Jumat, 28 April 2017

Indonesia Ratifikasi Perjanjian Perbatasan dengan Filipina


Indonesia Ratifikasi Perjanjian Perbatasan dengan Filipina
DPR RI dilaporkan baru saja mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) menjadi undang-undang. Foto/Istimewa


JAKARTA - DPR RI dilaporkan baru saja mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) menjadi undang-undang. Persetujuan antara Indonesia dan Filipina mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif ini ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia dan Menlu Filipina pada tahun 2014 silam di Manila, setelah melalui perundingan selama 20 tahun.

"Dicapainya persetujuan dengan Filipina dan penyelesaian ratifikasi ini, merupakan wujud keseriusan Pemerintah RI dalam menyelesaikan masalah perbatasan dengan semua tetangga Indonesia,” kata Menlu RI, Retno Marsudi seperti tertuang dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Kamis (27/4/2017).

Proses pengesahan RUU ini sendiri, telah melalui beberapa tahap pembahasan di Komisi I DPR RI. Pertama, rapat dengar pendapat dengan para pakar dan akademisi.

Lalu dengan Pemerintah pada tingkat pejabat tingkat Eselon I dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Hukum dan HAM. Selanjutnya, dalam Rapat Kerja dengan Pemerintah, di tingkat Menteri.

RUU tersebut selesai dibahas di tingkat pertama dan mendapat persetujuan untuk dibahas pada tingkat Paripurna.

Persetujuan garis batas ini, merupakan perjanjian batas maritim pertama yang disepakati oleh Indonesia dan Filipina, dimana garis batas ZEE antara kedua negara yang telah disepakati adalah sepanjang sekitar 1.161,13 km.

Dengan disepakatinya garis batas ZEE ini, maka kedua negara kini tinggal merundingkan titik pertemuan tiga garis batas ZEE  antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia di sisi barat dan antara Indonesia, Filipina, dan Palau di sisi timur, serta merundingkan penetapan garis batas landas kontinen antara Indonesia dan Filipina.




Credit  sindonews.com






Dua Tentara AS Tewas di Afghanistan



Dua Tentara AS Tewas di Afghanistan
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon menyatakan dua tentara mereka tewas di Afghanistan. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon menyatakan dua tentara mereka tewas di Afghanistan. Keduanya diketahui tewas saat melakukan operasi melawan ISIS.

"Dua anggota militer AS tewas dalam sebuah operasi melawan militan Islam di wilayah Nangarhar, Afghanistan timur, semalam," kata juru bicara Pentagon, Kolonel Jeff Davis dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (27/4).

Wilayah Nangarhar sendiri adalah tempat dijatuhkannya “Ibu dari Semua Bom” oleh AS pada bulan lalu. Serangan yang mengejutkan dunia internasional itu menewaskan lebih dari 90 orang anggota ISIS.

Nama resmi "Ibu dari Semua Bom" adalah Guided Bomb Unit Massive Ordnance Air Blast (GBU-MOAB) atau GBU-43. Sebutan “Ibu dari Semua Bom” adalah pelesetan dari singkatan MOAB (Mother of All Bombs).

Afghanistan sendiri saat ini sedang berada dalam kondisi darurat. Kondisi ini muncul setelah adanya serangan terhadap pangkalan militer Afghanistan oleh Taliban yang menewaskan 140 orang tentara, yang dilanjutkan dengan serangan terhadap pangkalan militer AS di negara tersebut.





Credit  sindonews.com




Cegat Misil dari Suriah, Israel Sebar Rudal Patriot



Cegat Misil dari Suriah, Israel Sebar Rudal Patriot
Israel sebar sistem rudal Patriot untuk mencegah serangan misil Suriah pasca serangan udara yang menghantam bandara di Damaskus. Foto/Istimewa


JERUSALEM - Militer Israel mengatakan pihaknya telah menyebarkan sistem pertahanan rudal Patriot. Negeri Zionis itu sengaja menyebar rudal Patriot untuk mencegat misil dari Suriah terbang di atas Dataran Tinggi Golan.

Pihak militer tidak menjelaskan secara rinci apa yang disebutnya sebagai sebuah "target" dalam pernyataannya. Sementara itu, media Israel mengatakan militer berhasil menembak jatuh pesawat tanpa awak yang menyusup dari Suriah seperti dikutip dari laman Time, Jumat (28/4/2017).

Penyebaran tersebut terjadi setelah Suriah menuduh Israel menyerang sebuah instalasi militer di dekat Bandara Internasional Damaskus yang memicu serangkaian ledakan menjelang fajar.

Menteri Intelijen Israel Yisrael Katz tidak berkomentar mengenai serangan tersebut. Namun ia mengatakan: "Ini benar-benar sesuai dengan kebijakan yang kami umumkan, sebuah kebijakan yang juga kami terapkan."

Israel telah berulang kali memperingatkan terhadap penyebaran senjata yang mencapai kelompok Hizbullah di Libanon dari Suriah yang bersama dengan Iran mendukung kelompok militan tersebut.




Credit  sindonews.com




Usai Serang Damaskus, Israel Tembak Jatuh Drone Suriah


Usai Serang Damaskus, Israel Tembak Jatuh Drone Suriah
Perangkat sistem rudal Patriot yang diaktifkan Israel. Tentara Israel tembak jatuh drone UAV Suriah dengan rudal Patriot di langit Dataran Tinggi Golan. Foto/REUTERS


TEL AVIV - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menambak jatuh pesawat nirawak atau drone UAV Suriah dengan rudal Patriot di wilayah udara Dataran Tinggi Golan. Insiden ini tak lama setelah militer Israel menyerang depot senjata di dekat bandara Damaskus, Suriah, kemarin.

Menurut IDF, UAV Suriah sudah di bawah pengawasan penuh Angkatan Udara Israel (IAF) selama terbang singkat di area yang diklaim Israel sebagai wilayah udaranya.

”IDF tidak akan membiarkan adanya pelanggaran wilayah udara Israel dan akan bertindak melawan upaya penyusupan apapun,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan yang dilansir Times of Israel, Jumat (28/4/2017).

Awalnya IDF mengatakan bahwa mereka menembak jatuh ”target” yang mereka sebut sebagai “pesawat tak dikenal” di atas Dataran Tinggi Golan. Namun, tak berselang lama militer Israel mengonfirmasi bahwa target yang ditembak jatuh adalah pesawat nirawak Suriah.

Sebuah rekaman kamera keamanan yang disiarkan oleh editor Channel1,  Amichai Stein, menunjukkan sebuah rudal Patriot diluncurkan untuk menjatuhkan pesawat tak berawak tersebut.

“Rudal Patriot ditembakkan dari sebuah pangkalan di Israel utara setelah sebuah pesawat tak dikenal terdeteksi di langit,” tulis Stein melalui akun Twitter-nya, @AmichaiStein1.

Sebelumnya, kantor berita negara Suriah, SANA, mengutip sumber militer, menuduh Israel menyerang sebuah instalasi militer di dekat Bandara Internasional Damaskus.

”Sebuah posisi militer di barat daya Bandara Internasional Damaskus terkena agresi Israel dengan beberapa rudal yang ditembakkan dari dalam wilayah pendudukan saat fajar pada hari Kamis yang menyebabkan ledakan di tempat tersebut dan menyebabkan beberapa kerugian material,” kata seorang sumber militer kepada SANA.

Sumber tersebut menambahkan bahwa serangan Israel tersebut diduga sebagai upaya putus asa untuk meningkatkan semangat kelompok teroris yang telah jatuh di tengah kemajuan yang diperoleh tentara Suriah.

Menteri Intelijen Israel Israel Katz mengatakan bahwa insiden di sekitar Bandara Internasional Damaskus sesuai dengan kebijakan Israel. Target serangan, kata dia, pasokan senjata Iran untuk Hizbullah.

”Kejadian di Suriah sepenuhnya sesuai dengan kebijakan Israel untuk bertindak mencegah pengiriman senjata Iran melalui Suriah kepada Hizbullah,” kata Katz.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk tindakan Israel yang dianggap sebagai agresi terhadap Suriah.

”Moskow mengutuk tindakan agresi terhadap Suriah dan meminta setiap orang untuk bertindak dalam rangka menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Suriah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.  



Credit  sindonews.com






Ledakan besar dekat Bandara Damaskus, ulah Israel?



Ledakan besar dekat Bandara Damaskus, ulah Israel?

Asap membubung dari posisi militer pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad setelah terjadi pertempuran dengan pejuang di wilayah pegunungan timur Qalamoun menghadap kota Douma, bagian timur Ghouta, Damaskus, Minggu (13/9). (REUTERS/Bassam Khabieh )


Beirut (CB) - Ledakan besar terjadi di kawasan Bandara Internasional Damaskus yang kemudian diikuti jilatan api di tempat yang sama Kamis pagi buta waktu setempat, kata Observatorium HAM Suriah seperti dikutip Reuters.

Observatorium ini mengatakan penyebab ledakan belum diketahui pasti.

Namun saluran televisi Al-Manar yang pro-Hisbullah di Lebanon menyebutkan bahwa ledakan di tangki-tangki bahan bakar dan kompleks gudang dekat bandara Damaskus itu kemungkinan adalah ulah dari serangan udara Israel.

Saluran televisi ini menyebutkan bahwa dari petunjuk awal, ledakan hebat itu hanya menimbulkan kerugian material dan tidak merenggut satu pun nyawa.

Hisbullah, sekutu Presiden Bashar al-Assad, terlibat dalam perang saudara Suriah, demikian Reuters.


Credit  antaranews.com



Rusia Kecam Serangan Israel di Suriah

Rusia Kecam Serangan Israel di Suriah
Ledakan besar mengguncang kawasan Bandara Internasional Damaskus, Suriah, Kamis (27/4/2017) pagi. Israel dituding meluncurkan serangan dengan target depot senjata Iran di kawasan bandara Suriah tersebut. Foto / Ynet


MOSKOW - Pemerintah Rusia melemparkan kecaman terhadap Israel karena kembali melakukan serangan di Suriah. Israel dilaporkan melakukan serangan terhadap sebuah depot senjata milik Iran dekat bandara Damaskus, Suriah.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan pihaknya sangat tidak senang dengan serangan tersebut. Dia kemudian menyebut, serangan itu adalah pelanggaran keras terhadap kedaualatan Suriah.

"Kedaulatan Suriah harus dihormati. Militer Rusia dan Israel akan terus melakukan komunikasi mengenai hal ini," kata Peskov saat melakukan jumpa wartawan di Moskow, seperti dilansir Reuters pada Kamis (27/4).

Sebelumnya, Menteri Intelijen Israel, Israel Katz secara tersirat mengakui pihaknya yang melakukan serangan terhadap bandara Damaskus, Suriah. Serangan itu diduga kuat menghantam sebuah depot senjata Iran di dekat bandara Damaskus.

Katz menyatakan, serangan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebijakan dan kepentingan Israel, yakni untuk menghancurkan semua depot senjata Iran. Dia menuturkan, serangan ini dilakukan untuk mencegah pengiriman senjata Iran ke Hizbullah melalui Suriah.

"Saya dapat memastikan insiden di Suriah sepenuhnya sesuai dengan kebijakan Israel untuk bertindak mencegah pengiriman senjata maju Iran melalui Suriah ke Hizbullah di Iran. Tentu, saya tidak ingin menjelaskan hal ini. Perdana Menteri (Benjamin Netanyahu) mengatakan, setiap kali kita menerima informasi intelijen yang mengindikasikan niat untuk mentransfer senjata canggih ke Hizbullah, kita akan bertindak," ucapnya. 



Credit  sindonews.com


Israel Sebut Serangan ke Suriah Sesuai dengan Kebijakan Negara


Israel Sebut Serangan ke Suriah Sesuai dengan Kebijakan Negara
Sebuah ledakan besar terjadi di dekat bandara Damaskus, Suriah. Foto/Istimewa


JERUSALEM - Menteri Intelijen Israel, Yisrael Katz mengatakan, sebuah ledakan besar di dekat Bandara Internasional Damaskus pada hari Kamis konsisten dengan kebijakan Israel. Namun ia tidak secara gamblang mengkonfirmas jika negaranya berada di belakang aksi tersebut.

Pesawat-pesawat tempur Israel telah menyerang bandara dan pangkalan-pangkalan lain di sekitar ibu kota Suriah di masa lalu. Israel mengaku mereka menyerang apa yang dikatakannya adalah depot senjata dari kelompok Hizbullah, yang bersekutu dengan pemerintah Suriah.

"Kami bertindak untuk mencegah pengalihan senjata canggih dari Suriah ke Hizbullah di Libanon oleh Iran," Katz mengatakan kepada radio tentara Israel.

"Ketika kami menerima informasi serius tentang niat untuk mentransfer senjata ke Hizbullah, kami akan bertindak. Kejadian ini benar-benar konsisten dengan kebijakan ini," imbuhnya seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Jumat (28/4/2017).

Sejalan dengan praktiknya yang biasa, militer Israel menolak berkomentar mengenai kejadian tersebut.

Israel berusaha menghindar terseret ke dalam perang sipil enam tahun di Suriah. Namun mereka mengakui melakukan serangan udara di sana untuk menghentikan apa yang dikatakannya sebagai pengiriman senjata lanjutan ke Hizbullah.

Bulan lalu, dalam insiden paling serius antara kedua negara sejak konflik Suriah dimulai, pesawat tempur Israel menyerang beberapa sasaran. Suriah pun membalas dengan menembakkan rudal ke Israel.

Israel menggunakan pencegat Arrow untuk menghancurkan apa yang diyakini sebagai rudal SA-5 buatan Rusia. Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman mengancam akan menghancurkan sistem pertahanan udara Suriah tanpa keraguan sedikit pun jika hal itu terjadi lagi. 





Credit  sindonews.com















THAAD, sistem rudal anti-rudal AS penyebab China meradang

THAAD, sistem rudal anti-rudal AS penyebab China meradang
Pencegat Wilayah Pertahanan Terminal Dataran Tinggi (THAAD) tiba di Pangkalan Udara Osan di Pyeongtaek, Korea Selatan, dalam foto handout yang disediakan Angkatan Bersenjata Korea Amerika Serikat (USFK) dan disiarkan Yonhap, Selasa (7/3/2017). (USFK/Yonhap via REUTERS)


Jakarta (CB) - THAAD atau Terminal High-Altitude Area Defense adalah sistem peluru kendali milik Amerika Serikat yang sedang dipasang di Korea Selatan. 

Sistem rudal AS ini membuat China khawatir meski Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat, Laksamana Harry Harris, sudah mengatakan THAAD yang dipasang di Korsel adalah "murni sistem pertahanan" dan untuk pertahanan menghadapi Korea Utara, bukan untuk China.

China, lewat pernyataan pers juru bicara kementerian luar negeri, Geng Shuang, menyeru AS dan Korea Selatan untuk menarik THAAD. China khawatir radar THAAD dapat menembus wilayah mereka sekaligus membahayakan keamanan mereka.


THAAD, seperti dijelaskan thediplomat.com, adalah tambahan baru dalam sistem anti-rudal balistik AS alias pencegat rudal musuh.

Sistem rudal THAAD mulai diproduksi tahun 2008. Tugas utamanya adalah memusnahkan rudal balistik musuh pada tahap "terminal" (arti singkatan pada huruf "T").

Jadi, sistem itu menghancurkan rudal musuh yang sedang meluncur turun ke sasaran, bukan ketika baru meluncur naik.

Korea Utara punya rudal jarak menengah maupun jarak jauh SCUD yang memang "incaran" THAAD.

Cara kerja THAAD dirinci oleh Rod Lyon dari National Interest. Secara umum, THAAD sama saja dengan cara kerja rudal pencegat rudal lainnya atau umumnya sistem rudal darat-ke-udara. Jadi, rudal pencegat itu menabrak rudal musuh dan keduanya meledak di udara.

Dalam THAAD, suatu radar antena pemindai elektronik (AESA) mengaktifkan sistem setelah mendeteksi rudal sasaran. Peralatan kendali peluncur THAAD dan sistem pendukungnya kemudian mengindentifikasi, memverifikasi, lalu meluncurkan rudal pencegat.

Rudal pencegat tersebut meluncur dari kendaraan pembawa roket, lalu "menggunakan tenaga kinetik untuk menghancurkan rudal yang datang" , seperti ditulis di manual pabriknya, seperti ditulis Lyon.

Lalu, apa yang dimaksud "High Altitude" pada THAAD? Rudal sistem tersebut dapat mencegat rudal musuh hingga pada ketinggian hingga 93 mil (134 km) dari permukaan bumi. 


Rudal dari THAAD bisa meluncur dengan 8 Mach (8 x kecepatan suara) alias kecepatan kategori hipersonik.

Pabrik pembuat THAAD, Lockheed Martin, saat ini berminat mengembangkan THAAD yang lebih jauh jangkauannya, untuk "menangani" rudal hipersonik WU-14 milik China.

Nah, analisa yang ditulis Ankit Panda dari thediplomat.com adalah, THAAD yang dipasang di Korea Selatan akan mengubah perimbangan kekuatan di wilayah tersebut, karena AS jadi punya sistem peringatan dini yang lebih kuat terhadap rudal antar-benua milik China.




Credit  antaranews.com






Afghanistan tangkap 35 tentara setelah serangan di pangkalan





Afghanistan tangkap 35 tentara setelah serangan di pangkalan
Ilustrasi--Personel keamanan Afghanistan berjaga dekat tempat serangan bunuh diri di Kabul pada 1 Februari 2016. (AFP Photo/Wakil Kohsar)


Kabul (CB) - Otoritas menangkap 35 tentara yang bertugas di pangkalan angkatan darat di Afghanistan utara, tempat Taliban melancarkan serangan mematikan pekan lalu, kata pejabat Rabu (26/4).

"Sejauh ini 35 orang sudah ditangkap dan diperiksa terkait serangan itu," kata juru bicara Korps ke-209, Abdul Qahar Aram.

Kementerian Pertahanan pada Jumat mengeluarkan data baru yang menunjukkan 135 anggota baru tewas dalam serangan di pangkalan yang merupakan rumah bagi Korps Angkatan Darat ke-209 di luar kota Mazar-i-Sharif di Provinsi Balkh.

Pria-pria bersenjata yang mengendarai truk militer dan mengenakan rompi bunuh diri menyerbu pangkalan tersebut, menewaskan anggota baru yang tidak bersenjata saat mereka sedang makan siang di ruang makan dan shalat di masjid.

Pria-pria bersenjata itu mengenakan seragam militer dan membawa tanda masuk pangkalan resmi  menurut informasi dari beberapa sumber kepada AFP, memicu kecurigaan mengenai keterlibatan orang dalam di pangkalan tempat para instruktur asing kadang dipanggil sebagai bagian dari misi pelatihan dan pendampingan NATO itu.

Analis dan profesor universitas Abdul Hamid Safoot mengatakan pada Jumat bahwa serangan itu menyorot berbagai catat sistematis dalam pasukan Afghanistan, dari longgarnya pemeriksaan sampai kurangnya kemampuan intelijen.

"Taliban tahu kelemahan-kelemahan ini, mereka punya orang di pemerintahan," kata Safoot.




Credit  antaranews.com


Inggris dapat bergabung dengan Amerika Serikat di Suriah


 Inggris dapat bergabung dengan Amerika Serikat di Suriah

Dokumentasi pergerakan pasukan khusus Amerika Serikat di Timur Tengah. (Reuters)


London (CB) - Inggris akan sulit menolak permintaan bantuan militer di Suriah dari Amerika Serikat jika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memutuskan mengambil tindakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad karena penggunaan senjata kimia, kata Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson.

Amerika Serikat menuduh tentara Suriah melakukan serangan pada 4 April, dengan puluhan orang meninggal karena gas beracun.

Negara itu menanggapi dengan meluncurkan peluru kendali jelajah ke pangkalan udara Suriah, dengan mengatakan tidak akan menenggang penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Bashar.

Inggris mendukung ulah Amerika Serikat terhadap serangan kimia itu, tapi tidak terlibat langsung. Namun, Johnson menyarankan pemerintahnya mendukung Trump secara militer jika diminta melakukannya terkait serangan senjata kimia pada masa depan.

"Jika Amerika Serikat sekali lagi dipaksa oleh tindakan rezim Assad ... dan mereka meminta kami untuk membantu itu akan sangat sulit untuk mengatakan tidak," kata Johnson, kepada radio BBC.

Johnson mengatakan masih harus dilihat apakah bantuan militer tersebut memerlukan izin dari parlemen, yang pada 2013 memilih menentang aksi pemboman pasukan al-Assad di Suriah untuk mencegah mereka menggunakan senjata kimia.

Serangan April di Suriah telah menimbulkan ketegangan antara kekuatan Barat dan Rusia, yang telah memberikan bantuan militer kepada pemerintahan Assad.

Rusia dan Amerika Serikat, pekan lalu sepakat untuk mempelajari kemungkinan pengaturan investigasi obyektif terhadap insiden kimia di Provinsi Idlib, Suriah, kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, membahas masalah itu saat keduanya mengadakan pembicaraan melalui saluran telepon, ungkap kementerian dalam suatu pernyataan.

Dalam pembicaraan telepon, Lavrov menyatakan, Rusia menyayangkan penolakan Washington terhadap prakarsa negaranya pada Organisasi Pencegahan Senjata Kimia (OPCW) soal pengiriman penyelidik ke Suriah. Pengiriman ditujukan untuk memeriksa dugaan penggunaan gas sarin serta keberadaan bahan-bahan berbahaya di pangkalan udara Suriah, Shayrat, menurut pernyataan itu.

"Kedua mitra sepakat untuk mengeluarkan perintah agar sekali lagi dipelajari kemungkinan (pembentukan) investigasi obyektif terkait insiden tersebut di bawah pengawasan OPCW," demikian bunyi pernyataan itu.

OPCW (Badan Pelarangan Senjata Kimia) sebelumnya menyelenggarakan pertemuan untuk melakukan pemungutan suara terhadap usul yang diajukan oleh Rusia dan Iran menyangkut pembentukan segera investigasi penuh terhadap serangan kimia pada 4 April.

Menurut perutusan Inggris pada pertemuan OPCW, dewan eksekutif organisasi itu telah mencapai kesepakatan untuk menolak proposal yang ditawarkan Rusia dan Iran.

Selain membahas berbagai masalah dwipihak, Lavrov dan Tillerson juga menyepakati permulaan dini pelaksanaan kelompok kerja bersama pada tingkat wakil menteri luar negeri. Kelompok kerja itu akan mencari cara menghilangkan berbagai hal, yang mengganggu hubungan dwipihak, demikian pernyataan itu.




Credit  antaranews.com




Polisi Jerman tangkap tentara diduga rencanakan serangan


Polisi Jerman tangkap tentara diduga rencanakan serangan

Dokumentasi rekaman video memperlihatkan aparat keamanan anti-teror dan pasukan anjing Prancis memeriksa jenazah seseorang yang melakukan penembakan terhadap polisi di Paris, Ibu Kota Prancis, Kamis (20/4/2017). (AFP/P003)


Berlin (CB) - Polisi Jerman menangkap seorang tentara, yang dicurigai merencanakan serangan, kata jaksa di Frankfurt, Kamis, tanpa merinci kemungkinan sasaran, alasan atau senjata, yang akan digunakan.

Letnan berusia 28 tahun warga negara Jerman dan bertugas dalam brigade di Illkirch Prancis itu ditangkap, Rabu, di Bavaria, sebelah timur Frankfurt.

Kepolisian Jerman, Prancis, dan Austria, mencari 16 barang bukti pada Rabu sehubungan dengan penyelidikan itu.

"Ia dicurigai menyiapkan serangan besar, melanggar hukum kepemilikan dan penggunaan senjata dan penipuan," kata kejaksaan dalam pernyataan.

Mereka menyita telepon genggam, komputer jinjing dan dokumen.

Sebelum penangkapannya, prajurit itu, yang tidak disebutkan namanya, pernah ditahan pada akhir Januari oleh pihak berwenang Austria karena dicurigai petugas ketika menyembunyikan pistol gelap di kamar mandi bandar udara Schwechat, Wina.

Penyelidikan berikutnya yang dilakukan pada Februari menunjukkan bahwa dia telah menggunakan identitas palsu untuk mendaftar sebagai pengungsi Suriah di Giessen, dekat Frankfurt, pada Januari 2016, kata pihak tersebut.

Ia kemudian pindah ke Bavaria, tempatnya mengajukan permohonan suaka dan pindah ke tempat penampungan untuk pendatang. Ia mulai menerima bantuan kesejahteraan sejak Januari, kata kejaksaan.




Credit  antaranews.com






Kamis, 27 April 2017

Kapal Induk AS yang Berlayar ke Korut Kini Berada dalam Jarak Tempur


Kapal Induk AS yang Berlayar ke Korut Kini Berada dalam Jarak Tempur
USS Carl Vinson telah berada di Laut Filipina dalam perjalanannya menuju Semenanjung Korea. Foto/Istimewa



WASHINGTON - Kapan induk milik angkatan laut Amerika Serikat (AS), USS Carl Vinson, akhirnya telah berada dalam jarak tempu ke Korea Utara (Korut). Kapal tersebut telah menempuh perjalanan berminggu-minggu sebelumnya akhirnya kini berada di Laut Filipina.

USS Carl Vinson adalah kapal utama induk tempur grup satu milik Angkatan Laut AS yang dilengkapi nuklir. Kapal ini dikirim ke Semenanjung Korea sebagai reaksi atas uji coba rudal Korut.

"Kelompok kapal penyerang USS Carl Vinson telah berada di Laut Filipina di sebelah timur Okinawa," kata Laksamana Harry Harris kepada Komite Angkatan Bersenjata Kongres AS seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (27/4/2017).

"USS Carl Vinson, dua kapal perusak dan sebuah kapal penjelajah rudal  berada dalam jarak tempur dan rentang proyeksi kekuatan Korut jika diminta untuk melakukan itu," jelas Harris.

"Dalam beberapa hari ke depan saya berharap akan terus bergerak ke utara," imbuhnya lagi.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Presiden AS Donald Trump mengatakan sebuah armada kapal perang menuju ke Semenanjung Korea untuk memantau situasi di sana. Pengiriman USS Carl Vinson sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan terkait tes nuklir dan rudal Korut, serta ancaman untuk menyerang AS dan sekutunya di Asia.

Menanggapi hal ini, Korut sesumbar akan menenggelamkan kapal induk AS itu dalam satu serangan. "Pasukan revolusioner kita siap untuk menenggelamkan kapal induk bertenaga nuklir AS dengan satu serangan tunggal," tulis surat kabar Partai Pekerja yang berkuasa di Korea Utara, Rodong Sinmun.

Baca juga:
Korut Ancam Tenggelamkan Kapal Induk AS dengan Satu Serangan
https://international.sindonews.com/read/1199544/40/korut-ancam-tenggelamkan-kapal-induk-as-dengan-satu-serangan-1492933706 




Credit  sindonews.com






AS Buka Kemungkinan Gelar Operasi Laut China Selatan


AS Buka Kemungkinan Gelar Operasi Laut China Selatan 
  Militer AS kemungkinan besar akan kembali melakukan operasi kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan. (REUTERS/Erik De Castro)


Jakarta, CB -- Komandan militer Amerika Serikat di Asia Pasifik, Admiral Harry Harris, menyatakan pihaknya kemungkinan besar akan melaksanakan kembali operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan dalam waktu dekat.

"Saya menerima arahan dan petunjuk dari menteri pertahanan dan otoritas komando nasional dalam pelaksanaan operasi itu. Saya pikir kami akan melakukannya--dalam waktu dekat," kata dia ketika ditanyai soal operasi di waktu yang akan datang, Rabu waktu setempat (26/4).


Namun, diberitakan Reuters, Harris tidak menjelaskan lebih jauh mengenai kemungkinan tersebut. Saat ini, diketahui armada AS disibukkan dengan ancaman nuklir di Semenanjung Korea.
Merespons ambisi rezim Kim Jong-un yang berkeras mengembangkan senjata meski sudah dijatuhi sanksi oleh PBB, Amerika mengirimkan kapal induk dan kapal selam nuklir ke kawasan tersebut. Kapal induk USS Carl Vinson diperkirakan akan tiba di sana akhir bulan ini.

Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan dan diduga membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan di perairan yang dipersengketakan oleh sejumlah negara Asia Tenggara itu. Di saat yang sama, Negeri Tirai Bambu juga ditekan oleh Washington untuk mengatasi ambisi nuklir Korea Utara.

Di tengah situasi yang memanas, kapal perang Rusia, Varyag, pun berlabuh di Manila, Filipina, belum lama ini. Filipina adalah salah satu negara yang mengklaim sebagian dari perairan sengketa itu.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyambut bahagia kedatangan Varyag dan menyebut tujuan kapal perang tersebut adalah latihan militer bersama angkatan laut Filipina.
Varyag datang bersama kapal tanker pembawa bahan bakar Pechenge. Veryag dijadwalkan berlabuh selama empat hari di Manila.





Credit  CNN Indonesia





Erdogan: Turki Tak Selamanya Tunggu Keanggotaan Uni Eropa



Erdogan: Turki Tak Selamanya Tunggu Keanggotaan Uni Eropa 
  Presiden Tayyip Erdogan menyatakan tidak akan selamanya menunggu keanggotaan Uni Eropa. (REUTERS/Huseyin Aldemir)


Jakarta, CB -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan memikirkan ulang niat untuk bergabung dengan Uni Eropa jika mesti menunggu lebih lama dan jika penentangan dari beberapa negara anggotanya terus berlanjut.

Erdogan mengatakan keputusan badan HAM Mahkamah Parlementer Dewan Eropa (PACE) untuk memasukkan Turki dalam daftar pengawasan, Selasa (25/4), adalah langkah yang "sepenuhnya politis" dan negara di perbatasan Asia-Eropa itu tidak mau mengakuinya.

Dia menyatakan siap menjawab pertanyan Uni Eropa soal referendum dan Turki tidak akan selamanya menunggu dibukakan pintu oleh Eropa setelah 54 tahun menanti.

"Di Eropa, masalah Islamophobia sudah semakin serius. Uni Eropa menutup pintunya ke Turki dan Turki tidak menutup pintu kepada siapapun," kata Erdogan dalam wawancara dengan Reuters di Istana Kepresidenan, Ankara.

"Jika mereka tidak bertindak dengan tulus, kami mesti mencari jalan keluar. Untuk apa kami menunggu lebih lama? Kami bicara soal penantian 54 tahun," ujarnya.

"Inggris bertanya pada rakyatnya dan mereka memilih Brexit ... mereka bisa tenang, melangkah menuju masa depan yang baru, dan hal yang sama dilakukan oleh Norwegia ... dan hal yang sama bisa dilakukan juga oleh Turki."

Pekan ini adalah waktu yang kritis bagi hubungan Turki-Uni Eropa. Anggota Dewan UE akan memperdebatkan hubungan dengan sejumlah negara, Rabu waktu setempat (26/4), sementara para menteri luar negeri blok tersebut akan berdiskusi dua hari setelahnya. Keesokannya, para pemimpin organisasi akan bertukar pendapat soal Brexit.

Erdogan mengatakan dirinya akan memantau rangkaian kegiatan tersebut.

"Saya sangat penasaran dengan tanggapan Uni Eropa menghadapi resolusi terbaru (PACE) ini," ujarnya, mengkritisi anggota UE yang menyerukan pengakhiran wacana penerimaan keanggotaan Turki.

Dia mengatakan negaranya masih berkomitmen untuk terus bernegosiasi.

"Tidak ada satu hal pun yang tidak siap kami lakukan, begitu mereka memintanya. Apa pun yang mereka inginkan, kami akan lakukan. Tapi mereka tetap menahan kami di pintu," ujarnya.

Erdogan menyoroti pemilihan presiden Perancis, di mana politikus ekstrem kanan Marine Le Pen mengancam ingin membawa negaranya ke luar Uni Eropa, dan mengatakan blok ini "di ambang perpecahan."
"Satu atau dua negara saja tidak bisa menjaga persatuan Uni Eropa. Anda butuh negara seperti Turki, negara berbeda yang menjadi simbol perbedaan keyakinan, ini akan membuatnya sangat kuat," kata dia.

"Namun negara-negara anggota Uni Eropa tampaknya tidak menyadari fakta ini. Mereka sulit menerima negara Muslim seperti Turki."







Credit  cnnindonesia.com





Rusia Merasa Terancam oleh Serangan AS di Suriah



Rusia Merasa Terancam oleh Serangan AS di Suriah 
  Amerika Serikat melancarkan serangan rudal untuk merespons dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. (Ford Williams/Courtesy U.S. Navy/Handout via REUTERS)


Jakarta, CB -- Kremlin menyebut serangan peluru kendali Amerika Serikat terhadap pangkalan udara Suriah awal bulan ini mengancam pasukan Rusia dan memaksa langkah perlindungan khusus.

Menteri Keamanan Sergei Shoigu dalam konferensi keamanan di Moskow, Rabu waktu setempat (27/4), menegaskan pandangan Rusia bahwa serangan yang dilakukan Washington merespons dugaan penggunaan senjata kimia itu adalah "pelanggaran jelas terhadap hukum internasional."
 
Pemerintah AS saat itu menyatakan telah memberi tahu pasukan Rusia sebelum melakukan serangan. Tidak ada satu pun anggota tentara negara tersebut yang menjadi korban.

Selain menampung jet militer Suriah, citra satelit menunjukkan bahwa pangkalan yang diserang itu juga adalah rumah bagi pasukan khusus dan helikopter Rusia. Keberadaan mereka di sana adalah bagian dari upaya Moskow membantu Damaskus memerangi kelompok teror ISIS.

"Aksi Washington mengancam nyawa pasukan kami yang sedang memerangi terorisme di Suriah," kata Shoigu dikutip Reuters.

"Langkah seperti itu memaksa kami untuk mengambil langkah ekstra untuk memastikan keamanan pasukan Rusia." Dia tidak menyebutkan secara khusus langkah yang dimaksud.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, setelah serangan AS, pertahanan udara Suriah akan diperkuat. Sementara itu, Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengeluhkan serangan itu nyaris memicu pertikaian dengan militer Rusia.





Credit  CNN Indonesia





Menanti Ledakan Nuklir Kim Jong-un



Menanti Ledakan Nuklir Kim Jong-un 
 Rezim Kim Jong-un disebut sudah siap melakukan uji coba nuklir keenam Korut. Namun, hal itu hingga kini belum dilakukan. (REUTERS/KCNA)


Jakarta, CB -- Sebulan lebih telah berlalu sejak Amerika Serikat dan Korea Selatan secara terbuka menyatakan Korea Utara siap melakukan uji coba bom nuklir. Namun, gelegar ledakan senjata mematikan itu tak kunjung terdengar.

Dunia harap-harap cemas menanti uji coba keenam yang dikhawatirkan itu dan dengan setiap uji coba peluru kendalinya, Korea Utara semakin dekat dengan senjata nuklir yang diklaim bisa mencapai daratan Amerika Serikat.

Menurut Jean Lee, dosen kajian Korea Utara, sebenarnya Pyongyang bisa dibilang hampir pasti bakal melakukan uji coba nuklir itu suatu waktu nanti.

 
 
"Namun, mereka kini mengatur waktu secara hati-hati dan memperhatikan sejumlah faktor," ujarnya kepada CNN, Rabu (26/4).

Seorang pejabat AS secara terpisah mengatakan pihak militer sempat mendeteksi aktivitas signifikan, seperti penggalian di terowongan pintu masuk di situs uji coba Punggye-ri, Korea Utara. Namun, menurutnya aktivitas itu menunjukkan uji coba nuklir masih belum akan dilakukan.

Biasanya, masalah dalam negeri dan geopolitik sangat diperhatikan ketika negara komunis terisolasi ini melakukan uji coba nuklir. Teknologi itu digunakan untuk tujuan teknis maupun politis, menunjukkan kemampuan rezim Kim Jong-un dan mengirim pesan perlawanan untuk musuh-musuh di luar negeri.
 
Uji coba kerap dilakukan pada waktu yang dapat dengan mudah diperkirakan, kata Lee. Pengambilan waktu yang tepat dilakukan untuk menekankan faktor geopolitik atau mendekati hari libur untuk memanfaatkan semangat nasionalis warganya.

Pada 16 April, sehari setelah peringatan hari lahir Kim Il-sung sekaligus hari libur terpenting di Korea Utara, pemerintah pun menguji coba rudalnya, meski berujung gagal. Rudal pertama setelah Presiden AS Donald Trump menjabat juga dilakukan ketika ia bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Februari lalu.

Sempat ada spekulasi soal kemungkinan uji coba nuklir dilakukan bertepatan dengan hari jadi militer Korut, Selasa (25/4). Namun, dalam acara ini Kim Jong-un justru menggelar latihan menembak artileri terbesar di negaranya yang menggunakan peluru hidup.

  "Dengan tanggal-tanggal penting di kalender pemerintah Korea Utara ini, mereka bisa menunda atau mempercepat uji cobanya semau mereka," kata John Delury, dosen hubungan internasional di Universitas Yonsei.

Peringatan 25 tahun dimulainya Perang Korea bisa jadi opsi untuk digunakan sebagai waktu pelaksanaan uji coba nuklir.

Masalahnya, jika terlalu dalam membaca pola ini, Pyongyang bisa menyadari bahwa dunia memerhatikan dan mereka pun bisa segera merespons.
 
"Jika tanggal-tanggal ini menentukan posisi kapal induk USS Carl Vinson, masalahnya jelas, ketika kapal itu pergi Korea Utara bisa langsung melaksanakan uji coba nuklir sepekan setelahnya," kata Delury.

"Mereka tidak perlu melaksanakan tes terpaku pada tanggal tertentu."

Kapal induk Carl Vinson saat ini sedang dalam perjalanan ke perairan Korea, merespons ancaman tersebut. Sementara itu, kapal selam nuklir AS yang didesain untuk meluncurkan ratusan rudal jelajah Tomahawk sudah bersandar di Korea Selatan, di tengah situasi yang terus memanas ini.




Credit  CNN Indonesia




Hadapi Rudal Korut, AS Butuh Pertahanan yang Lebih Kuat


 Hadapi Rudal Korut, AS Butuh Pertahanan yang Lebih Kuat
Komandan Komando Pasifik mengatakan AS perlu sistem pertahanan rudal yang lebih kuat untuk menghadapi rudal Korut. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Komandan tertinggi Amerika Serikat (AS) di Pasifik mengatakan bahwa Washington mungkin perlu memperkuat pertahanan misilnya, terutama di Hawaii, mengingat ancaman yang terus berlanjut dari program rudal dan nuklir Korea Utara (Korut). Hal itu dikatakannya kepada Kongres AS.

Laksamana Harry Harris mengatakan bahwa dia yakin ancaman Pyongyang terhadap AS perlu ditangani secara serius. Dia mengatakan bahwa pertahanan Hawaii cukup untuk saat ini tapi suatu hari nanti bisa kewalahan. Ia pun menyarankan untuk memasang radar baru di sana dan juga rudal pencegat untuk melumpuhkan rudal Korut yang mencoba masuk ke wilayah itu.

"Saya tidak ambil bagian dengan kepercayaan diri Anda bahwa Korut tidak akan menyerang Korea Selatan (Korsel) atau Jepang atau AS begitu mereka memiliki kemampuan," kata Harris seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/4/2017).

Washington dan Pyongyang telah meningkatkan peringatan satu sama lain dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran bahwa Pyongyang mungkin segera melakukan tes bom nuklir keenam.

Washington mengatakan semua opsi ada di meja, termasuk serangan militer, namun para pejabat menekankan bahwa fokus saat ini adalah pada sanksi yang ditingkatkan untuk Korut. Diperkirakan hal itu akan dibahas dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat yang dipimpin oleh Sekretaris AS Negara Rex Tillerson.

Pernyataan Harris adalah pengingat yang paling meresahkan saat menumbuhkan alarm AS tentang Korut. Negara tersebut belum menguji rudal yang mampu mencapai AS, namun para ahli mengatakan bahwa rudal tersebut bisa memiliki kemampuan itu beberapa waktu setelah 2020.

Pejabat AS telah memperingatkan bahwa konflik dengan Korut dapat berdampak buruk pada Korsel dan pasukan AS yang berbasis di sana, satu titik yang digarisbawahi Pyongyang dalam latihan militer besarnya pada hari Selasa untuk menandai fondasi militernya.

Harris mengakui bahwa pembalasan Korut terhadap serangan AS dapat menyebabkan banyak korban di Korsel. Namun ia menyatakan: "Ada risiko lebih banyak orang Korea dan Jepang serta AS yang sekarat jika Korut mencapai tujuan nuklirnya dan melakukan apa yang pemimpin Korut Kim Jong-un katakan itu akan terjadi."

Korut telah berjanji untuk menyerang AS dan sekutunya di Asia pada tanda pertama serangan di wilayahnya. 




Credit  sindonews.com



Korea Utara Membual Lenyapkan AS dengan 5 Juta Bom Nuklir


Korea Utara Membual Lenyapkan AS dengan 5 Juta Bom Nuklir
Tembakan artileri pasukan Korea Utara dalam manuver besar-besaran pada 25 April 2017. Foto / REUTERS


PYONGYANG - Korea Utara (Korut) membual siap melenyapkan Amerika Serikat (AS) dengan “lima juta bom nuklir” yang ditembakkan tentara remaja. Sesumbar Korut ini muncul dalam publikasi Korean Central News Agency (KCNA), media rezim Pyongyang yang dipimpin Kim Jong-un.

Gertakan Pyongyang dengan lima juta bom nuklir itu diragukan. SINDOnews pada pemberitaan 11 April 2017 lalu merinci kekuatan militer Korut dengan data dari Global Firepower, di mana jumlah bom nuklir yang dimiliki rezim Kim Jong-un hanya sekitar 10 unit.

Rincian kekuatan militer Pyongyang itu antara lain, tentara aktif sebanyak 700.000 personel. tentara cadangan sebanyak 4,5 juta personel. Total pesawat 944 unit. Jumlah kapal perang perusak tak terdeteksi. Kemudian anggaran pertahanan tahunan mencapai USD7.500.000.000. Jumlah artileri derek sebanyak 4.500 unit dan stok bom nuklir 10 unit.



Tapi, KCNA melaporkan pihak Central Committee of the Kimilsungist-Kimjongilist Youth League, sebuah komite tentara pemuda Korut, bisa meluncurkan serangan bom nuklir yang bisa melenyapkan AS. ”Para pemuda tersebut menjaga diri siap berperang tanpa ampun untuk melenyapkan kelompok setan (AS) dengan lima juta bom nuklir,” bunyi laporan KCNA, yang dilansir Daily Star, semalam (26/4/2017).

Komite itu menyebut AS mencoba membawa bencana nuklir ke negara yang tidak dapat diganggu gugat. Komite tersebut dalam pesan lainnya juga memperingatkan bahwa “bumi akan hancur” saat serangan diluncurkan.

Peringatan itu muncul saat Kim Jong-un meluncurkan latihan militer terbesar yang pernah ada. Manuver Pyongyang tersebut menampilkan senjata artileri dalam jumlah besar. Dalam berbagai dokumen foto juga tampak ratusan tank Korut berjejer di sepanjang kota pesisir timur Wonsan saat pamer kekuatan untuk merayakan hari jadi militer Pyongyang yang ke-85 tahun.

Sebagai tanggapan, pasukan AS dan Korea Selatan juga menggelar latihan perang provokatif di dekat perbatasan Korut. Sekitar 2.000 tentara AS dan Korea Selatan turun ke medan latihan tempur di Seungjin, Pocheon, Korea Selatan, yang dekat dengan perbatasan Korut.

Analis senior Jonathan Pollack dari kelompok think tank Brookings Institution memperingatkan risiko yang akan dialami AS jika konfrontasi dengan Korut. ”Kita bisa tersandung sia-sia ke dalam apa yang menjadi krisis terbesar di Asia Timur sejak AS melakukan intervensi dalam Perang Korea pada tahun 1950,” katanya. 





Credit sindonews.com





AS-Korsel Gelar Latihan Militer Kekuatan Penuh



AS-Korsel Gelar Latihan Militer Kekuatan Penuh
AS dan Korsel melakukan latihan perang dengan kekuatan penuh selang sehari Korut melakukan latihan perang artileri. Foto/Istimewa



SEOUL - Militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) ambil bagian dalam latihan tembak gabungan sebagai bagian dari latihan militer bersama di tengah meningkatnya ketegangan dengan Pyongyang. Latihan militer ini dilakukan hanya satu hari setelah Korea Utara (Korut) meluncurkan latihan artileri tunggal.

Menurut kantor berita Yonhap, lebih dari 2.000 tentara Korsel dan AS terlibat dalam latihan di Pocheon, Korsel. Latihan perang berlangsung di Seungjin Fire Training Field, sekitar 30km selatan Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi dua Korea.

"Latihan yang berlangsung selama 45 menit itu, melibatkan sekitar 100 artileri, 90 kendaraan lapis baja dan 50 pesawat," menurut Kementerian Pertahanan Korsel seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (27/4/2017).

Rekaman dari tempat latihan menunjukkan jalan setapak berwarna melintang terlihat dari langit saat jet tempur menampilkan kekuatan mereka, serta tank-tank melepaskan tembakan, asap tebal, dan tentara yang terjun dari helikopter.

Menurut Yonhap, latihan tersebut juga melibatkan dua helikopter serang Apache Guardian AH-64E dari Angkatan Darat Korsel. Helikopter itu menembakkan roket udara dan amunisi dari senapan berantai dengan sasaran tiruan. Empat M1A2 Bradley yang memerangi kendaraan dari militer AS juga melepaskan tembakan artileri saat melaju di jalan pegunungan. Latihan jugaa diikuti dengan menembakan US M270 Multiple Launch Rocket System (MLRS).

Latihan ini merupakan salah satu latihan perang terintegrasi terbesar di antara dua negara sekutu dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, Korut melakukan latihan militer di Wonsan, untuk menandai berdirinya tentara negara tersebut. Latihan tersebut terdiri dari 300 sampai 400 senjata artileri jarak jauh, Yonhap melaporkan, mengutip sumber pemerintah.

Korut menyebut itu adalah latihan terbesar yang pernah dilakukan oleh negara tersebut, sementara media pemerintah melaporkan bahwa pemimpin Kim Jong-un secara pribadi mengamati latihan tersebut.

Latihan yang dilaporkan termasuk serangan torpedo bawah laut di kapal perang musuh tiruan.





Credit  sindonews.com




Semenanjung Korea Memanas, AS Tes Rudal Balistik Antar Benua


Semenanjung Korea Memanas, AS Tes Rudal Balistik Antar Benua
AS melakukan uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) Minuteman III di tengah ketegangan di Semenanjung Korea. Foto/Istimewa



WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) akan melakukan uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) nuklir pada hari Rabu. Begitu bunyi pernyataan dari Angkatan Udara AS.

Uji coba ini akan dilakukan di Pangkalan Udara Vandenberg di California dengan melibatkan ICBM Minuteman III yang tidak dipersenjatai dan dilakukan dalam dua kali yaitu pukul 12.00 dan 06.00.

"Tujuan dari tes ini adalah untuk memverifikasi status kekuatan nuklir nasional kita dan untuk menunjukkan kemampuan nuklir nasional kita," kata Kolonel John Moss, komandan Space Wing ke-30, yang akan memerintahkan peluncuran tersebut, dalam sebuah pernyataan seperti disitat dari Time, Rabu (26/4/2017).

Peluncuran uji coba ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea mengenai uji coba rudal Pyongyang baru-baru ini dan kekhawatiran akan uji coba nuklir keenam. Pada hari Selasa, Korea Utara (Korut) merayakan ulang tahun pembentukan militernya dengan demonstrasi dan latihan artileri. Pada hari yang sama, kapal selam bertenaga nuklir AS, USS Michigan, berlabuh di kota pelabuhan Busan, Korea Selatan (Korsel), menurut Associated Press. Sementara kelompok kapal perang yang dikomandoi kapal induk USS Carl Vinson menuju ke semenanjung tersebut.

Sebelumnya, Korsel mengumumkan bahwa pihaknya telah menerapkan bagian-bagian sistem pertahanan rudal THAAD, yang telah membuat marah Korut, China dan Rusia yang menganggapnya sebagai ancaman keamanan.

Namun, menurut juru bicara Komando Perang Angkatan Udara mengatakan uji coba tersebut telah direncanakan setahun sebelumnya dan tidak memiliki hubunhgan dengan Korut atau Kim Jong-un. Peluncuran Minuteman dilaporkan terjadi sekitar empat kali dalam setahun, yang terakhir terjadi pada bulan Februari.





Credit  sindonews.com





Rusia: Luncurkan Serangan Preemptive, Inggris Akan Rata dengan Tanah

Rusia: Luncurkan Serangan Preemptive, Inggris Akan Rata dengan Tanah
Legislator Rusia mengancam Inggris akan rata dengan tanah jika melakukan serangan rudal preemptive dalam perang nuklir. Foto/Ilustrasi/Istimewa


MOSKOW - Inggris akan rata dengan tanah dalam sebuah perang nuklir. Begitu ancaman yang dilontarkan oleh seorang anggota parlemen Rusia.

Franz Klintsevich, seorang pensiunan kolonel, menanggapi komentar dari Menteri Pertahanan Michael Fallon. Dalam sebuah kesempatan, Fallon mengatakan Inggris akan menggunakan senjata nuklir sebagai serangan pertaman jika dibutuhkan.

Komentar Fallon itu muncul menanggapi pernyataan partai Buruh yang mempertahankan penghalang program nuklir Trident. Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn menyatakan tidak mungkin dilakukan pembaharuan dalam manifesto.

Klintsevich pun mengatakan jika Inggris melakukan serangan mendadak, maka negara itu tidak akan memiliki wilayah terbesar, secara harfiah akan terhapus dari muka bumi seperti dikutip dari Belfast Telegraph, Rabu (26/4/2017).

Klintsevich, yang merupakan wakil ketua majelis tinggi komite pertahanan dan keamanan parlemen Rusia, menyebut komentar Fallon menjijikkan dan mengatakan bahwa layak mendapat tanggapan yang serius.

"Dalam kasus terbaik, pernyataan ini harus diambil sebagai elemen perang psikologis - yang terlihat sangat menjijikkan dalam konteks seperti itu," kata Klintsevich.

"Jika tidak, kedengarannya sangat buruk, karena ada pertanyaan yang masuk akal: Terhadap siapa Inggris akan menggunakan senjata nuklir secara preemptive?"

Jika Inggris bermaksud menggunakan senjata nuklir melawan negara non-nuklir, dia menambahkan, mungkin orang-orang Inggris sangat ingin berbagi kemenangan Amerika Serikat yang melemparkan bom nuklir ke kota-kota Jepang Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

"Tapi masa itu sudah pergi untuk selamanya, sama seperti era kebesaran Kerajaan Inggris," tukasnya. 




Credit  sindonews.com








AS Mulai Tempatkan Rudal THAAD di Korsel





AS Mulai Tempatkan Rudal THAAD di Korsel
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, sejumlah elemen dari THAAD sudah ditempatkan di sebuah lapangan golf yang berada di selatan Korsel. Foto/Istimewa



SEOUL -  Militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan mulai menempatkan sistem pertahanan udara THAAD ke Korea Selatan (Korsel). Penempatan sistem pertahanan udara ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara (Korut).

Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, sejumlah elemen dari THAAD sudah ditempatkan di sebuah lapangan golf yang berada di selatan Korsel, dekat dengan kawasan Semenanjung Korea.

"Korsel dan AS telah berupaya untuk mengamankan kemampuan operasional awal sistem THAAD dalam menanggapi ancaman nuklir dan rudal Korut yang terus maju. Sistem itu diperkirakan akan beroperasi pada akhir tahun," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (26/4).

Sementara itu, Pentagon mengatakan, penempatan tersebut merupakan tindakan penting untuk membela Korsel dan sekutu-sekutunya melawan ancaman rudal Korut dan akan menyelesaikannya sesegera mungkin.

Penempatan THAAD sendiri mendapat protes keras dari sejumlah pihak di Korut. Bahkan, penduduk di lokasi di tempatnya sistem pertahanan udara tersebut menggelar unjuk rasa, dan mengecam keras penempatan THAAD.

Kecaman juga datang dari calon Presiden Korsel, Moon Jae-in. Melalui juru bicaranya, Jae-in menuturkan keputusan tersebut mengabaikan opini publik dan proses hukum, dan meminta agar penempatan tersebut ditangguhkan sampai pemerintahan berikutnya terbentuk.



Credit  sindonews.com



China desak penarikan pranata rudal THAAD Amerika dari Korsel



Beijing (CB) - China, Rabu, mengatakan telah menyampaikan keprihatinan serius kepada Washington dan Seoul setelah militer Amerika Serikat mulai memindahkan bagian-bagian pranata pertahanan anti-rudal THAAD yang kontroversial ke lokasi penempatan di Korea Selatan.

Berbicara dalam sebuah konferensi pers harian di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan pihaknya mendesak AS dan Korea Selatan untuk menarik pranata tersebut.

Seoul dan Washington mengatakan bahwa satu-satunya tujuan pranata Stasiun Pertahanan Ketinggian Tinggi (THAAD) adalah untuk mempertahankan diri terhadap ancaman rudal Korea Utara, namun China khawatir radar yang kuat dari THAAD dapat menembus wilayahnya dan melemahkan keamanannya, serta telah berulang kali menyatakan keberatan.

Hari ini, pihak militer AS mulai memindahkan bagian-bagian dari pranata pertahanan anti peluru kendali THAAD yang kontroversial dan ditempatkan di Korea Selatan di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah itu terkait program peluru kendali dan nuklir Korea Utara, kantor berita Yonhap melaporkan pada, Rabu.

AS dan Korea Selatan telah sepakat untuk menempatkan THAAD untuk menanggapi ancaman peluncuran peluru kendali Korea Utara, namun China mengatakan hal itu tidak banyak mempengaruhi Korea Utara untuk menghentikan program mereka itu.

China berpandangan tindakan tersebut justru dapat menimbulkan ketidakstabilan keamanan wilayah sekitar.

Truk-truk trailer yang membawa bagian-bagian dari THAAD mulai memasuki wilayah penempatan di daerah Seongju, yang terletak di bagian selatan Korea Selatan, kantor berita Yonhap dan televisi YTN melaporkan.

Pejabat kementerian pertahanan Korea Selatan dan pejabat militer AS tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai keterangan.

AS mulai memindahkan bagian awal dari sistem pertahanan rudal ke Korea Selatan pada Maret setelah Korea Utara melakukan uji coba peluncuran empat peluru kendali balistik. Demikian laporan Reuters.




Credit  antaranews.com