Kamis, 27 April 2017

Erdogan: Turki Tak Selamanya Tunggu Keanggotaan Uni Eropa



Erdogan: Turki Tak Selamanya Tunggu Keanggotaan Uni Eropa 
  Presiden Tayyip Erdogan menyatakan tidak akan selamanya menunggu keanggotaan Uni Eropa. (REUTERS/Huseyin Aldemir)


Jakarta, CB -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan memikirkan ulang niat untuk bergabung dengan Uni Eropa jika mesti menunggu lebih lama dan jika penentangan dari beberapa negara anggotanya terus berlanjut.

Erdogan mengatakan keputusan badan HAM Mahkamah Parlementer Dewan Eropa (PACE) untuk memasukkan Turki dalam daftar pengawasan, Selasa (25/4), adalah langkah yang "sepenuhnya politis" dan negara di perbatasan Asia-Eropa itu tidak mau mengakuinya.

Dia menyatakan siap menjawab pertanyan Uni Eropa soal referendum dan Turki tidak akan selamanya menunggu dibukakan pintu oleh Eropa setelah 54 tahun menanti.

"Di Eropa, masalah Islamophobia sudah semakin serius. Uni Eropa menutup pintunya ke Turki dan Turki tidak menutup pintu kepada siapapun," kata Erdogan dalam wawancara dengan Reuters di Istana Kepresidenan, Ankara.

"Jika mereka tidak bertindak dengan tulus, kami mesti mencari jalan keluar. Untuk apa kami menunggu lebih lama? Kami bicara soal penantian 54 tahun," ujarnya.

"Inggris bertanya pada rakyatnya dan mereka memilih Brexit ... mereka bisa tenang, melangkah menuju masa depan yang baru, dan hal yang sama dilakukan oleh Norwegia ... dan hal yang sama bisa dilakukan juga oleh Turki."

Pekan ini adalah waktu yang kritis bagi hubungan Turki-Uni Eropa. Anggota Dewan UE akan memperdebatkan hubungan dengan sejumlah negara, Rabu waktu setempat (26/4), sementara para menteri luar negeri blok tersebut akan berdiskusi dua hari setelahnya. Keesokannya, para pemimpin organisasi akan bertukar pendapat soal Brexit.

Erdogan mengatakan dirinya akan memantau rangkaian kegiatan tersebut.

"Saya sangat penasaran dengan tanggapan Uni Eropa menghadapi resolusi terbaru (PACE) ini," ujarnya, mengkritisi anggota UE yang menyerukan pengakhiran wacana penerimaan keanggotaan Turki.

Dia mengatakan negaranya masih berkomitmen untuk terus bernegosiasi.

"Tidak ada satu hal pun yang tidak siap kami lakukan, begitu mereka memintanya. Apa pun yang mereka inginkan, kami akan lakukan. Tapi mereka tetap menahan kami di pintu," ujarnya.

Erdogan menyoroti pemilihan presiden Perancis, di mana politikus ekstrem kanan Marine Le Pen mengancam ingin membawa negaranya ke luar Uni Eropa, dan mengatakan blok ini "di ambang perpecahan."
"Satu atau dua negara saja tidak bisa menjaga persatuan Uni Eropa. Anda butuh negara seperti Turki, negara berbeda yang menjadi simbol perbedaan keyakinan, ini akan membuatnya sangat kuat," kata dia.

"Namun negara-negara anggota Uni Eropa tampaknya tidak menyadari fakta ini. Mereka sulit menerima negara Muslim seperti Turki."







Credit  cnnindonesia.com