Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Pelabuhan Tanjung Priok akan dijadikan hub
internasional supaya ekspor dari daerah tidak lagi lewat Singapura,
tetapi langsung dari Indonesia. Rencananya Priok akan menjadi hub
internasional mulai pada semester II-2017.
"Pelaksanaan
transhipment port dimulai di semester II tahun 2017 ini," kata Dirut Pelindo II, Elvyn G Masassya kepada
detikFinance, Rabu (8/2/2017).
Ia mengatakan, saat ini Pelindo II sedang melakukan beberapa upaya untuk menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan
shipping line. Kemudia juga melakukan sosialisasi ke pengguna jasa dan pengusaha terkait dengan adanya rencana ini.
"Saat
ini sedang proses administrasi dan kesepakatan bisnis dengan beberapa
shipping line. Kemudian sosialisasi ke pengguna jasa/cargo owner dan
asosiasi," kata Elvyn.
Foto: Rachman Haryanto
|
Saat ini telah ada 3 perusahaan
shipping line
yang akan melayani pengiriman ekspor dan impor. Pada tahap pertama,
layanan hub internasional ini akan ditujukan ke negara Asia Timur yang
muatannya berasal dari Sumatera Tengah, Sumatera Selatan hingga Jawa
seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Tahap pertama akan dimulai dengan
transhipment untuk tujuan Asia Timur yang kargonya berasal dari Sumatera Tengah atau Selatan dan Jawa," kata Elvyn.
Credit
finance.detik.com
Jadi Hub Internasional, Ini Persiapan di Pelabuhan Tanjung Priok
Foto: Rachman Haryanto
Bandung - Pelabuhan Tanjung Priok akan menjadi hub internasional
yang rencananya beroperasi pada semester II 2017. Bagaimana persiapannya
saat ini?
Di Tanjung Priok nantinya akan ada tempat kargo
konsolidasi. Di tempat ini barang-barang dari daerah dikumpulkan di
Priok agar muatan kapal besar penuh sebelum diekspor.
Saat ini telah ada 3
shipping line kapal besar yang mau bersandar di Priok demi proyek ini.
"Nanti Priok mau jadi
transhipment internasional. Ada kargo konsolidasi dari daerah-daerah itu ke Priok. Sekarang sudah ada 3
shipping line
yang sudah bekerja sama dengan kita. Saya tidak mau sebutkan karena
pihak sana tidak mau disebutkan," kata Dirut PT Pelindo II, Elvyn G
Masassya, di Hotel Hilton, Bandung, Jumat (4/2/2017).
Lokasi
pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub internasional ini tidak berada di
dekat jalur perdagangan internasional seperti Pelabuhan Kuala Tanjung
Sumatera Utara yang berada di dekat Selat Malaka dan Singapura. Namun,
Tanjung Priok masih cukup menarik bagi
shipping line untuk bersandar karena Jawa memiliki prospek industri yang besar.
"Itu
proses bisnis di mana Indonesia sendiri kalau dari sisi titik berat
industri, titik berat ekonomi, Jawa masih suatu yang besar dalam
beberapa tahun ke depan. Jadi diharapkan daya tarik Tanjung Priok ini
masih memberikan hal yang positif," kata Dani.
Disinggahi kapal besarDirektur
Operasi dan Sistem Informasi Pelindo II, Prasetyadi mengatakan saat ini
Tanjung Priok telah siap disandarkan kapal besar berkapasitas hingga
10.000-12.000 TEUs per vessel.
"Jadi memang benar hampir 60-70%
barang dari Indonesia itu harus lewat Singapura dulu. Jadi di sana ada
kapal transit lalu ke destinasinya. Kita coba merubah di Tanjung Priok
jadi kapal besar tidak perlu nunggu di Singapura. Kita sudah siap
menerima kapal sampai dengan generasi ke 7. Jadi yang di sana yang sudah
bisa masuk itu sampai 10.000-12.000 TEUs per vessel," kata Prasetyadi.
Adanya
hub internasional ini menurutnya akan mengefisienkan biaya logistik
sekitar 1,5 juta per kontainer. Hal itu karena tidak harus dikenakan
biaya pemindahan kapal di Singapura.
"Kita bisa menerima kapal besar untuk
direct call ke negara tujuan seperti ke AS, Eropa dan Asia timur. Itu target kita ke depan," imbuhnya.
Kapasitas
priok saat ini sekitar 8,5 juta TEUs. Saat ini sedang dibangun 3 juta
TEUs pada proyek New Tanjung Priok Container Terminal (NPCT tahap 2 dan
3). Secara total Priok akan berkapasitas 11,5 juta TEUs jika proyek NPCT
2 dan 3 selesai 2019.
Credit
finance.detik.com
Ekspor Tak Lewat Singapura, Pengusaha Hemat Rp 1,5 Juta/Kontainer
Foto: Jhoni Hutapea
Jakarta - Pelabuhan Tanjung Priok sedang disiapkan menjadi hub
internasional. Nantinya, para pengusaha Indonesia bisa ekspor melewati
Tanjung Priok, tanpa melewati Singapura seperti selama ini.
Direktur
Utama PT Pelindo II, Elvyn G Masassya, mengatakan, selama ini para
pengusaha mengekspor ke negara lain harus melewati Singapura terlebih
dulu.
Namun kini, Pelabuhan Tanjung Priok sudah memiliki sarana
infrastruktur yang lengkap. Ia menyebut Priok telah siap secara
fasilitas, peralatan, kapasitas, kedalaman, dan telah memiliki jaringan
dengan banyak perusahaan
shipping line. Jadi, jika pengusaha mengirim barang ekspor lewat Priok, dari segi biaya logistik akan lebih murah.
"Akan
terjadi kargo konsolidasi, kapal besar bisa masuk, biaya logistik bisa
murah, dan secara national interest kita bisa berkompetisi dengan
Singapura. Sehingga barang-barang dari daerah enggak perlu ke Singapura
kalau mau pergi ke Osaka, Taiwan. Tapi dikonsolidasikan dulu di Tanjung
Priok," ujar Elvyn, di Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Senin
(30/1/2017).
Ia menyebut, pengiriman barang dari pulau Jawa dan
Sumatera bisa lebih efektif dan efisien melalui Tanjung Priok. Pengusaha
bisa menghemat hingga Rp 1,5 juta per kontainer jika mengirim barang
melalui Priok tanpa melewati Singapura.
"Tentu bervariasi di tiap
daerah. Palembang kalau mau ke Jepang via Singapura itu bisa lebih
mahal ketimbang via Tanjung Priok, penghematannya sekitar Rp1,5 juta.
Daerah lain juga bervariasi berkisar antara Rp 1-1,5 juta per
kontainer," kata Elvyn.
"Poinnya kan adalah yang penting ongkos logistik turun, ada kargo konsolidasi sehingga kapal besar bisa masuk, dan di sisi lain
national interest kita bisa berkompetisi dengan Singapura khususnya untuk
transhipment barang-barang dari Indonesia yang mau ke luar negeri," imbuhnya Elvyn.
Nantinya
kapal-kapal besar akan masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok. Pelindo II pun
telah berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan
shippling line internasional terkait rute yang akan digunakan.
"Kita
kan sudah punya terminal, peralatan. Poinnya adalah bagaimana kita
berkoordinasi dengan shipping line, sehingga bisa sosialisasikan bahwa
biayanya lebih murah dan
shipping line mau reroute untuk menggunakan Priok sebagai transit, angkut terus istilahnya," ujarnya.
Ia mengatakan, hingga kini telah ada tiga perusahaan
shipping line
yang mau berkoordinasi dengan Pelindo II terkait hub internasional ini.
Pelaksanaan Priok sebagai hub internasional ini ditargetkan selesai
pada semester II-2017.
Credit
finance.detik.com
Priok Jadi Hub Internasional, Eksportir Buah Hemat Biaya 20%
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pemerintah sedang mempersiapkan Tanjung Priok sebagai
hub internasional sehingga tidak lagi ekspor harus ke Singapura terlebih
dulu. Menurut pengusaha, hal ini akan mengurangi sekitar 20% biaya
logistik karena langsung mengirim ke tempat tujuan.
"Pasti lebih
murah kalau misalnya direct dari Jakarta langsung, secara biaya logistik
lebih murah supaya harga bisa lebih bersaing karena freight (kirim)
lebih murah," kata Wakil Ketua Bidang Ekspor dan Impor Asosiasi Ekspor
Impor Buah dan Sayuran, Alvin Susilo, kepada
detikFinance, Senin (30/1/2017).
Ia
mencontohkan misalnya biaya freight (kiriman) Jakarta-Qingdao 40 feet
sekitar US$ 800-1000 via Singapore atau Malaysia. Dengan adanya
direct call atau pengiriman langsung dari Indonesia sehingga diperkirakan menurunkan biaya logistik 20%.
"Minimal harusnya 20-30% karena hemat biaya
lift on lift off, terminal
handling charge dan penumpukan di negara transit dan biaya
freight," ujarnya.
Sementara
itu, pengiriman yang lebih efisien adalah ketika muatan kapal terisi
baik ketika melakukan ekspor maupun impor ke negara tujuan. Oleh karena
itu, selanjutnya yang harus ditingkatkan adalah produksi komoditas yang
akan diekspor.
Hal itu karena jumlah produksi komoditas pangan
masih sedikit yang layak ekspor sehingga pemerintah harus membantu
petani meningkatkan produksinya.
Untuk meningkatkan itu, salah
satu bantuan yang bisa diberikan misalnya dengan memberikan bantuan
benih hingga insentif. Misalnya seperti di negara lain jika petani mampu
menghasilkan banyak produksi dengan kualitas yang baik maka bisa
diberikan insentif seperti pengembalian bea keluar.
"Kita
menyambut baik, biaya logistiknya murah, tapi kita harus perbaiki dulu
produksi kita, standar kita dengan meningkatkan kuantitas kita bisa
menekan harga kita, barang standar ekspor itu masih sedikit," papar
Alvin.
"Untuk memproduksi pasar ekspor, pemerintah memberikan tax
insentif kalau bisa ekspor dalam jumlah tertentu pemerintah berikan dia
reward, atau bea keluarnya dikembalikan ke permintah atau nol,"
terangnya.
Credit
finance.detik.com