Kamis, 23 Agustus 2018

Rusia Tegaskan Akan Respon Sanksi Baru AS



Rusia Tegaskan Akan Respon Sanksi Baru AS
Rusia menyatakan sanksi baru yang diterapkan AS terhadap mereka adalah sesuatu yang ilegal dan tidak berdasar dan menegaskan akan merespon sanksi tersebut. Foto/Istimewa

MOSKOW - Rusia menyatakan sanksi baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap mereka adalah sesuatu yang ilegal dan tidak berdasar. Moskow menegaskan akan merespon sanksi tersebut.

"Sanksi baru yang diterapkan AS kepada Rusia atas dugaan peretasan dan pasokan produk minyak ilegal ke Korea Utara (Korut) tidak berdasar, dan akan ada respon dari Moskow," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov seperti dilansir Reuters pada Rabu (22/8).

Seperti diketahui, saet-aset milik Rusia di AS senilai ratusan juta dolar telah dibekukan pemerintah Presiden Donald Trump. Pembekuan aset-aset Rusia di Amerika tersebut diumumkan Wakil Menteri Keuangan AS, Sigal Mandelker.

"Tindakan dari Departemen Keuangan AS memiliki konsekuensi signifikan bagi  kepentingan keuangan individu dan bisnis yang terpengaruh, termasuk pemblokiran aset Rusia senilai ratusan juta dolar di Amerika Serikat," kata Mandelker.

Mandelker, yang bertanggung jawab atas sanksi oleh Departemen Keuangan AS, menambahkan bahwa "Rusia mencatat dampak ini". Menurut departemen itu, investasi langsung asing ke Rusia telah jatuh lima persen sejak 2013. Khusus investasi langsung dari AS ke Rusia turun 80 persen.

Administrasi Trump telah menyetujui 217 individu dan entitas terkait Rusia, termasuk perusahaan minyak Surgutneftegaz dan perusahaan listrik EuroSibEnergo, dijatuhi sanksi sejak Januari 2017. Target sanksi juga menyasar kepada kepala bank-bank besar milik negara. perusahaan energi, dan beberapa rekan terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Karena perusahaan-perusahaan di seluruh dunia bekerja untuk menjauhkan diri dari orang-orang Rusia yang terkena sanksi, tindakan kami memaksakan tingkat tekanan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada mereka yang mendukung agenda memfitnah Kremlin dan pada sektor-sektor kunci ekonomi Rusia," tukas Mandelker. 





Credit  sindonews.com