CB, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,
telah menginformasikan keputusannya untuk menarik pasukan dari Suriah
kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Namun, Trump tidak
mendiskusikan keputusannya itu dengan Erdogan.
“Presiden membuat keputusannya sendiri. Itu bukan keputusan yang didiskusikan dengan Presiden Erdogan. Dia telah menginformasikan keputusannya ini kepada Presiden Erdogan,” kata seorang pejabat Gedung Putih secara anonim kepada media pada Kamis, 20 Desember 2018, seperti dilansir Reuters.
Pejabat ini menambahkan AS meyakini sisa kantong milisi ISIS di Suriah bakal dihancurkan oleh pasukan AS dan mitra yang ada di sana.
Seperti dilansir sebelumnya, Trump mengumumkan penarikan pasukan AS secepatnya dari Suriah. Menurut sejumlah pejabat sipil dan militer AS, Trump menilai ISIS telah dikalahkan sehingga dia mempertanyakan tujuan keberadaan pasukan AS di Suriah.
Secara terpisah, Senator Jeff Flake dari Partai Republik mengeluhkan keputusan Trump ini karena tidak diberitahu sebelumnya. Senator dari partai pendukung Trump itu menyampaikan keluhannya kepada Wakil Presiden Mike Pence saat mereka bertemu kemarin.
Sedangkan mitra dari Prancis mengaku terkejut saat mendengar keputusan Trump untuk menarik pasukan daru Suriah.
“Jika ini terdengar seburuk seperti apa adanya, maka ini menjadi masalah serius bagi kami dan Inggris karena koalisi itu tidak berjalan tanpa AS,” kata seorang diplomat Prancis.
Menurut dua pejabat, Trump kerap bertanya apa yang dilakukan pasukan AS di Suriah. “Apa yang kita lakukan di sana? Saya tahu kita di sana untuk melawan ISIS, tapi kita telah melakukannya. Sekarang apa?” kata bekas pejabat seperti dilansir Reuters.
Trump memahami tapi menolak penjelasan dari penasehat senior AS bahwa pasukan berada di sana bukan di garis terdepan dan jumlahnya hanya 2000 orang. Pasukan ada disana, kata penasehat, untuk memperkuat pasukan lokal anti-ISIS.
Namun, Trump mengatakan dia menginginkan pasukan keluar dari Kota Raqqa dan basis ISIS lainnya begitu wilayah itu berhasil dikuasai.
Pejabat ini mengatakan keputusan Trump
itu dianggap di Pentagon sebagai menguntungkan Rusia dan Iran, yang
menggunakan dukungan kepada Suriah untuk memperkuat pengaruh di kawasan
itu. Iran juga meningkatkan kemampuannya mengirim senjata ke Hizbullah
di Lebanon untuk melawan Israel.
“Presiden membuat keputusannya sendiri. Itu bukan keputusan yang didiskusikan dengan Presiden Erdogan. Dia telah menginformasikan keputusannya ini kepada Presiden Erdogan,” kata seorang pejabat Gedung Putih secara anonim kepada media pada Kamis, 20 Desember 2018, seperti dilansir Reuters.
Pejabat ini menambahkan AS meyakini sisa kantong milisi ISIS di Suriah bakal dihancurkan oleh pasukan AS dan mitra yang ada di sana.
Seperti dilansir sebelumnya, Trump mengumumkan penarikan pasukan AS secepatnya dari Suriah. Menurut sejumlah pejabat sipil dan militer AS, Trump menilai ISIS telah dikalahkan sehingga dia mempertanyakan tujuan keberadaan pasukan AS di Suriah.
Secara terpisah, Senator Jeff Flake dari Partai Republik mengeluhkan keputusan Trump ini karena tidak diberitahu sebelumnya. Senator dari partai pendukung Trump itu menyampaikan keluhannya kepada Wakil Presiden Mike Pence saat mereka bertemu kemarin.
Sedangkan mitra dari Prancis mengaku terkejut saat mendengar keputusan Trump untuk menarik pasukan daru Suriah.
“Jika ini terdengar seburuk seperti apa adanya, maka ini menjadi masalah serius bagi kami dan Inggris karena koalisi itu tidak berjalan tanpa AS,” kata seorang diplomat Prancis.
Menurut dua pejabat, Trump kerap bertanya apa yang dilakukan pasukan AS di Suriah. “Apa yang kita lakukan di sana? Saya tahu kita di sana untuk melawan ISIS, tapi kita telah melakukannya. Sekarang apa?” kata bekas pejabat seperti dilansir Reuters.
Trump memahami tapi menolak penjelasan dari penasehat senior AS bahwa pasukan berada di sana bukan di garis terdepan dan jumlahnya hanya 2000 orang. Pasukan ada disana, kata penasehat, untuk memperkuat pasukan lokal anti-ISIS.
Namun, Trump mengatakan dia menginginkan pasukan keluar dari Kota Raqqa dan basis ISIS lainnya begitu wilayah itu berhasil dikuasai.
Credit tempo.co