jatuhnya ekonomi terencana mereka, Rusia kehilangan sebagian besar pasar senjata internasional mereka, termasuk di negara-negara Eropa Timur. Tiongkok dan kemudian Indialah yang membangkitkan biro pertahanan Rusia dengan pesanan skala besar.
Melihat gambar yang lebih besar, Rusia seharusnya mendorong India dan Tiongkok menyelesaikan sengketa wilayah mereka agar keduanya tak akan menemui bentrokan. Moskow telah memutuskan untuk lepas tangan dari perselisihan di Himalaya — mungkin karena opini publik, khususnya di India — tidaklah kondusif untuk melakukan serah-terima di perbatasan. Namun, ia bisa mengambil langkah-langkah kecil di area ini.
Tantangan jelas besar. India adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang pengeluaran pertahanannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara, nafsu Tiongkok untuk memiliki senjata terbaru seakan tak bisa terpuaskan. Oleh karena itu, keputusan untuk bertahan di pasar India dan Tiongkok hanya ada di tangan Rusia sendiri.




Credit  RBTH Indonesia



Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Kapal Laksamana Kuznetsov

 
Rusia dikabarkan akan merebut Aleppo setelah kapal Laksamana Kuznetsov memasuki perairan Suriah. Berikut kami sajikan informasi mengenai kapal induk Rusia yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat di media.
Kapal Induk Rusia Admiral Kuznetsov
Sebuah foto dari pesawat pengintai Norwegia memperlihatkan kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov di perairan internasional yang terletak di pesisir Norwegia Utara pada 17 Oktober 2016. Sumber: Reuters
Kapal induk Rusia Laksamana Kuznetsov telah memasuki Laut Tengah. Tujuan dari merapatnya kapal tersebut sesungguhnya adalah untuk menguji kemampuan tempur kapal dan memasang sejumlah perangkat perang dalam pesawat induk.
Selain itu, Laksamana Kuznetsov juga akan bergabung dalam operasi militer di Suriah.

Kapal Induk Laksamana Kuznetsov

Kru: 1.960 orang
Berat benaman: 60 ribu ton
Kecepatan maksimum: 29 knot (53,71 kilometer per jam)
Senjata:
  • 12 rudal antikapal 4K80 Granit
  • 24 sistem peluncur rudal antipesawat Kinzhal (192 rudal)
  • 8 kompleks rudal antipesawat 3M87 Kortik (256 rudal)
  • 2 RBU-12000 Udav (60 peledak)
  • 6 senapan otomatis enam barel 30 mm AK-630
Pasukan udara (sesuai proyek): 26 pesawat tempur Su-27K (Su-33) atau MiG-29K, serta helikopter Ka-27 dan Ka-31

Tugas Pasukan Udara di Suriah

Pengiriman Laksamana Kuznetsov ke Laut Tengah hendak menguji kemampuan tempur kapal Rusia tersebut, terang Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Gudang Senjata Tanah Air) Viktor Murakhovsky kepada RBTH.
"Pengiriman Laksamana Kuznetsov ke Suriah hendak menguji kemampuan penyerangan operasional dan teknis kapal induk yang belum pernah digunakan dalam kondisi tempur sungguhan oleh Rusia," kata Viktor Murakhovsky menjelaskan.
Saat ini, terdapat 15 unit Su-33 dan MiG-29K/KUB, serta lebih dari sepuluh helikopter Ka-52K, Ka-27, dan Ka-31 dalam kapal induk tersebut.
Tugas utama pasukan udara ini ialah memastikan pertahanan udara Rusia dan mendukung pasukan pemerintah Suriah dalam pertempuran melawan kelompok militan.
"Daya serang pasukan udara terhadap target di darat terbatas, sehingga tak perlu berharap akan ada titik balik baru dalam perang melawan militan. Peran utama dalam perang melawan teroris dimainkan oleh pasukan Assad," kata Murakhovsky.

Helikopter Ka-52

Helikopter terbaru Rusia Ka-52K Katran juga berpartisipasi untuk pertama kali dalam pertempuran tersebut. Ka-52K Katran merupakan versi kapal pesawat Ka-52 yang sebelumnya sudah pernah berlaga dalam operasi Suriah.

Versi darat dari helikopter ini juga ikut dalam operasi angkatan udara Rusia untuk pertama kalinya. Klip yang menunjukkan kemampuan tempur helikopter tersebut muncul di internet pada 3 April lalu, ketika pasukan tentara Suriah berhasil membebaskan kota al-Qaryatayn di Provinsi Homs dengan bantuan pasukan udara Rusia. Menurut Murakhovksy, kemampuan tempur versi laut Ka-52 tidak kalah dari helikopter versi darat.
"Helikoper tempur ini juga harus menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan dukungan dari pasukan darat. Perbedaan utama helikoper ini terletak pada sistem operasi. Baling-baling Katran dapat dilipat, sehingga dapat disimpan di hanggar helikopter. Selain itu, sistem navigasi helikopter mengalami sedikit modernisasi untuk memastikan keamanan penggunaan di atas laut, serta pada saat pendaratan dan penerbangan helikopter," kata sang pemimpin redaksi.
Katran dirancang khusus untuk kapal induk pengangkut helikopter Mistral yang dipesan Rusia dari Prancis pada 2011 lalu. Namun akibat krisis Ukraina, helikopter ini batal masuk bergabung dengan Angkatan Laut Rusia.
Menurut profesor dari Akademi Ilmu Militer Vadim Kozyulin, Presiden Prancis François Hollande terpaksa mengakhiri kontrak untuk pasokan Mistral di bawah tekanan sekutu NATO. Kapal tersebut kemudian dijual ke Mesir dan segera setelah itu Kairo juga membeli 50 unit Katran dari Rusia.
Menurut pakar militer Izvestia Dmitry Safonov, penggunaan Katran di Suriah akan menjadi langkah untuk mempromosikan unit tersebut di pasar senjata global. "Secara khusus, hal ini dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan tempur mesin ini kepada Mesir," terang Safonov.
Helikopter ini dapat dipersenjatai dengan rudal udara ke udara P-73 dan Igla-V, peluru kendali udara ke darat, dan peluru kendali antitank Hermes.

Seperti Apa Rudal Hermes dan Apa Tujuan Penggunaannya?

Helikopter tempur Ka-52K dari kapal induk Laksamana Kuznetsov akan menguji rudal kendali jarak jauh terbaru antitank Hermes. Menurut para ahli militer, rudal ini beroperasi dengan prinsip fire-and-forget otomatis terhadap target, sekalipun lawan berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Uji coba di medan tempur akan membantu penyelesaian sistem rudal yang seharusnya menjadi senjata standar helikopter Alligator militer Rusia. Rusia memutuskan menguji Hermes dalam kondisi basis kapal yang jauh lebih sulit," tulis surat kabar Rusia mengacu pada narasumber dari kompleks industri militer.
Menurut media Rusia Izveztia, berkat senjata baru ini, helikopter Ka-52K bisa menghancurkan tank musuh meningkatkan jarak jangkauannya hingga 30 kilometer. Sementara, kemampuan serangan sistem serupa milik Rusia dan negara lain, seperti Attack, Bikhr, Hellfire, dan lain-lain, hanya berjarak kurang dari sepuluh kilometer.
Menurut kolonel purnawirawan sekaligus ahli militer TASS Viktor Litovkin, Hermes akan digunakan untuk menyerang target militan yang dilindungi, seperti pabrik senjata dan bom rakitan, pos komando, serta gardu pertahanan sementara.
"Dari hasil aplikasi tempur, produsen dapat memperbaiki kemampuan rudal atau langsung mengirimkannya pada angkatan bersenjata," terang Litovkin.

Fitur Khusus Hermes

Seperti yang disampaikan para ahli, fitur kunci Hermes ialah rudal ini bisa digunakan secara horizontal. Berkat fitur fire-and-forget yang dikombinasikan dengan sensor inframerah dan saluran laser pemandu, ia bisa secara otomatis menggempur kendaraan lapis baja musuh, sekalipun mereka berada di luar jarak pandang awak helikopter.
"Tugas taktis serupa dapat dilakukan oleh kompleks Spike-NLOS Israel yang dipasang pada sasis roda. Namun, Hermes Rusia bisa digunakan baik pada kendaraan tempur darat maupun helikopter dan kapal. Hermes bisa digunakan secara universal," terang narasumber dari Kementerian Pertahanan Rusia pada RBTH.
Menurut sang narasumber, data resmi mengenai rudal akan dipublikasikan setelah peluncuran resmi. "Saat ini yang bisa kami sampaikan adalah jangkauan rudal ini jauh lebih tinggi dibanding kompleks serupa milik negara lain yang memiliki jarak maksimal sepuluh kilometer," tutur narasumber RBTH.
Ia menambahkan bahwa perangkat tempur rudal bisa memiliki kemampuan ledak kumulatif maupun fragmentatif.

Seperti Apa Helikopter Tempur MiG-29K/KUB dan Su-33?

Menurut Pemimpin Redaksi Majalah Vzlet Andrey Fomin, MiG-29K/KUB merupakan salah satu pesawat tempur generasi ke-4++ yang paling modern.
"Terlepas dari kemiripannya dengan versi darat MiG-29, MiG-29K/KUB sesungguhnya adalah kendaraan yang benar-benar berbeda. MiG-29K/KUB memiliki teknologi siluman, sistem terbaru pengisian bahan bakar di udara, serta sayap dan mekanisasi yang dapat dilipat, yang membuat pesawat ini bisa lepas landas dari landasan yang pendek dan mendarat dengan kecepatan rendah," terang Fomin.
Menurut sang ahli, Su-33 diciptakan sebagai pesawat perang superior di udara, yakni sebagai pesawat tempur-pencegat penuh.
Sementara, MiG-29K/KUB memiliki mesin beragam yang dirancang untuk memecahkan masalah koneksi kapal pertahanan udara, serta menghancurkan target di permukaan air dan darat dengan senjata kendali presisi tinggi, pada siang dan malam hari di segala kondisi cuaca.
Dalam operasi militer di Suriah, Su-33 dengan sistem koreksi tembakan baru akan bertugas menjatuhkan bom gravitasi. MiG-29K/KUB dilengkapi dengan bom dan rudal yang akan diluncurkan pada target sistem GLONASS.
Menurut narasumber dari industri pertahanan, Divisi Udara Angkatan Laut Rusia akan menguji rudal terbaru X-38 di medan tempur pada akhir tahun ini.
"Kami mendukung pasukan udara kami dan akan membawa instrumen penghancur terbaru ke wilayah tersebut. MiG-29K akan menggunakan rudal jenis X-38 terbaru untuk memusnahkan militan," terang narasumber dari kompleks industri militer.

Sistem Koreksi Tembakan Terbaru

Menurut narasumber RBTH, pesawat tempur Su-33 juga pada gilirannya akan menerima sistem pembidik berpresisi tinggi terbaru SVP-24 untuk rudal jelajah mereka.
Sistem ini dapat meningkatkan akurasi serangan udara hingga beberapa kali lipat sehingga bisa menghindari kemungkinan jatuhnya korban sipil.
Sistem ini akan mengoreksi jalur penerbangan berdasarkan posisi pesawat tempur dan parameter penerbangan. Berkat fitur tersebut, penyimpangan dari target tidak akan melebihi beberapa meter.
Menurut narasumber dari kompleks industri militer, 15 unit pesawat tempur MiG-29K/KUB dan Su-33, serta sepuluh helikopter tempur Ka-52k Katran, Ka-27, dan Ka-31 akan ikut berpartisipasi dalam operasi militer ini.





Credit  RBTH Indonesia





Beli 4 Kapal Perang China, Malaysia Menentang Amerika?

 
Beli 4 Kapal Perang China, Malaysia Menentang Amerika?
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (kiri) dan Perdana Menteri China Li Keqiang saat bertemu di Beijing pada 1 November 2016. Foto/REUTERS/Jason Lee
 
KUALA LUMPUR - Pemerintah Malaysia sepakat akan membeli setidaknya empat kepal perang Littora Mission dari China. Langkah Malaysia yang disebut Perdana Menteri Najib Razak sebagai keputusan bersejarah ini muncul setelah hubungan Malaysia dan Amerika Serikat (AS) tegang Juli lalu ketika Departemen Kehakiman AS mengusik skandal dugaan korupsi lembaga keuangan Malaysia (1MDB).

”Sekarang kita telah mencapai kesepakatan pertahanan yang signifikan pertama antara kedua negara kita, dengan Malaysia membeli kapal Littota Mission dari China,” kata Najib, hari Rabu dalam sebuah editorial yang diterbitkan di surat kabar China Daily.

Dua kapal pertama akan dibangun di China dan dua berikutnya di Malaysia. Keputusan Malaysia ini muncul setelah bulan Juli lalu, Departemen Kehakiman AS ikut menyelidiki aliran dana USD1 miliar yang terkait dengan dugaan korupsi dan pencucian uang yang melibatkan 1MDB. Najib merupakan Dewan Panasihat 1MDB.

Meski tidak menyebut AS secara langsung, Najib dalam editorial itu mengkritik negara-negara besar dalam memperlakukan negara-negara lain yang lebih kecil. ”Ini termasuk mantan penguasa kolonial. Hal ini tidak berlaku bagi mereka untuk menguliahi negara yang pernah mereka eksploitasi tentang bagaimana mengurus urusan internal mereka sendiri hari ini,” kata Najib.

“Malaysia dan China bersatu dalam menyepakati kebutuhan untuk mempertahankan kedaulatan negara,” lanjut Najib. Mantan penguasa kolonial di Malaysia adalah Inggris, bukan AS.

Analis industri pertahanan IHS Jane, Jon Grevatt, ragu jika keputusan Malaysia ini sebagai langkah untuk menentang AS. ”Saya tidak berpikir bahwa itu sesuatu yang menentang AS,” katanya.

”Ini murni pada ekonomi dan China mampu menawarkan sesuatu pada Malaysia yang jauh lebih murah daripada yang orang lain (tawarkan),” lanjut dia, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/11/2016).

Menurutnya, China  kemungkinan juga menawarkan kapal dengan pembayaran uang muka yang tidak harus penuh. Grevatt melanjutkan bahwa banyak kapal Angkatan Laut Malaysia buatan China  yang tidak beroperasi secara signifikan.

Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan rincian teknis soal pembelian empat kapal perang dari China itu belum selesai.





Credit  Sindonews






Jepang Hendak Jual Pesawat Amfibi US-2 pada Indonesia


 
Jepang Hendak Jual Pesawat Amfibi US-2 pada Indonesia
Pesawat amfibi US-2 Jepang yang hendak djual kepada Indonesia. Foto/Japanese Maritime Self-Defence Force
 
JAKARTA - Perusahaan pertahanan Jepang, Shinmaywa Industries, akan menjual pesawat amfibi US-2 untuk misi pencarian dan penyelamatan (SAR) kepada Indonesia. Hal itu diungkap pejabat perusahaan itu dalam Indo Defence 2016 di Jakarta.

Penjualan produk pertahanan oleh Jepang ini merupakan yang pertama kalinya sejak Tokyo mencabut larangan ekspor alat-alat militer pada bulan April tahun 2014.

Masayuki Tanaka, manajer divisi ekspor pesawat amfibi Shinmaywa, mengatakan meskipun pesawat amfibi US-2 tidak dilengkapi dengan senjata atau amunisi, pesawat ini dianggap Pemerintah Jepang sebagai produk pertahanan karena dioperasikan oleh Angkatan Pertahanan Diri Jepang.

Dia menambahkan bahwa Shinmaywa berharap bahwa kontrak untuk memasok pesawat US-2 kepada pihak Tentara Nasional Indonesai (TNI) bisa diselesaikan segera.”Pada level Pemerintah Jepang dan Indonesia terus membahas program ekspor US-2 dan kami berharap kesepakatan bisa dicapai pada 2017,” Tanaka, kemarin seperti dikutip dari IHS Jane, Jumat (4/11/2016).

Tanaka mengatakan bahwa Shinmaywa saat ini sedang membahas program kolaborasi tentang pesawat US-2 dengan PT Dirgantara Indonesia.

Selain Indonesia, ujar Tanaka, beberapa negara Asia juga berminat mengakuisisi pesawat US-2. Sebagai contoh, Thailand dan India berminat memiliki pesawat itu untuk misi SAR-nya.



Credit  Sindonews




Indonesia Bisa Jadi Pemilik Pertama Generasi Terbaru F-16

 
Indonesia Bisa Jadi Pemilik Pertama Generasi Terbaru F-16
Pesawat tempur F-16 V, adalah generasi terbaru dari keluarga pesawat tempur F-16. Foto/Istimewa
 
JAKARTA - Indonesia akan menjadi negara pertama yang memiliki pesawat F-16 V, di luar Amerika Serikat (AS), jika kesepakatan antara Indonesia dan Lockheed Martin jadi tercapai. Hal itu disampaikan oleh Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Brian Mcfeeter.

"Jika Indonesia memutuskan untuk membeli pesawat ini, maka Indonesia akan menjadi negara asing pertama yang memilikinya. Ini adalah pesawat generasi terbaru," kata Mcfeeter pada Kamis (3/11/2016).

Dia mengatakan ada sejumlah fitur baru dalam generasi terbaru keluarga F-16 tersebut. Salah satunya adalah pada fitur keselamatan, dimana pesawat akan membenarkan posisi secara otomatis jika pesawat tersebut meluncur drastis, dan hampir menyentuh tanah.

Hal senada juga disampaikan juga oleh Lockheed Martin. Pihak pengembang F-16 itu mengatakan F-16 V mencakup semua teknologi yang dikembangkan oleh pihaknya dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun terakhir.

"F-16 V adalah pesawat generasi terbaru, dan paling canggih. Pesawat ini memiliki semua teknologi yang kita kembangkan dalam 10 hingga 15 tahun terakhir. Pesawat ini memiliki bagian terbaik dari F-35, atau F-27," ucap Divisi Pengembangan Bisnis F-16, Randall Howard.




Credit  Sindonews




Erdogan Balas Kritik Kanselir Jerman: Anda Membantu Teror!

 
Erdogan Balas Kritik Kanselir Jerman: Anda Membantu Teror!
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tak terima dikritik Jerman soal penangkapan para wartawan di Turki. Foto/REUTERS/Murat Cetinmuhurdar
 
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membalas kritik Kanselir Jerman Angela Merkel perihal tindakan keras Turki terhadap pers. Erdogan membalas dengan mengkritik balik bahwa Jerman membantu teror karena melindungi kelompok Kurdi, PKK.

Merkel semula mengkritik keras tindakan Ankara yang menangkapi wartawan Chumhuriyet, yang dianggap terkait gerakan Gulenist—sebuah gerakan yang dipimpin Fethullah Gulen—ulama Turki yang dituduh Erdogan ikut mendalangi upaya kudeta di Turki.

”Bagi saya dan seluruh pemerintah, sangat mengkhawatirkan bahwa kebebasan pers dan pidato sedang dibatasi, lagi dan lagi,” kritik Merkel selama konferensi pers bersama dengan Presiden Swiss Johann Schneider-Ammann, hari Rabu.

”Contoh terbaru sudah sangat menyedihkan, ini adalah apa yang terjadi dengan editor dan pemimpin redaksi dari surat kabar Cumhuriyet, dan kami memiliki keraguan yang sangat besar bahwa ini sesuai dengan prinsip-prinsip penegakan hukum,” lanjut Merkel tak lama setelah penangkapan terhadap 13 staf dan eksekutif Cumhuriyet.

Namun, Erdoga tak terima dengan kritik Merkel. Dia balik mengkritik Berlin yang dia tuduh menyediakan perlindungan kepada anggota organisasi ilegal di negaranya, yakni kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

”Anda membantu teror!," balas Erdogan dalam pidato di Ibu Kota Ankara pada hari Kamis, merujuk pada pemimpin Jerman, seperti dikutip Hurriyet, Jumat (4/11/2016). Erdogan mengatakan bahwa Ankara tidak mengharapkan apa-apa dari Berlin. Tapi, dia menekankan bahwa Jerman akan diingat oleh sejarah karena menyembunyikan kelompok teror.

Erdogan mengungkapkan keprihatinan pada Jerman yang dia tuduh melindungi anggota organisasi teroris seperti PKK dan Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C). “Teror seperti kalajengking dan akan menggigit orang, yang membawanya,” ujar Erdogan. Menurutnya, tindakan Jerman akan jadi bumerang.



Credit  Sindonews








Frustrasi pada Obama, Eks Bos NATO Bilang AS Harus Jadi "Polisi Dunia"

 
Frustrasi pada Obama, Eks Bos NATO Bilang AS Harus Jadi Polisi Dunia
Eks Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen minta AS tetap jadi polisi dunia untuk cegah konflik global. Foto/REUTERS/Mykhailo Markiv
 
BRUSSELS - Mantan Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan Amerika Serikat (AS) harus jadi “polisi dunia” untuk mewujudkan perdamaian dan mencegah konflik. Eks bos NATO ini frustrasi dengan Presiden Barack Obama yang enggan menggunakan kekuatan militer untuk mencegah konflik di dunia.

Rasmussen percaya bahwa intervensi global AS memang dibutuhkan untuk mencegah konflik. Komentar itu disampaikan dalam sebuah wawancara kepada Sky News, lima hari menjelang pemilihan presiden AS.

Rasmussen menjabat sebagai kepala NATO pada 2009-2014. ”Saya pikir Presiden Obama terlalu enggan untuk menggunakan kekuatan militer atau mengancam untuk menggunakan kekuatan militer untuk mencegah konflik di dunia,” kritik Rasmussen.

Dia tidak peduli siapa yang memenangkan kursi Gedung Putih dalam Pemilu AS 8 November nanti. Menurutnya, AS tak punya pilihan baik, tapi harus menyusuri jalan untuk intervensi masalah global.

Menurutnya, berbagai permasalahan global membutuhkan "polisi dunia” untuk memulihkan hukum dan ketertiban internasional.

”Negara adidaya jangan pensiun. Lihatlah di sekitar, Anda akan melihat dunia terbakar. Suriah dilanda perang dan konflik. Irak di ambang kehancuran. Libya negara gagal di Afrika Utara. Rusia menyerang Ukraina dan mendestabilisasi Eropa Timur. China melenturkan otot, negara nakal Korea Utara mengancam serangan nuklir,” katanya, yang diansir Jumat (4/11/2016).

Rasmussen mengaku khawatir dengan kemungkinan Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS. ”Kami tidak tahu apa yang akan menjadi kebijakan konkret dari pemerintahannya,” ujarnya. ”Tetapi jika pernyataannya itu harus diambil pada nilai nominal, saya menganggap itu bisa sangat berbahaya bagi dunia,” ucapnya.

Donald Trump sebelumnya menyerukan agar AS menarik diri dari perjanjian militernya di NATO karena tidak menguntungkan Washington. Komentar Rasmussen itu terkesan mengabaikan fakta bahwa kekacauan di Timur Tengah dan Libya sejatinya juga atas andil besar Amerika.



Credit  Sindonews






Ditembak Roket ISIS, Helikopter Militer Rusia Hancur di Suriah

 
Ditembak Roket ISIS, Helikopter Militer Rusia Hancur di Suriah
Helikopter militer Rusia yang beroperasi di Suriah. Sebuah helikopter Rusia hancur ditembak roket oleh ISIS di Huwaysis, Suriah. Foto/Ilustrasi/Sputnik
 
PALMYRA - Sebuah helikopter militer Rusia jatuh di dekat Kota Palmyra, Suriah, pada hari Kamis. Kelompok ISIS mengklaim helikopter itu jatuh dan hancur akibat ditembak roket mereka.

ISIS melalui media propagandanya, Amaq, menyatakan bahwa helikopter militer Rusia telah dihancurkan oleh tembakan roket di Huwaysis, sebuah wilayah pedesaan di Provinsi Homs, Suriah.

Namun, versi Kementerian Pertahanan Rusia, helikopter  itu melakukan pendaratan darurat di dekat Kota Palmyra, kemudian ditembak usai mendarat. Beruntung, awak helikopter bisa menyelamatkan diri sebelum helikopter hancur akibat ditembak.

Wilayah Huwaysis berjarak lebih dari 200 km (120 mil) dari Hmeimim, sebuah pangkalan udara Rusia yang berlokasi di tenggara Kota Latakia, Suriah.

”Helikopter tersebut mengalami kerusakan ketika kembali ke pangkalan udara. Awak helikopter tidak terluka dan cepat kembali ke pangkalan udara Hmeimin berkat bantuan helikopter tim pencari dan penyelamat,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Interfax, Jumat (4/11/2016).

Seorang pejabat di kementerian itu mengatakan helikopter Rusia yang ditembak sedang menjalankan misi menyalurkan bantuan kemanusiaan di wilayah Tadmur.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau perang sipil yang sudah berlangsung lima tahun di Suriah, juga mengkonfirmasi penembakan terhadap helikopter militer Rusia di Huwaysis.




Credit  Sindonews





Dirakit 20 Tahun, Teleskop Raksasa NASA Siap Meluncur 2018

 
Dirakit 20 Tahun, Teleskop Raksasa NASA Siap Meluncur 2018 Teleskop antariksa James Webb. (REUTERS/Kevin Lamarque)
 
Jakarta, CB -- Nama James Webb Space Telescope mungkin masih asing di telinga masyarakat. Teleskop raksasa NASA ini sudah rampung dirakit dan kabarnya siap diluncurkan pada 2018.

Proyek teleskop antariksa James Webb telah dimulai sejak 20 tahun lalu. NASA menyatakan siap menguji coba teleskop James Webb dalam waktu dekat.

James Webb bisa dikatakan sebagai penerus teleskop Hubble yang selama ini disebut sebagai "mata antariksa", hanya saja ukurannya lebih besar.

Teleskop Hubble memiliki diameter cermin 2,4 meter, sedangkan James Webb 6,5 meter. James Webb mampu menangkap cahaya yang kasat mata dan inframerah.

Dari penjelasan NASA, teleskop James Webb terbagi ke dalam 18 bagian yang berbentuk segi enam yang terbuat dari elemen kimia berili ringan. Bagian ini mampu dilipat dan disesuaikan setelah teleskop meluncur.

Sementara itu fitur paling signifikan dari James Webb adalah lima lapis perisai Matahari yang ukurannya setara lapangan tenis. Lapisannya pun setipis lembaran rambut manusia.

NASA mengklaim, "perisai ini bisa mencegah panas dari Matahari yang berpotensi mengganggu sensor inframerah teleskop."

Lapisan perisai Matahari tersebut juga mampu mengurangi suhu antara panas dan dingin.

"Lima lapis perisai Matahari ini dikerjakan dan mampu berfungsi secara indah. Ini juga menjadi pencapaian hebat dari proyek James Webb," ujar manajer James Cooper di NASA Goddard Space Flight Center, Maryland, AS.

Perisai Matahari teleskop James Webb dirancang oleh mitra industri NASA, Northrop Grumman. Sementara setelah teleskop James Webb ini meluncur, ia akan dikelola oleh Space Telescope Science Institute.


"Desain terobosan dari perisai ini bakal membantu ilmuwan dalam memperoleh gambar pembentukan bintang dan galaksi yang terjadi pada 13,5 miliar tahun lalu," tutur manajer Northrop Grumman, Jim Flynn.

Nama teleskop ini diambil dari nama mantan pengelola NASA, James Webb. Proyek ini sejatinya merupakan hasil kolaborasi dari NASA, European Space Agency (ESA), dan Canadian Space Agency (CSA).

Proyek ini merogoh kocek sekitar US$ 8,8 miliar atau sekitar Rp 114 triliun. Rencana peluncurannya kira-kira pada Oktober 2018 dengan roket Ariane 5 dari fasilitas French Guiana, Amerika Selatan.





Credit  CNN Indonesia




Menteri pertahanan tunggu harga beli Sukhoi Su-35 Flanker E

 
Menteri pertahanan tunggu harga beli Sukhoi Su-35 Flanker E
Sukhoi Su-35S Flanker E Angkatan Udara Rusia. Berbeda dengan versi ekspornya, Rusia mengoperasikan varian S dari Sukhoi Su-35 ini, yang juga tidak memiliki subvarian kursi ganda. (wikipedia.org)
 
Jakarta (CB) - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengatakan, sedang menunggu harga pasti dari pihak Rusia untuk rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 (NATO: Flanker E) sebagai calon pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.

Indonesia sudah lama berencana membeli pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dengan beberapa pabrikan mengajukan produk unggulannya, di antaranya JAS39 Gripen (Saab AB, Swedia), Eurofighter Typhoon (Airbus Military), F-16 Block 60/70 Viper (Lockheed-Martin, Amerika Serikat), dan Sukhoi Su-35 Flanker E (Komsomolsk-on-Amure Aircraft Production Association). 

"Begini, bukan tidak ada progres. Saya menekankan harganya berapa. Selagi harganya belum ada, saya akan tanya terus," kata Ryacudu, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, harga pembelian pesawat tempur itu harus sesuai dengan skala keekonomian sehingga dana digunakan seefisien mungkin.

"Kalau kita tidak tahu (harganya) kan jadi menggelembung. Kalau cuma 25 persen untuk mencari keuntungan itu wajar, tapi kalau lebih dari itu tidak bagus karena itu duit rakyat," ujarnya.

Pengadaan pesawat tempur TNI AU yang terdekat pasca kontrak pembelian dilakukan adalah untuk 24 unit F-16 Block 52ID eks Korps Udara Cadangan Pengawal Nasional Amerika Serikat. Lockheed Martin terikat kontrak dengan Indonesia, 14 unit di antaranya telah dikirim dan 10 unit lain menunggu hingga 2018 nanti. 

Sebelumnya, kepastian Sukhoi Su-35 Flanker E akan hadir di hanggar TNI AU menggantikan F-5E/F Tiger II masih belum terjadi. Laman rbth.indonesia, Jumat (28/10), menyatakan, negosiasi harga dan transfer teknologi bisa menjadi faktor penghalang keputusan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E.

Gelaran industri pertahanan Indo Defence 2016 akan menjadi arena baru penawaran pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU. Kompetisi antara JAS-39 Gripen, Eurofighter Typhoon, dan Sukhoi Su-35 Flanker E, akan dibuka kembali.

Karena itulah Indonesia kemudian mengundang dua kontestan lain untuk mengirim proposal resmi mereka dalam program penggantian F-5E/F Tiger II ini. 

Selama empat tahun terakhir, dana pertahanan Indonesia meningkat menjadi Rp108,7 triliun pada 2016 ini walau semula diproyeksikan hanya Rp108 triliun. IHS Market, satu perusahaan riset, memperkirakan Indonesia akan menghabiskan dana APBN di sektor pertahanan hingga Rp288 triliun (hampir 20 miliar euro) pada antara 2016 dan 2025.


Credit  ANTARA News


Kontrak pembelian Sukhoi Su-35 bisa terkendala ToT dan produksi bersama


Kontrak pembelian Sukhoi Su-35 bisa terkendala ToT dan produksi bersama
Dokumentasi Presiden Joko Widodo (tengah) saat melihat kabin pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker dalam puncak Latihan Tempur Angkasa Yudha 2016 di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/10/2016). Sejauh ini Indonesia mengoperasikan Sukhoi Su-27/30MKI Flanker di Skadron Udara 11 yang ditempatkan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar. (ANTARA FOTO/M N Kanwa) 
 
Jakarta (CB) - Kepastian Sukhoi Su-35 akan hadir di hanggar TNI AU menggantikan F-5E/F Tiger II masih belum terjadi. Laman rbth.indonesia, Jumat, menyatakan, negosiasi harga dan transfer teknologi bisa menjadi faktor penghalang keputusan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35.

Gelaran industri pertahanan Indo Defence 2016 akan menjadi arena baru penawaran pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU. Kompetisi antara JAS-39 Gripen dari Saab (Swedia), Eurofighter Typhoon (Airbus Military), dan Sukhoi Su-35 (Rosoboronexport, Rusia), akan dibuka kembali. 

Semula gencar disebut-sebut bahwa Sukhoi Su-35 akan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu dan kepastian kontrak pembelian akan dilaksanakan pada paruh kedua 2016 ini. 

Namun, harga yang ditawarkan dan skema serta jenis transfer teknologi yang diberikan Rusia untuk membangun bersama pesawat tempur itu di Indonesia menjadi hal yang masih mengganjal. 

Karena itulah Indonesia kemudian mengundang dua kontestan lain untuk mengirim proposal resmi mereka dalam program penggantian F-5E/F Tiger II ini. 

Laman www.defenseworld.net, Selasa (27/10), melaporkan, pemerintah Indonesia saat ini menegaskan hanya membeli benda dan peralatan perang dari luar negeri jika ada transfer teknologi dan produksi bersama. 

Sumber Rusia yang dikutip pada Singapore Air Show 2016 lalu, menyatakan, jumlah unit Sukhoi Su-35 yang akan dibeli Indonesia masih sangat sedikit untuk memungkinkan mereka memberi kedua hal itu, yaitu transfer teknologi dan produksi bersama. 

Indonesia berencana membeli hanya delapan atau paling banyak 12 unit Sukhoi Su-35. 

Dibandingkan dengan pesaingnya, Saab pada Indo Defence 2016 kali ini akan membawa simulator JAS39 Gripen ke Jakarta. 

Direktur kampanye JAS39 Gripen, Magnus Hagman, menyatakan, biaya operasional JAS39 Gripen hanya 4.700 dolar Amerika Serikat alias hanya 10 persen ketimbang biaya operasional Sukhoi Su-35. 

Faktor pembiayaan pasca pembelian (perawatan dan operasional) sangat krusial untuk jangka menengah dan panjang. Pula pada pola dan prioritas operasionalisasi pesawat tempur. 

Sejak tahun lalu, Saab telah menegaskan komitmen mereka untuk memberi transfer teknologi kepada Indonesia dalam skala yang menguntungkan kedua belah pihak. Brazil telah menempuh cara ini, seiring kontrak pasti pembelian 36 unit JAS39 Gripen NG, yang hanggar produksinya telah dibangun di Brazil. 

Selain tawaran transfer teknologi, Saab juga menawarkan produksi bersama JAS39 Gripen dan pelatihan bagi ahli aeronautika Indonesia dalam mengintegrasikan sistem-sistem dalam pesawat tempur. 

Hal ini diharapkan dapat berperan besar dalam program pembuatan pesawat terbang tempur buatan Indonesia, IFX. 

Walau berukuran paling mungil dan bermesin tunggal —Sukhoi Su-35 dan Eurofighter Typhoon berukuran besar dan bermesin ganda— JAS39 Gripen sudah diintegrasikan dengan peluru kendali udara ke permukaan RBS 15 untuk menghajar target di darat dan permukaan laut. 

Ditambah dengan radar AESA maka daya gentar dan kemampuannya diyakini semakin meningkat. Sukhoi Su-35 mengembangkan radar pasif, PESA.



Credit  ANTARA News



Otoritas Moskow tutup kantor Amnesty International

 
Otoritas Moskow tutup kantor Amnesty International
Amnesty International. (Flickr)
 
Moskow (CB) - Amnesty International pada Rabu (02/11) menyatakan bahwa otoritas Rusia menutup kantor mereka di Moskow, dengan pemerintah kota menyatakan penutupan itu dilakukan karena ada tunggakan sewa.

Kelompok advokasi hak asasi manusia itu menyatakan bahwa kunci kantor telah diganti dan sistem alarm dimatikan di bangunan itu, yang merupakan satu-satunya kantor Amnesty International di Rusia.

Amnesty International kerap mengkritik otoritas Rusia karena perlakuan keras mereka terhadap tahanan dan mendesak pembebasan tahanan dalam kasus yang mereka anggap bermotif politik.

"Staf mengatakan kantor itu disegel sekitar pukul 07.00 GMT. Organisasi tersebut belum menerima peringatan apa pun dan tempat itu ditutup tanpa kehadiran mereka," tulis kelompok hak asasi manusia itu di situs mereka.

"Kami tidak tahu alasan otoritas Moskow melarang staf kami memasuki kantor kami," kata John Dalhuisen, direktur kelompok itu di Eropa.

Dia menambahkan bahwa "mengingat situasi di Rusia saat ini, jelas ada sejumlah penjelasan yang masuk akal."

Namun dia berharap akan ada "penjelasan sederhana dari pemerintah."

Departemen urusan properti Kota Moskow mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita pemerintah RIA Novosti bahwa Amnesty telah diberi tahu mengenai "pelanggaran terkait pembayaran sewa" dan diberi waktu satu bulan untuk membayar atau perjanjian sewanya diputus.

Kepala cabang Rusia Amnesty, Sergei Nikitin, memberi tahu RIA Novosti bahwa Amnesty sudah menyewa tempat itu selama 20 tahun dan sudah membayar biaya sewa bulan ini.

Catatan yang ditinggalkan otoritas mengatakan bahwa kantor itu merupakan properti pemerintah Rusia seperti banyak bangunan di Moskow.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak tahu apa pun mengenai penutupan kantor itu.

Amnesty belakangan berada di bawah tekanan otoritas Rusia. Tahun 2013, kejaksaan menggeledah kantornya di Moskow dan memeriksa Nikitin menurut warta kantor berita AFP.





Credit  ANTARA News








China luncurkan roket pengangkut berat


 
Wenchang, Hainan, China (CB) - China, Kamis, meluncurkan roket pengangkut berat buatannya, Long March-5, dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di provinsi selatan China, Hainan.

Roket yang terlihat lebih "gemuk" dibandingkan dengan roket-roket seri Long March lainnya itu dilontarkan pada pukul 20.43 Waktu Beijing dari pusat peluncuran.

Roket tiba dengan selamat di luar angkasa sekitar 30 menit kemudian pada titik peredaran yang telah ditentukan.

Administrasi Negara untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri untuk Pertahanan Nasional kemudian mengumumkan bahwa peluncuran sudah berjalan dengan sukses.

Long March-5 merupakan roket besar bertingkat dua yang mampu mengangkut beban seberat 25 ton ke orbit di dekat Bumi. Long March-5 menjadi roket pengangkut terbesar yang dimiliki China.

Menurut Korporasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Antariksa China (CASC), yang merupakan pembuat Long March-5, roket tersebut menggunakan dua jenis bahan bakar, yaitu bensin dan oksigen cair serta hidrogen cair dan oksigen cair, bukan bakar lainnya yang sangat beracun.

Penggunaan kedua jenis bahan bakar itu, menurut CASC, membuat Long March-5 lebih ramah lingkungan, juga lebih murah.

Pelontaran Long Mach-5 merupakan peluncuran kedua yang dilaksanakan dari pusat Wenchang.

Pada 25 Juni, roket generasi baru China berukuran sedang, Long March-7, diluncurkan dari Wenchang.




Credit  ANTARA News







Bom Sukhoi Buatan Subang, Daya Ledak Seluas Lapangan Bola



Bom Sukhoi Buatan Subang, Daya Ledak Seluas Lapangan Bola
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - PT Dahana (Persero) sebagai salah satu BUMN industri strategis sudah lama dikenal sebagai produsen bahan peledak. BUMN yang berkantor pusat di Subang, Jawa Barat ini memproduksi bahan peledak untuk kebutuhan pertambangan migas, pertambangan umum, hingga bahan peledak untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan.
Dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Dahana turut memamerkan salah satu produk unggulannya, yaitu bom P 100 LIVE untuk pesawat Sukhoi. Bom P 100 LIVE ini dibuat khusus untuk kebutuhan miiter Indonesia.
"Bom P 100 LIVE atau biasa disingkat P 100 L. Kita support buat Sukhoi buat TNI Angkatan Udara buat militer," jelas Public Relation Dahana, Yustinus Sudarminto kepada detikFinance dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016).
Bom Sukhoi Buatan Subang, Daya Ledak Seluas Lapangan BolaFoto: Ardan Adhi Chandra

Saat ini, produksi bom Sukhoi buatan Dahana masih khusus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Beberapa negara telah menunjukan ketertarikannya untuk membeli bom ini, namun Dahana masih fokus untuk mencukupi kebutuhan pertahanan di dalam negeri.
"Ada negara lain minat, tapi kita keep buat sendiri. Seperti Australia dan Timor Leste itu minat," ujar Yustinus.
Bom Sukhoi Buatan Subang, Daya Ledak Seluas Lapangan BolaFoto: Ardan Adhi Chandra

Bom Sukhoi ini digunakan untuk kebutuhan perang dengan cara menjatuhkannya ke sasaran musuh. Daya ledak bom P 100 LIVE bisa menghancurkan bangunan dengan radius setara satu lapangan sepak bola.
"Radius ledakan satu stadion bisa hancur semuanya mulai dari rumah dan bangunan lainnya," kata Yustinus.




Credit  detikFinance




Kecil Cabai Rawit, Dinamit Made In Subang Bisa Bikin Lubang Sedalam 10 Mete



Kecil Cabai Rawit, Dinamit  Made In Subang Bisa Bikin Lubang Sedalam 10 Meter
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - Produsen bahan peledak milik negara, PT Dahana (Persero) menjadi distributor utama dinamit ke berbagai perusahaan tambang di Indonesia. Dinamit buatan Subang yang diberi nama Dayaprime Booster ini digunakan banyak perusahaan tambang untuk menggali bahan tambang di bawah permukaan tanah.
Perusahaan tambang batu bara ternama seperti Adaro, Berau Coal, dan lainnya menjadi pembeli tetap dinamit buatan Dahana. Kualitas dinamit sebagai bahan peledak di proyek tambang buatan Dahana sudah sangat teruji.
"Tambang umum untuk batubara atau quarry (sistem tambang terbuk). Konsumen banyak seperti Adaro di Kalimantan, Bima Persada, Berau Coal. Kalau Adaro memang dia pelanggan tetap," jelas Public Relation Dahana, Yustinus Sudarminto kepada detikFinance dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016).

Kecil Cabe Rawit, Dinamit <i> Made In</i> Subang Bisa Bukin Lubang 10 MeterFoto: Ardan Adhi Chandra

Ukuran dinamit ini tergolong mungil hanya sepanjang 15 cm dengan diameter 6 cm. Namun, daya ledaknya tak perlu diragukan lagi. Dalam sekali ledakan, dinamit buatan Dahana bisa melubangi tanah hingga kedalaman 10 meter.

Untuk memastikan keselamatan penggunaan dalam proses peledakan, area sekitar ledakan pun harus dipastikan bersih sejauh 500 meter. Para pekerja dan alat proyek harus disingkirkan terlebih dahulu hingga jarak 500 meter.
"Sekali ledakan bisa 10 meter kedalaman tambang. Kalau saat diledakan ada jarak aman 300 meter untuk alat, 500 meter untuk orang," ujar Yustinus.
Dalam proses kerjanya, Dayaprime Booster dimasukan ke dalam lubang dengan diameter 5,5 inchi dengan kedalaman tertentu. Penanaman dinamit ini biasanya dilakukan di beberapa titik dalam satu proyek tambang.
Kecil Cabe Rawit, Dinamit <i> Made In</i> Subang Bisa Bukin Lubang 10 MeterFoto: Ardan Adhi Chandra

Selain menggunakan dinamit, cara kerja ledakan di proyek tambang juga ditambah dengan satu zat kimia tambahan seperti Danfo atau Dabex.
Penggunaan kedua zat tambahan tergantung dari struktur tanah di proyek tambang. Apabila tanah memiliki tekstur berair, maka menggunakan Dabex, dan jika teksturmya kering menggunakan Danfo.
Salah satu zat kimia tersebut dibutuhkan untuk memicu ledakan dengan ditanam bersamaan dengan Dayaprime Booster.
"Setelah Dabex atau Danfo dimasukan, maka dimasukkan Dayaprime," ujar Yustinus.


Credit  detikFinance