ASEAN diharapkan menjadi inti untuk
menggerakan strategi geo politik Indo-Pasifik, dan Indonesia menjadi
salah satu penggeraknya. (ASEAN2018 Organising Committee/Handout Via
REUTERS)
Jakarta, CB -- Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) diharapkan menjadi inti untuk menggerakan strategi geo politik Indo-Pasifik, dan Indonesia
menjadi salah satu penggeraknya. Menurut Kepala Analisis Kebijakan dan
Pengembangan Kementrian Luar Negeri, Siswo Purwono, Indonesia harus
turuk aktif mengelola dalam konteks geo-politik yang baru tersebut.
"Indonesia
harus tetap relevan karena memiliki posisi yang strategis dalam konteks
geo-politik ini. Selain itu anggota-anggota ASEAN harus memimpin
mekanisme dari Indo-Pacific," kata Siswo dalam acara bedah buku
"Indonesia's Foreign Policy and Grand Strategy in the 21st Century: Rise
of an Indo-Pacific Power pekan lalu.
Konsep Indo-Pasifik
merupakan menyambungkan antara dua samudra dimana titik temunya berada
di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia harus menjadi peran utama dalam
kerja sama geo-politik ini.
Philips Vermonte Direktur Eksekutif Centre For Strategic
and International Studies (CSIS) menilai meski punya peran dan
kemampuan, namun keinginan para pemimpin tidaklah seperti di masa awal
kemerdekaan.
"Indonesia memiliki peran dan kemampuan kepemimpinan, pengajuan
ide, mengelola hubungan yang mungkin karena ada kepercayaan yang tinggi
dari negara-negara lain karena kita sering melakukan hal ini," kata
Vermonte yang dijumpai
CNNIndonesia.com pada acara yang sama.
"Kedua
Indonesia dan ASEAN memiliki kemampuan untuk meyakinkan dan
mengumpulkan dalam satu tempat, misalnya sebelum Indo-Pasifik ada Asian
Plus One, Plus Two, Plus Three, dan Asian Summit hal itu menunjukan kita
dipercaya oleh negara lain, sehingga membuat kerja sama ini menjadi
global," kata Vermonte
Selain itu, Indonesia harus memiliki
kapabilitas, keinginan dari Presiden kita untuk mengejar ambisi global,
serta pengakuan dari dunia internasional bahwa kita memiliki pengaruh di
kancah internasional.
"Tiga hal tersebut harus diperhatikan jika Indonesia ingin memiliki pengaruh dalam dunia internasional" kata Vermonte.
"Kita harus memperhatikan hal ini, karena ini merupakan faktor yang
sangat dinamis, kapabilitas bisa naik bisa turun, masih banyak persoalan
domestik seperti tingkat kemakmuran, pembangunan militer dan lain-lain,
itu kan harus kita kerjakan, namun berdasarkan banyak diskusi, kita
sedang mengerjakan semua hal itu namun kita tidak tau bagaimana
akhirnya," tambah dia.
Vermonte menilai pemimpin Indonesia kurang mengedepankan kepemimpinan dan hanya mencari platform multilateral.
"Pemimpin
kita pada saat era Soekarno, dia sangat aktif mengejar status
kepemimpinan dengan memimpin konfreensi Afrika dan lain-lainnya, tapi
sebaliknya pemimpin setelah Orde Baru dan seterusnya tidak terlalu
memperlihatkan ambisi-ambisi yang jelas dalam status kepemimpinan.
Presiden setelah Soekarno lebih condong untuk mencari platform-platform
yang sifatnya multilateral." kata Vermonte.
Indonesia terus
mengusung gagasan kerja sama Indo Pasifik ke berbagai pertemuan ASEAN
belakangan ini. Gagasan ini pernah diutarakan Mantan Menlu Marty
Natalegawa pada saat menjadi Menlu RI pada Mei 2013. Dia membuat sebuah
pendekatan Indo-Pasifik di ASEAN saat berbicara di Pusat Kajian
Strategis dan Internasional di Washington. Secara khusus, ide itu adalah
perluasan dari TAC yang berkomitmen untuk tidak menggunakan kekuatan
dalam penyelesaian sengketa.
Namun Marty lewat sebuah artikel di Strait Times menyatakan
menyayangkan gagasan ini diangkat di saat pemerintah Amerika Serikat
Donald Trump mempromosikan konsep Indo-Pasifik juga. Terutama karena
ASEAN dan KTT Asia Timur secara resmi telah mengakui pentingnya Traktat
Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) Indo-Pasifik pada 2013-2014.
"Saat
ini Amerika Serikat telah memilih untuk mengadopsi perspektif
Indo-Pasifik. Dengan ketiadaan visi geopolitik alternatif Asean, apapun
itu, kita mungkin belum melihat injeksi politik kekuasaan ala Perang
Dingin ke kawasan Pasifik, dengan kemungkinan dampak negatif yang
mungkin timbul pada ASEAN," tulis Marty.
Meski begitu, Marty juga
melihat peluang untuk mengubah dinamika antar bangsa secara positif,
untuk secara proaktif memanfaatkan peluang yang ada, menetapkan
norma-norma baru dalam hubungan antar negara untuk meningkatkan
perdamaian dan memanfaatkan kepentingan semua negara dalam keamanan
bersama.
Credit
cnnindonesia.com