NEW YORK
- Pemerintah Myanmar tersinggung dengan laporan yang menyebut
militernya melakukan pembersihan etnis atau genosida terhadap minoritas
muslim Rohingya. Di forum Majelis Umum PBB di New York, Myanmar
menyampaikan keberatannya.
Duta Besar Myanmar untuk PBB Hau Do
Suan mengatakan bahwa pihkanya keberatan ”dengan ketentuan yang paling
kuat” kepada negara-negara yang telah menggunakan kata-kata genosida
untuk menggambarkan situasi di negara bagian Rakhine.
Hau Do Suan
menggunakan ”hak jawab”-nya pada akhir pertemuan enam hari para
pemimpin dunia di Majelis Umum PBB pada hari Senin. Dalam pidatonya,
diplomat Myanmar ini mengatakan tuduhan genosida atau pembersihan etnis
adalah ucapan yang tidak bertanggung jawab dan tuduhan yang tidak
berdasar.
“Tidak ada pembersihan etnis. Tidak ada genosida,” sangkal Hau Do Suan, seperti dikutip AP, Selasa (26/9/2017). “Kami akan melakukan segalanya untuk mencegah pembersihan dan genosida etnis,” lanjut dia.
Kekerasan terbaru pecah di Rakhine sejak 25 Agustus 2017 lalu. Awalnya, kelompok ARSA atau Arakan Rohingya Salvation Army meluncurkan serangan terhadap sekitar 30 pos polisi yang menewaskan 12 petugas.
Serangan
itulah yang memicu operasi militer terhadap warga etnis Rohingya yang
oleh PBB digambarkan sebagai langkah pembersihan etnis muslim Rohingya.
Lebih
dari 430.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke
Bangladesh dalam waktu kurang dari sebulan. Mereka telah menceritakan
kisah-kisah tentara Myanmar yang bekerja sama dengan gerombolan
bersenjata untuk membantai warga sipil dan membakar seluruh desa.
COX?S BAZAR
- Para dokter Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan para
pengungsi perempuan Rohingya menjadi korban pemerkosaan massal yang
dilakukan tentara Myanmar. Pemerkosaan ini dilakukan secara sistematis
yang bertujuan mengusir warga etnis Rohingya.
Reuters berbicara
dengan delapan pekerja kesehatan di Cox’s Bazar, Bangladesh, yang
merawat lebih dari 25 perempuan korban pemerkosaan sejak Agustus lalu.
Mereka mengungkapkan para korban pemerkosaan juga menceritakan kalau
tentara Myanmar bertindak kejam memerkosa para perempuan Rohingya.
Kemudian,para
dokter di klinik yang dikelola Organisasi Internasional untuk Migrasi
(IOM) di Leda, Bangladesh, juga merawat ratusan perempuan Rohingya
korban pemerkosaan. "Tentara Myanmar sepertinya melakukan tindakan
agresif terhadap terhadap perempuan," ujar Niranta Kumar, koordinator
kesehatan klinik di Leda, Bangladesh.
Para dokter di Leda menunjukkan dokumen medis kepada Reuters tentang
seorang perempuan berusia 20 tahun yang diperkosa tentara di Myanmar.
Perempuan itu dirawat sejak 10 September lalu. "Tentara menarik
rambutnya dan menggunakan senapan untuk memukulnya sebelum akhirnya
diperkosa," demikian bunyi laporan medis tersebut.
Dokter juga
menemukan banyak luka di bagian organ intim korban pemerkosaan. "Itu
menunjukkan kalau perempuan Rohingya dipaksa dan diperlakukan tidak
manusiawi," ujar petugas medis IOM Tasnuba Nourin.
Kemudian, lima
perempuan pengungsi Rohingya yang baru datang juga melaporkan diri
sebagai korban pemerkosaan. Mereka mengalami luka fisik yang dialami
banyak korban lainnya.
Di klinik milik Pemerintah Bangladesh yang
didukung lembaga PBB di Ukhia juga merawat 19 perempuan korban
pemerkosaan. "Bukti pemerkosaan adalah luka gigitan, luka di organ
intim, dan pengakuan pengungsi," ujar Misbah Uddin Ahmed, dokter yang
bertugas di klinik. Dia menuding kalau pelaku pemerkosaan adalah tentara
Myanmar.
Sementara itu, Myanmar membantah tudingan tersebut.
Mereka menganggap tuduhan tersebut sebagai upaya untuk memojokkan upaya.
Juru bicara pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengungkapkan,
otoritas akan menginvestigasi tuduhan tersebut. "Korban pemerkosaan
seharusnya datang ke kita," ucapnya. Dia akan menjamin keamanan para
korban. "Kita akan menyelidiki dan kita akan bertindak," janjinya.
Suu
Kyi sendiri tidak berkomentar mengenai sejumlah tuduhan pemerkosaan
yang dilakukan prajurit terhadap perempuan Rohingya. Kekerasan seksual
menjadi ancaman perempuan Rohingya menyusul kekerasan yang berlangsung
sejak 25 Agustus lalu. Itu juga menjadi penyebab warga Rohingya memilih
untuk mengungsi untuk menghindari tindakan keji tersebut.
Sementara
itu, kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi mengaku terkejut dengan
"kekerasan yang mengerikan" terhadap pengungsi Rohingya. Dia
mengungkapkan penderitaan pengungsi semakih parah ketika kebutuhan hidup
mereka juga tidak terpenuhi.
"Saya begitu terkejut dengan
ketakutan yang dialami para pengungsi," ungkap Grandi, Ketua Komisioner
Tinggi PBB untuk Pengungsi. Dia menemui pengungsi di kamp pengungsi
Kutapalong, Bangladesh. "Orang tua terbunuh, keluarga terpisah, banyak
korban terluka, trauma perempuan yang diperkosa," ungkap Grandi. Dia
mengungkapkan banyak cerita kekerasan yang telah terjadi. "Butuh waktu
lama untuk menyembuhkan luka dibandingkan memenuhi kebutuhan hidup
mereka," ujarnya.
Banyaknya jumlah pengungsi menyebabkan ratusan ribu pengungsi Rohingya
harus tinggal di kamp pengungsian yang sangat memprihatinkan. Lembaga
kemanusiaan juga harus berjuang keras untuk memberikan bantuan makanan
dan membangun tenda pengungsian. Para pekerja kesehatan juga harus
mencegah penyebaran penyakit.
Pejabat senior PBB memperkirakan
dibutuhkan dana senilai USD200 juta untuk para pengungsi Rohongya selama
enam bulan ke depan. Para pekerja kemanusiaan mengkhawatirkan krisis
kemanusiaan yang lebih parah akan terjadi di Rakhine. Pasalnya, Myanmar
membatasi akses kemanusiaan ke wilayah konflik tersebut.
Rohingya
merupakan etnis minoritas di Myanmar yang tidak mendapatkan status
kewarganegaraan. Ketegangan yang terjadi selama beberapa dekade
menyebabkan mereka semakin terpinggirkan. Konflik kekerasan yang semakin
parah menyebabkan mereka memilih mengungsi ke wilayah perbatasan
Bangladesh.
Pemimpin nasional Myanmar Aung San Suu Kyi dikritik
dunia internasional karena tidak melindungi etnis Rohingya. Dia dianggap
tidak memiliki kekuasaan untuk menekan militer. Grandi sebelumnya
pernah menyerukan kepada Myanmar agar memberikan status kewarganegaraan
terhadap warga Rohingya. Namun, upaya itu diabaikan Myanmar dan para
pengungsi. Menurut para pengungsi, meski mendapatkan status
kewarganegaraan, kekerasan tetap berlanjut.
Myanmar: Wanita Rohingya yang Diperkosa Tentara Harusnya Laporan kepada Kami
YANGON
- Pemerintah Myanmar menyatakan, setiap wanita Rohingya yang menjadi
korban pemerkosaan oleh tentara harusnya melaporkan diri kepada
pemerintah. Myanmar mengatakan, mereka akan memberikan perlindungan
kepada para korban tersebut.
Juru bicara pemimpin de-factor
Myanmar Aung San Suu Kyi, Zaw Htay menuturkan, pihaknya akan melakukan
penyelidikan penuh atas laporan pemerkosaan tersebut, dan kesaksian dari
para korban sangat dibutuhkan dalam proses penyelidikan.
"Korban-korban
pemerkosaan itu harus mendatangi kami. Kami akan memberikan keamanan
penuh kepada mereka, kami akan menyelidiki dan kami akan mengambil
tindakan," kata Htay, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu
(24/9).
Pernyataan Htay ini muncul tidak lama setelah adanya
laporan dari dokter dan petugas kesehatan PBB yang bertugas di kamp
pengungsian Rohingya di PBB. Mereka menuturkan telah melihat puluhan
wanita pengungsi Rohingya dengan luka-luka yang sesuai dengan serangan
seksual dengan kekerasan.
Petugas kesehatan dan perlindungan di
distrik Cox's Bazar di Bangladesh, di mana terdapat kamp pengungsi
Rohingya, mengatakan bahwa mereka telah merawat lebih dari 25 korban
pemerkosaan sejak akhir Agustus.
Petugas medis mengatakan bahwa
mereka tidak berusaha untuk menetapkan secara pasti apa yang terjadi
pada pasien mereka, namun telah melihat pola yang pasti atas kekerasan
seksual, di mana para wanita etnis Rohingya menuturkan tentara Myanmar
adalah pelakunya.
NEW YORK
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gutteres menyatakan kekhawatiran
akan adanya dampak buruk dari referendum kemedekaan yang digelar
pemerintah Kurdi Irak atau KRG. Dalam referendum yang berlangsung
kemarin itu, diketahui lebih dari 70 persen warga Kurdi ingin merdeka
dari Irak.
Gutters menuturkan, dia khawatir referendum itu akan
membuat situasi di kawasan semakin tidak stabil. Dia kemudian
menegaskan, persatuan Irak adalah salah satu syarat bagi stabilitas
kawasan.
"Guterres menghormati kedaulatan, integritas teritorial
dan kesatuan Irak dan merekomendasikan agar semua masalah yang ada untuk
diselesaikan melalui dialog terstruktur dan kompromi yang membangun,"
kata juru bicaranya Gutters, Stephane Dujarric, seperti dilansir Anadolu
Agency pada Selasa (26/9).
Sementara itu, Presiden Turki Recep
Tayyip Erdogan mengecam pemungutan suara referendum kemerdekaan Kurdi
Irak. Dia membenarkan bahwa tentaranya sudah berada di perbatasan
Irak-Turki. ”Siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan,”
ujarnya.
Pemimpin Ankara ini sudah memperingatkan bahwa
referendum kemerdekaan Pemerintah Otonom Kurdi dapat berakibat
konsekuensi yang meluas untuk wilayah tersebut, termasuk aksi militer
Turki dan blokade pipa minyak.
Dia menambahkan bahwa segala yang
berkaitan dengan Irak dan Suriah yang menimbulkan ancaman bagi Turki,
maka pihaknya akan menggunakan semua opsi.
JAKARTA
- Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah al
Shuabi menyebut hubungan antara Saudi dan Indonesia sangatlah baik. Dia
menggambarkan hubungan kedua negara layaknya saudara dekat.
Berbicara
saat menyampaikan sambutan di peringatan hari jadi Saudi yang ke-97,
Osama menuturkan, Riyadh dan Jakarta memiliki hubungan yang sangat erat
dalam berbagai bidang.
"Pada level formal, hubungan kita dengan
saudara-saudara kita di Pemerintah Indonesia dalam kondisi yang sangat
baik. Disamping itu, kedua negara juga merupakan anggota penting G-20,
sebuah forum internasional bagi ekonomi terbesar di dunia," ungkapnya
pada Selasa (26/9).
Terkait dengan hari jadi Saudi, Osama
menyatakan peringatan ini memiliki makna penting bagi rakyat negeri kaya
minyak tersebut. Ini dikarenakan hari tersebut menandakan penyatuan
sebagian besar wilayah jazirah Arab.
"Sesungguhnya, hari nasional
bagi Arab Saudi bukanlah hari kemerdekaan, melainkan hari uniletarisasi
umat dan Jazirah Arab, saat Kerajaan Arab Saudi mempresentasikan 90%
dari luas wilayahnya yang belum pernah dijajah oleh asing. Namun yang
terjadi adalah perpecahan antara dua kekuatan yang saling berperang,"
ujarnya.
Saudi terbentuk saat raja pertama mereka, Raja Abdulaziz
Bin Abdulrahman al Saud meluncurkan kampanye pada 1920 untuk
mempersatukan wilayahnya. Dari sanalah bangkit sebuah negara bernama
Arab Saudi dan semenjak itu menjadi salah satu motor ekonomi terkuat di
Timur Tengah.
Ilustrasi militer Korea Utara. (Reuters/Damir Sagolj)
Jakarta, CB --
China memperingatkan tidak akan ada pihak yang diuntungkan
seandainya terjadi pertempuran di Semenanjung Korea. Hal ini diutarakan
menyusul tudingan Korea Utara yang menyebut Amerika Serikat telah
menyatakan perang melalui komentar Presiden Donald Trump.
"Tidak
akan ada pemenang jika perang terjadi di Semenanjung Korea. Perang hanya
akan berdampak lebih buruk bagi kawasan dan negara-negara di
sekitarnya," ucap juru bicara menteri luar negeri China, Lu Kang, Selasa
(26/9).
Komentar itu diutarakan Beijing menyusul silih ancam dan
penghinaan yang terus memanas antara Washington dan Pyongyang dalam
sepekan terakhir.
Menlu Korut Ri Yong Ho menuduh AS telah
mendeklarasikan perang melalui pernyataan Trump di Twitter. Ia merujuk
pada kicauan orang nomor satu di Amerika itu yang mengatakan bahwa rezim
Kim Jong-un tidak akan bertahan lama.
Ri bahkan memperingatkan
bahwa Korut siap menembak jatuh setiap jet tempur AS, tak lama setelah
pesawat pengebom Amerika terbang di lepas pantai negara terisolasi itu.
Dalam
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Trump bahkan
mengancam akan menghancurkan Korut dan menyebut Kim Jong-un sebagai
"manusia roket" yang sedang mencoba bunuh diri dengan terus meluncurkan
provokasinya.
Beijing terus menekankan agar seluruh pihak menahan diri dan
menghentikan seluruh retorika dan provokasi yang hanya akan memperkeruh
suasana.
China, sebagai sekutu terdekat Korut, juga mendesak
dialog dan perundingan damai untuk menyelesaikan krisis di Semenanjung
Korea.
Pemerintahan Kim Jong-un menyebut Donald Trump telah mendeklarasikan perang. (KCNA via REUTERS)
"Beijing berharap Washington dan Pyongyang menyadari bahwa superioritas
membabi-buta dan provokasi hanya akan meningkatkan risiko konfrontasi
dan mempersempit peluang manuver kebijakan [dialog] untuk menyelesaikan
konflik," kata Lu Kang.
Berbeda dengan Trump yang berapi-api
menghadapi Kim Jong-un, dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertahanan AS
James Mattis justru mengatakan bahwa AS menginginkan solusi diplomatik
untuk menyelesaikan krisisnya dengan Korut.
"Kami tetap mempertahankan kapabilitas [militer] untuk menghadapi
ancaman Korut. Namun untuk mendukung para diplomat, kami menyimpan [opsi
militer] selama solusi diplomatik masih memungkinkan," kata Mattis di
New Delhi, India, seperti dikutip AFP.
"Tujuan kita adalah untuk
menyelesaikan konflik secara diplomatik dan saya yakin Presiden Trump
sudah sangat jelas mengenai isu ini," paparnya menambahkan.
Konflik semenanjung Korea, China yakin takkan ada yang menang
Pemimpin
Korea Utara Kim Jong Un menyaksikan peluncuran rudal Hwasong-12 dalam
foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat Agensi Berita Korea
Utara (KCNA), Sabtu (16/9/2017). (KCNA via REUTERS )
Beijing (CB) - China memperingatkan tidak akan ada
pemenang dalam konflik di semenanjung Korea setelah Korea Utara menuding
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menabuh genderang perang
dengan negara itu.
Beijing kembali menyerukan pelaksanaan
perundingan damai setelah pemimpin AS dan Korea Utara saling melontarkan
retorika yang mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir menyusul uji
coba senjata nuklir keenam Pyongyang awal bulan ini.
China
berharap Washington dan Pyongyang menyadari bahwa "menunjukkan
superioritas secara membabi-buta dengan kata-kata dan saling
memprovokasi hanya akan meningkatkan risiko konfrontasi dan mempersempit
ruang manuver kebijakan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri
Tiongkok Lu Kang.
"Perang di semenanjung Korea tidak akan
menghasilkan pemenang dan akan kian parah bagi kawasan dan negara-negara
di kawasan," ujar Lu dalam konferensi pers.
Trump melontarkan
pernyataan di Twitter akhir pekan lalu bahwa rezim Korea Utara akan
binasa jika mereka tetap menimbulkan ancaman.
Menteri Luar
Negeri Korea Utara Ri Yong-ho menuding Trump menabuh genderang perang,
dan memperingatkan bahwa negaranya siap menembak jatuh pesawat tempur
AS.
Menteri Pertahanan AS James Mattis berusaha meredakan
ketegangan dengan menyatakan pada Selasa bahwa Washington menginginkan
solusi diplomatik atas krisis di semenanjung Korea, demikian AFP.
WASHINGTON
- Seorang mantan jenderal Amerika Serikat (AS) mengatakan, jika perang
pecah di Semenanjung Korea, sekitar 20.000 orang di Korea Selatan
(Korsel) akan terbunuh setiap harinya. Menurutnya, angka perkiraan ini
berasal dari Pentagon.
Rob Givens, pensiunan Brigadir Jenderal Angkatan Udara AS, mengatakan kepada Los Angeles Times pada hari Senin bahwa jika perang terjadi di Korea, maka situasinya tidak sama seperti invasi di Irak, Afghanistan dan Libya.
Dia
mencontohkan, invasi di Libya yang berhasil menyingkirkan Muammar
Gaddafi, pasukan AS bisa “santai” karena yang bekerja keras adalah
pasukan oposisi Libya.
”Ini tidak akan menyerupai konflik
tersebut,” kata Givens. Menurut Givens, perkiraan internal Pentagon
menyebutkan korban tewas sekitar 20.000 per hari di Korsel. Angka itu
tidak termasuk korban yang ditimbulkan pada populasi Korea Utara (Korut)
antara 27 sampai 28 juta orang.
Komentar
mantan jenderal Pentagon ini munculnya hampir bersamaan dengan
pernyataan Menteri luar Negeri Korut Ri Yong-ho yang menuduh AS sebagai
pihak pertama yang menyatakan perang terhadap Pyongyang.
Menurut
Ri, konsekuensi dari deklarasi perang itu adalah hak Pyongyang untuk
menembak jatuh pesawat pembom strategis Washington, bahkan jika tak
berada di wilayah udara Korut.
Presiden AS Donald Trump, lanjut
Ri, telah secara efektif mengumumkan perang terhadap Pyongyang, yang
berarti bahwa semua opsi ada di meja untuk kepemimpinan negaranya.
”Seluruh
dunia harus ingat dengan jelas bahwa AS yang pertama kali mengumumkan
perang terhadap negara kami,” katanya seperti dikutip Reuters, Selasa (26/9/2017).
”Sejak
AS mengumumkan perang terhadap negara kami, kami memiliki hak untuk
melakukan penanggulangan, termasuk hak untuk menembak jatuh (pesawat)
pembom strategis AS bahkan ketika mereka tidak berada di dalam wilayah
udara negara kami,” papar Ri.
Sementara itu, manuver dua pesawat pembom B-1B AS di lepas pantai Korut
pada Sabtu lalu diketahui atas mandat Presiden Korsel Moon Jae-in.
”Moon
menerima pengarahan tentang rencana tersebut selama berada di New York,
di mana pejabat Korsel dan AS mencapai kesepakatan mengenai status
operasi tersebut untuk mengirim (pesawat) pembom ke (dekat Korea)
Utara,” kata seorang pejabat dari Gedung Biru atau kantor presiden
Korsel kepada The Korea Times, dalam kondisi anonim.
Pentagon
sendiri menyatakan manuver pesawat pembom AS di dekat Korut sebagai
pesan kuat bagi rezim Kim Jong-un atas perilaku sembrono Pyongyang,
termasuk rentetan uji coba rudal dan senjata nuklir.
”Jelas Korea Utara adalah ancaman,” kata juru bicara Departemen Pertahanan AS Letnan Kolonel Christopher Logan pada hari Senin.
Korut menyatakan bisa menembak jet pengebom AS B-1B yang dikerahkan ke Semenanjung Korea pekan lalu. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CB --
Korea Utara menyatakan bisa menembak jet Amerika Serikat menyusul
kelanjutan silih ancam antara kedua negara dan pengerahan dua pesawat
pengebom B-1B Lancer ke Semenanjung Korea pekan lalu. Analis menyebut
ancaman itu bisa saja direalisasikan, meski ada beberapa kendala.
Pada
1969 silam, Korut sempat menembak jatuh pesawat pengintai AS yang
terbang di ruang udara internasional, menewaskan 31 orang awak yang
dibawanya. Pesawat yang tidak bersenjata itu ditembak dua jet tempur
Mig-21 sekitar 90 mil laut dari pesisir Korea Utara.
Walau
kejadian serupa bisa saja terulang, para analis menyebut Korut tidak
akan lagi menggunakan jet tempur untuk menjatuhkan lawannya dan itu pun
tidak bisa begitu saja dilakukan.
"Korea Utara mempunyai salah
satu sistem pertahanan udara paling padat di dunia, mulai dari peluru
kendali jarak dekat dan senjata anti-pesawat hingga rudal jarak jauh,"
kata Lance Gatling, analis pertahanan dan Presiden Nexial Research Inc
di Jepang, Selasa (26/9).
Rudal anti-pesawat paling canggih yang
dimiliki Korut dalam gudang persenjataannya adalah KN-06. Senjata itu
adalah pengembangan domestik dari SAM S-300 Rusia yang "mempunyai
kemampuan sangat baik," kata Gatling kepada The Telegraph.
Detail
kapabilitas sistem itu masih belum diketahui karena sejauh ini baru dua
uji coba yang terdeteksi. Walau demikian, media pemerintah Korut
menyatakan gangguan pada persenjataan itu telah dibenahi dan kini bisa
dikerahkan di seluruh penjuru negeri.
"Jelas rudal-rudal ini bisa terbang hingga ke ruang udara internasional
di timur pesisir, walau mesti digarisbawahi bahwa patroli di ruang udara
internasional tidak melanggar hukum; menembakkan rudal ke ruang udara
internasional adalah tindakan perang, dan akan diperlakukan sebagai
ajakan berperang," kata Gatling.
Di sisi lain, pertahanan yang
ada pada jet pengebom B-1B dirahasiakan oleh militer AS. Namun,
diketahui pesawat itu, beserta para pengawalnya, dilengkapi dengan
berbagai sistem yang didesain untuk mengganggu rudal.
Serangan
apapun bakal terdeteksi secara instan, kata Gatling, dan jet tempur
yang mengawalnya bakal siap mengeliminasi radar pemandu rudal di
daratan.
Pilihan untuk mencegat jet tempur AS dengan pesawat pun
terbatas. "Ada banyak masalah dengan Angkatan Udara Korea Utara," kata
Gatling, merujuk pada teknologi terbaru Korut yang berasal dari era
1980-an seperti Mig-29.
"Mereka mempunyai banyak pesawat canggih, tapi pilot mereka hanya
terbang untuk beberapa jam setiap tahunnya karena kelangkaan bahan bakar
dan mereka tidak bisa menguji coba rudal karena mereka hanya punya
sedikit.
"Jadi peralatan mereka kuno, awak mereka tidak terlatih
dan mereka akan sangat tertinggal dalam konfrontasi apapun dengan
pasukan garis depan AS."
Di luar semua itu, tidak akan ada pihak yang diuntungkan jika militer AS melakukan serangan terlebih dulu ke Korea Utara.
Dengan
waktu yang sangat sempit untuk mengevakuasi, jutaan warga tak bersalah
akan terjebak di antara pertempuran jika Amerika dan para sekutunya
memulai serangan lebih awal. Kedua pihak pastinya bakal menderita banyak
korban.
Jerry Hendrix, mantan kapten Angkatan Laut AS, mengatakan operasi
militer semacam itu akan melibatkan serangan cepat yang
multi-dimensional.
Meski ia tidak mendapatkan penjelasan mengenai kemungkinan serangan AS secara spesifik, ia mengatakan kepada CNN bahwa
operasi ini kemungkinan besar bakal melibatkan sejumlah strategi yang
bertujuan untuk menetralisir pertahanan Korea Utara dan kemampuannya
melakukan serangan balasan.
Untuk mengatasi kemampuan rudal
darat-ke-udara Korut yang mumpuni, Amerika kemungkinan akan menggunakan
pesawat tempur siluman seperti F-22, F-35 dan pesawat pengebom B-2 untuk
membantu F-15 atau F-16 Korea Selatan dan Jepang, ujarnya.
Pesawat tanpa awak pun kemungkinan bisa digunakan untuk membatasi risiko terhadap para pilot.
AS kemungkinan akan mengerahkan pesawat tambahan ke kawasan jika akan
melakukan serangan, sembari mempertahankan dua pangkalan udara di Korea
Selatan--Osan dengan F-16 dan A-10 serta Kunsan dengan F-16.
SEOUL
- Korea Utara (Korut) memobilisasi rombongan pesawat tempur dan
memperkuat sistem pertahanan pesisirnya setelah pekan lalu pesawat
pembom B-1B Amerika Serikat (AS) bermanuver di Semenanjung Korea.
Aktivitas militer Pyongyang ini diungkap intelijen Korea Selatan (AS)
yang melakukan pemantauan.
Pada hari Sabtu, 23 September, AS
menerbangkan pesawat pembom B-1B Lancer dari Pangkalan Angkatan Udara
Anderson di Guam. Pesawat pembom canggih ini dikawal oleh pesawat tempur
F-15 yang terbang dari pangkalan AS di Jepang.
Meski manuver
pesawat B-1B Pentagon itu berlangsung di sepanjang wilayah udara
internasional, namun lokasinya berada di dekat wilayah Korut. Pyongyang
sendiri memiliki sistem radar yang mampu mendeteksi pesawat asing dalam
kisaran 600km, namun diragukan Korsel.
Dinas Intelijen Nasional
Korea Selatan (NIS) dalam sebuah briefing di parlemen mengatakan bahwa
Pyongyang terlihat menyesuaikan kembali sistem persenjataannya.
Lee
Cheol-woo, Kepala Komite Intelijen Parlemen Korsel, mengatakan
penyesuaian itu disebabkan oleh fakta bahwa Korea Utara tidak memiliki
sistem pendeteksi pesawat asing, termasuk penerbangan terbaru pesawat
pembom AS.
”Kami (anggota parlemen) mendengar (dari NIS) bahwa
saat penerbangan mendekati tengah malam, Korut mungkin tidak
mengantisipasi hal itu sama sekali, atau Korut mungkin tidak dapat
mengambil tindakan karena tidak memiliki (kemampun) atau sistem yang
tidak dapat mendeteksi dengan jelas,” kata Lee, seperti dilansir IB Times, Selasa (26/9/2017).
Pengungkapan
intelijen tersebut terjadi di tengah ancaman Korut yang akan menembak
jatuh pesawat pembom Washington. Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho
kepada wartawan di New York pada hari Senin, mengklaim bahwa AS telah
mengumumkan perang terhadap Pyongyang sehingga menjadi hak negaranya
untuk menembak jatuh pesawat pembom Pentagon termasuk jika tidak berada
di wilayah udara Korut.
Namun, Gedung Putih telah menolak klaim
diplomat Pyongyang itu. Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders menyebut
klaim tersebut tidak masuk akal.
“Tidaklah pantas bagi sebuah
negara untuk menembak jatuh pesawat negara lain saat melintasi (wilayah
udara) perairan internasional. Tujuan kami masih sama. Kami terus
mencari denuklirisasi damai semenanjung Korea,” ujar Sanders.
Antisipasi Jet Pengebom AS, Korut Kerahkan Pesawat Militer
Ilustrasi jet tempur. (Reuters/Maxim Shemetov)
Jakarta, CB --
Korea Utara dilaporkan menyiagakan pertahanan dengan mengerahkan sejumlah pesawat militer ke sekitar pantai timurnya.
Badan
Intelijen Korea Selatan melaporkan pergerakan ini dilakukan Pyongyang
setelah pesawat pengebom dan sejumlah jet tempur milik Amerika Serikat
terbang di wilayah udara internasional di lepas pantai Korut pada akhir
pekan lalu.
Dikutip Reuters, kantor berita Yonhap
melaporkan Korut tetap tidak segera mengetahui dan merespons pergerakan
tersebut, meski AS tampak sengaja mengirim sinyal dengan
mempublikasikan patroli angkatan udaranya itu.
Padahal, Korut
diketahui memiliki sistem radar yang mampu mendeteksi pergerakan benda
asing dengan jangkauan hingga 600 kilometer.
Pentagon mengatakan
manuver pesawat itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa AS memiliki banyak
opsi, termasuk kapabilitas militer skala penuh, untuk menghadapi
ancaman Korut.
Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho
mengatakan Korut bisa meluncurkan aksi balasan termasuk menembak jatuh
pesawat-pesawat AS tersebut.
"Kami bahkan bisa menembak mereka [jet tempur AS] saat tidak berada di
dalam wilayah udara kami," kata Ri kepada wartawan di sela Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Ri bahkan menganggap
Presiden Donald trump telah mendeklarasikan perang melalui kicauan yang
menyebut rezim Kim Jong-un tidak akan bertahan lama.
"Seluruh
dunia harus tahu dan mengingat dengan jelas bahwa AS lah yang pertama
kali mendeklarasikan perang terhadap kami [Korut]. Pertanyaan mengenai
siapa yang tidak akan lama lagi bertahan akan terjawab," ucap Ri.
Ketegangan
di Semenanjung Korea semakin tak bisa dihindari setelah Korut
meluncurkan uji coba nuklir keenamnya pada 3 September lalu. Tensi
antara AS dan Korut pun semakin memanas setelah pemimpin kedua negara
terus melontarkan ancaman dan penghinaan terhadap satu sama lain dalam
beberapa hari terakhir.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Trump mengancam akan menghancurkan
Korut dan menyebut Kim Jong-un sebagai "manusia roket" yang sedang bunuh
diri dengan terus meluncurkan provokasinya.
Menanggapi
pernyataan itu, Kim Jong-un menyerang balik Trump dengan menyebutnya
sebagai "orang tua gila." Korut juga memperingatkan bahwa AS akan
membayar segala ancamannya kepada Korut "dengan mahal."
WASHINGTON
- Komandan Armada Pasifik Amerika Serikat (AS) Laksamana Scott Swift
membuat pengumuman tak terduga tentang pengunduran dirinya. Dia mundur
setelah beberapa kapal perang Pentagon tabrakan beberapa waktu lalu
dengan korban tewas 17 pelaut.
Pengumuman pengunduran diri Swift
ini mengejutkan karena dia baru saja dipromosikan sebagai pemimpin
Armada Pasifik AS menggantikan pemimpin sebelumnya, Laksamana Harry
Binkley Harris Jr.
Pengumuman itu disampaikan Swift di halaman Facebook-nya, yang dikutip SINDOnews, Selasa (26/9/2017). Menurutnya, promosi jabatannya sebagai Komandan Pasifik AS tidak benar.
”Saya
telah diberitahu oleh Kepala Operasi Angkatan Laut bahwa saya tidak
akan menjadi calon untuk menggantikan Laksamana Harris sebagai Komandan
Komando Pasifik AS. Sesuai dengan tradisi dan kesetiaan kepada Angkatan
Laut, saya telah mengajukan permintaan saya untuk pensiun,” tulis dia.
Dia tidak meminta tanggal pensiun dengan jelas dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan untuk saat ini.
Swift,
60, dipromosikan menjadi laksamana pada bulan Mei 2015. Dia menjadi
tokoh penting di Armada Pasifik yang didirikan sejak tahun 1941.
Sebelumnya, dia pernah bekerja di Pentagon sebagai direktur staf
Angkatan Laut.
Selama bertugas di Armada Pasifik AS, serangkaian
kecelakaan yang melibatkan kapal perang Angkatan Laut AS terjadi. Dalam
insiden terakhir, kapal perusak USS McCain bertabrakan dengan sebuah
kapal tanker minyak di sebelah timur Singapura pada bulan Agustus,
menyebabkan 10 pelaut AS tewas.
Pada bulan Juni, tujuh pelaut AS
tewas ketika kapal perang USS Fitzgerald bertabrakan dengan sebuah kapal
kontainer di lepas pantai Jepang.
Kemudian pada bulan Mei, kapal
USS Lake Champlain menabrak kapal nelayan Korea Selatan saat beroperasi
di lepas pantai timur Semenanjung Korea. Empat bulan sebelumnya, kapal
USS Antietam kandas dan menumpahkan 1.100 galon fluida hidrolik di Teluk
Tokyo.
Meskipun penyelidikan terhadap tabrakan kapal perang
McCain dan Fitzgerald sedang berlangsung, Angkatan Laut AS telah memecat
sejumlah orang sehubungan dengan insiden tersebut. Di antara pejabat
yang dipecat adalah kapten kapal Fitzgerald dan beberapa pelaut lainnya.
WASHINGTON
- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Heather
Nauert menuturkan, pihaknya tidak bertanggung jawab atas kematian
seorang jenderal Rusia di Suriah. Dia menyebut tudingan AS bertanggung
jawab atas kematian jenderal itu merupakan sebuah kesalahan besar.
"Klaim
yang menyebut AS mendukung atau terlibat dalam kematian Letnan Jenderal
Valery Asapov di Suriah benar-benar salah," kata Nauert dalam sebuah
pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (26/9).
Nauert
juga menyatakan bahwa tuduhan bahwa AS mendukung ISIS adalah sesuatu
yang tidak beralasan. Hal ini, lanjut Nauert dikarenakan satu-satunya
tujuan AS untuk terlibat dalam operasi di Timur Tengah adalah untuk
mengalahkan teroris.
Sebelumnya diwartakan, Moskow menyalahkan
kebijakan AS atas kematian seorang jenderal Rusia di sekitar Deir
ez-Zor, Suriah, akibat tembakan mortir ISIS. Insiden tragis itu dianggap
hasil dari kebijakan munafik AS di Suriah.
”Kematian komandan
Rusia adalah harga yang dibayar dengan darah atas kebijakan munafik
Amerika di Suriah," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey
Ryabkov.
Menurut Ryabkov, Moskow khawatir bahwa ketika Washington
mengklaim tertarik untuk memerangi teroris ISIS, namun menunjukkan hal
yang sebaliknya. Rusia, lanjut dia, menginginkan pernyataan Washington
tentang memerangi terorisme agar tidak bertentangan dengan tindakannya
di lapangan.
ANKARA
- Presiden Turki Tayyip Erdogan menuding Presiden Kurdi Irak, Masoud
Barzani telah melakukan pengkhianatan terhadap pemerintah Irak. Tudingan
ini dilontarkan karena Barzani menggelar referendum kemerdekaan dan
memperingatkan bahwa warga Kurdi Irak akan kelaparan saat Turki
melakukan blokade secara menyeluruh.
Pernyataan ini merupakan
pernyataan paling keras yang dilontarkan Erdogan tentang referendum di
wilayah Kurdi Irak. Turki melihat pemungutan suara tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional dan khawatir hal ini akan
mengobarkan separatisme di antara penduduk Kurdi sendiri.
"Sampai
saat terakhir, kami tidak mengharapkan Barzani melakukan kesalahan,
seperti mengadakan referendum. Tapi, tampaknya kami salah. Keputusan
referendum ini, yang telah diambil tanpa konsultasi, adalah
pengkhianatan," ucap Erdogan, seperti dilansir Reuters pada Selasa
(26/9).
Komisi Pemilihan Kurdi Irak menuturkan, 72 persen warga
Kurdi Irak memutuskan untuk terlibat dalam referendum kemerdekaan.
Berdasarkan perhitungan semantara, mayoritas warga memilih untuk merdeka
dari Irak. Proses penghitungan suara diprediksi akan selesai dalam
kurun waktu tiga hari ke depan.
"Hasil referendum diperkirakan
akan diketahui tiga hari mendatang. Sekitar 3.305.000 orang memberikan
suara mereka, terhitung 72% dari pemilih yang memenuhi syarat," kata
juru bicara Komisi Pemilihan KRG, Shirwan Zirar.
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi,
menolak berbicara dengan Kurdistan mengenai hasil referendum
kemerdekaan karena dianggap tidak sesuai konstitusi. (Kirill
Kudryavtsev/Pool)
Jakarta, CB --
Pemerintah Irak menolak berdialog dengan Kurdistan mengenai hasil
referendum kemerdekaan karena dianggap tidak sesuai konstitusi.
"Kami
tidak siap membahas atau berdialog mengenai hasil referendum itu karena
tidak sesuai dengan konstitusi," ujar Perdana Menteri Irak, Haider
al-Abadi, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (25/9).
Penolakan
ini disampaikan setelah hasil penghitungan sementara menunjukkan
sebagian besar suara jatuh ke pilihan "ya" atau merdeka.
Hasil
resmi referendum ini sendiri baru akan diumumkan 72 jam setelah
pemungutan suara berakhir pada Senin (25/9) pukul 18.00 waktu setempat.
Pemerintah Regional Kurdistan (KRG), yang mengelola wilayah semi-otonom
di bagian utara Irak, mengatakan referendum tersebut bakal memberikan
mereka mandat untuk mencapai kemerdekaan dari Irak.
Pergolakan di
Irak ini juga menjadi sorotan negara-negara tetangga karena banyak
orang Kurdi berdiam di Iran dan Turki. Kedua negara khawatir kemerdekaan
Kurdi di Irak dapat memperkuat pergerakan minoritas itu di negara
mereka.
Sehari sebelum pemungutan suara, Iran menutup wilayah
udara di daerah otonom Kurdistan. Turki pun menyebut referendum itu
tidak sah dan meminta negara-negara kawasan tidak mengakui hasil dari
"upaya tidak sah ini."
Ankara juga memperingatkan bahwa pihaknya bakal mengambil langkah hukum
untuk mencegah "elemen radikal dan teroris" dari upaya untuk
mengeksploitasi situasi ini dan mengganggu keamanan nasional.
Amerika
Serikat, Inggris, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga memperingatkan
KRG agar tidak menggelar referendum karena khawatir langkah itu bisa
menarik mereka dari operasi melawan kelompok teror ISIS.
WINA
- Duta besar (dubes) Indonesia Darmansjah Djumala, terpilih sebagai
Ketua Dewan Gubernur International Atomic Energy Agency (IAEA). Dia
menjadi petinggi badan atom dunia tersebut hingga setahun ke depan.
Dubes
Darmansjah menggantikan Dubes Tebogo Seokolo dari Afrika Selatan.
Pengumuman itu muncul di situs resmi IAEA, yang dikutip SINDOnews,
Selasa (26/9/2017).
Darmansjah merupakan Perwakilan Tetap
Indonesia untuk PBB dan Organisasi Internasional di Wina. Dia juga
merupakan Dubes Indonesia untuk Austria dan Slovenia.
Karier
sebagai diplomat sudah dijalani Darmansjah sejak puluhan tahun lalu. Dia
bergabung di Kementerian Luar Negeri sejak tahun 1985. Dia pernah
menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Kerja Sama Keuangan dan Ekonomi
Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo, Jepang, dari tahun 1988 sampai 1992.
Dia
juga pernah menjadi Perwakilan Tetap Indonesia untuk Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa dari tahun 1994 sampai 1996. Pada
tahun 1996 hingga 1998, Darmansjah menjabat sebagai Konsul Jenderal
Indonesia di New York. Kemudian tahun 2001-2003, dia menjabat sebagai
Perwakilan Tetap Indonesia untuk PBB di New York.
Di Eropa, Dubes
Darmansjah pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Misi di Belgia dari
tahun 2003 sampai 2005 dan sebagai Duta Besar untuk Polandia dari tahun
2010 sampai 2014.
Sebelum menjalankan tugasnya saat ini, Dubes
Darmansjah tercatat sebagai Kepala Sekretariat Presiden dari tahun 2015
sampai 2017.
Tak hanya menjadi diplomat, Darmansjah juga tercatat
sebagai dosen di sekolah pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
di Universitas Padjadjaran. Dia juga jadi dosen di Fakultas Strategi
Pertahanan di Universitas Pertahanan Nasional, Jakarta.
Selama
sesi pemilihan hari Kamis, 21 September 2017 di sidang pleno Konferensi
Umum IAEA, Dewan Gubernur IAEA juga memilih Wakil Ketua Liselotte
Kjærsgaard Plesner dari Denmark dan Wakil Ketua Andrej Benedejčič dari
Slovenia.
Sebelas negara telah terpilih menjadi anggota Dewan
Gubernur baru IAEA untuk periode 2017-2018. Ke-11 negara ini adalah
Armenia, Belgia, Cile, Indonesia, Yordania, Kenya, Republik Korea,
Portugal, Serbia, Sudan dan Republik Bolivarian Venezuela.
Sedangkan
komposisi lengkap Dewan IAEA terdiri dari 35 anggota. Yakni; Aljazair,
Argentina, Armenia, Australia, Belgia, Brasil, Kanada, Cile, Cina, Kosta
Rika, Pantai Gading, Denmark, Prancis , Jerman, India, Indonesia,
Italia, Jepang, Yordania, Kenya, Republik Korea, Belanda, Peru,
Portugal, Qatar, Federasi Rusia, Serbia, Singapura, Slovenia, Afrika
Selatan, Sudan, Uni Emirat Arab, Inggris Raya dan Irlandia Utara,
Amerika Serikat dan Republik Bolivarian Venezuela.
Rabat, Maroko (CB) - Organisasi Pendidikan, Sains dan
Kebudayaan Islam (ISESCO) pada Selasa (26/9) dengan keras mengecam
dugaan serangan pembakaran terhadap satu masjid di Swedia tengah.
ISESCO mendesak Pemerintah Swedia agar menjatuhkan hukuman berat
atas para pelaku perbuatan teroris tercela itu, yang dikatakan oleh
polisi sebagai serangan pembakaran.
Lembaga Islam tersebut juga menyeru Pemerintah Swedia agar memberi
perlindungan yang lebih besar buat masjid dan warganegara Muslim dari
kecenderungan Islamofobia, demikian laporan Xinhua.
Ditambahkannya, tuntutan itu adalah sejalan dengan resolusi PBB dan
lembaganya yang meminta semua negara dan rakyat bersikap toleran,
menolak penghinaan terhadap agama, dan melarang penistaan terhadap
kesucian agama.
Polisi Swedia mengatakan mereka menangkap seorang pria yang diduga
terlibat dalam pembakaran yang merusak sebagian bangunan masjid di
Orebro, 160 kilometer di sebelah barat Ibu Kota Swedia, Stockholm.
Beijing (CB) - China berharap bisa bekerja sama lebih erat
lagi dengan beberapa negara dan organisasi internasional di bidang
keamanan global.
Saat memberikan sambutan pembukaan Sidang Umum
ke-86 Interpol di Beijing, Selasa, Presiden Xi Jinping menganggap
pentingnya peran Interpol dalam penegakan hukum global, kerja sama
keamanan, dan pemberantasan kejahatan sebagaimana dikutip media resmi di
China.
Sejak menjadi anggota Interpol pada 1984, China telah berkomitmen
meningkatkan kerja sama dengan Interpol dan negara-negara anggota
organisasi kepolisian internasional tersebut serta berkontribusi pada
keamanan dan stabilitas dunia, demikian kata Xi.
Xi mendorong reformasi dan inovasi untuk meningkatkan penegakan
hukum global dan kerja sama keamanan yang saling menguntungkan.
"Negara-negara anggota harus mengadopsi konsep kebersamaan,
komperehensif, kooperatif, dan keamanan berkelanjutan serta sama-sama
tanggap terhadap setiap tantangan di bidang keamanan," kata Xi
sebagaimana dikutip Kantor Berita Xinhua.
Xi juga mendorong negara-negara anggota Interpol untuk mendukung
pengelolaan keamanan global lebih adil, rasional, dan efektif.
"Negara-negara dan organisasi internasional harus lebih bertanggung
atas pengelolaan sistem keamanan, sedangkan organisasi nonpemerintahan
dan masyarakat madani didorong kerja samanya dengan mereka," ujarnya
sebagaimana dikutip Global Times.
Presiden China berjanji akan mendukung Interpol yang dalam lima
tahun ke depan akan meningkatkan pengaruh dan kepemimpinannya secara
global.
Presiden Interpol sekaligus Wakil Menteri Keamanan Publik China,
Meng Hongwei, memimpin acara pembukaan Sidang Umum Interpol itu.
Para peserta dari 158 negara, termasuk Indonesia yang mengirimkan
41 delegasi, bertemu di ajang tersebut mulai Selasa hingga Jumat (29/9).
Interpol yang bermarkas di Lyon, Prancis, itu merupakan organisasi
internasional terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan
jumlah anggota 190 negara.
Pengungsi
Rohingya di Teknaf yang berada di depat perbatasan Bangladesh-Myanmar
mengerumuni bantuan makanan cepat saji dari pemerintah dan rakyat
Indonesia, Rabu 20 September 2017. (KBRI Bangladesh)
Jenewa (CB) - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi secara
pribadi harus bertemu dengan warga minoritas Muslim Rohingya yang
menjadi sasaran penganiayaan oleh militer, demikian bunyi pernyataan
yang dikeluarkan kelompok ahli hak asasi manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada Selasa.
Myanmar menolak tuduhan PBB bahwa pasukannya terlibat dalam
pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya sebagai tanggapan atas
serangan terkoordinasi militan Rohingya terhadap pasukan keamanan pada
25 Agustus.
Serangan militer tersebut telah membuat hampir 430 ribu warga
Rohingya melarikan diri dan mengungsi ke Bangladesh, menurut pernyataan
tujuh pejabat PBB. Mereka menyertakan laporan khusus tentang hak asasi
manusia di Myanmar, mengenai isu-isu minoritas dan rasisme.
"Kami mengimbau Aung San Suu Kyi untuk menemui warga Rohingya secara pribadi," kata pejabat tersebut dalam pernyataannya.
Mereka mengatakan bahwa pelaksanaan janji Suu Kyi untuk mengatasi
krisis tersebut, termasuk bahwa pelaku akan dimintai pertanggungjawaban,
akan menjadi "isyarat kosong" karena begitu banyak etnis Rohingya yang
telah melarikan diri.
Suu Kyi merupakan pemenang hadiah Nobel Perdamaian yang
pemerintahannya berkuasa pada tahun lalu dalam transisi hampir 50 tahun
pemerintahan militer. Dia telah mengecam pelanggaran hak asasi manusia,
namun tekanan internasional terhadapnya semakin meningkat dan muncul
seruan agar hadiah Nobel-nya ditarik.
Suu Kyi hanya memiliki sedikit kendali atas pasukan keamanan di
bawah konstitusi rancangan militer, yang juga melarangnya menjadi
presiden dan memberikan hak veto militer atas reformasi politik,
demikian Reuters melaporkan.
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi. (UNHCR)
Dhaka (CB) - Bangladesh tidak boleh memaksa muslim
Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar untuk pindah ke kamp-kamp di
pulau terpencil, kata kepala badan pengungsi Perserikatan-Bangsa-Bangsa
(PBB) pada Senin (25/9).
Otoritas meningkatkan upaya untuk
pemindahan muslim Rohingya ke pulau di Teluk Benggala sejak lonjakan
baru setelah total 436.000 pengungsi sudah tiba sejak 25 Agustus.
Komisioner
Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan Perdana Menteri
Sheikh Hasina telah menyinggung rencana relokasi itu ketika mereka
bertemu pada Juli.
Sudah ada 300.000 pengungsi Rohingya di kamp dekat perbatasan Cox's Bazar sebelum gelombang kedatangan pengungsi terbaru mulai.
Namun
dia menegaskan bahwa pemindahan dari kamp-kamp ke Pulau Bhashan Char -
yang juga disebut Thengar Char - "harus dilakukan secara sukarela oleh
pengungsi itu sendiri."
"Kita tidak bisa memaksa orang-orang
pergi ke tempat itu. Jadi pilihan untuk jangka menengah, katakanlah -
saya tidak ingin berbicara tentang jangka panjang - juga harus sesuatu
yang bisa diterima oleh orang-orang yang pergi ke sana," katanya.
"Jika tidak, itu tidak akan berhasil. Jika tidak, orang-orang tidak akan pergi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
PBB
memuji Bangladesh karena menampung warga Rohingya yang menyelamatkan
diri dari operasi militer di Myanmar dan meminta masyarakat
internasional membantu otoritas di sana.
"Baik untuk berpikir
maju. Orang-orang ini (Rohingya) mungkin tidak bisa kembali segera dan
populasinya sekarang sudah mengganda," kata Grandi dalam konferensi pers
di Dhaka.
Kepala UNHCR mengatakan lembaganya siap membantu rencana pemindahan pengungsi ke pulau dengan satu studi teknis.
"Itu yang siap kami berikan. Kami belum menyampaikannya karena saya belum melihat pilihan konkret di atas kertas."
Pulau
kecil di muara sungai Meghna yang akan digunakan untuk pengungsi bisa
ditempuh dalam waktu satu jam menggunakan perahu dari Sandwip, pulau
berpenghuni terdekat, dan dua jam dari Hatiya, salah satu pulau terluas
Bangladesh.
Pemerintah sudah menugaskan angkatan laut
menyiapkannya untuk pengungsi Rohingya. Dua helipad dan satu jalan kecil
sudah dibangun.
Otoritas pertama mengusulkan pembangunan hunian
untuk Rohingya pada 2015, karena kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar
sudah kelebihan kapasitas.
Namun rencana itu ditunda
pelaksanaannya tahun lalu di tengah laporan-laporan mengenai pulau
berlumpur yang baru muncul dari laut tahun 2006 itu, yang disebut tidak
bisa dihuni karena sering kena banjir pasang surut.
Dalam
beberapa pekan terakhir, Bangladesh meminta dukungan internasional untuk
memindahkan Rohingya ke pulau itu sementara negara miskin itu berjibaku
menhadapi gelombang pengungsi baru.
Lebih dari 436.000 pengungsi
dari Rakhine State di Myanmar sudah menyeberangi perbatasan menuju
Bangladesh sejak 25 Agustus, ketika operasi militer dilancarkan menyusul
serangan militan Rohingya.
Tidak ada cukup makanan, air atau
obat di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh yang jalanannya penuh
kotoran manusia, membuat PBB mengkhawatirkan penularan penyakit serius.
PBB serukan dukungan lebih banyak buat pengungsi Rohingya dari Myanmar
Dokumentasi
Bantuan Pangan Untuk Rohingya. Petugas mengawasi truk pengangkut
kontainer berisi beras bantuan yang menunggu bongkar muat ke KM Cimbria
di dermaga internasional PT Terminal Petikemas Surabaya (PT TPS),
Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/9/2017). Sekitar 2.000 ton beras yang
terkumpul dari masyarakat itu dikirim oleh organisasi nirlaba Aksi Cepat
Tanggap (ACT) bekerjasama dengan PT TPS dan PT Samudra Indonesia untuk
pengungsi Rohingya di perbatasan antara Myanmar dan
Bangladesh.(ANTARA/Didik Suhartono) ()
Penyelesaian bagi krisis ini terletak di dalam Myanmar."
Jenewa, Swiss (CB) - Badan pengungsi PBB pada Senin (25/9)
menyerukan peningkatan dukungan buat sebanyak 436.000 pengungsi
Rohingya yang menyelamatkan diri dari Myanmar ke Bangladesh pada
Agustus.
Pada saat yang sama Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi memuji
rakyat dan Pemerintah Bangladesh atas keramah-tamahann mereka, lapor
Xinhua.
Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi Filippo Grandi mengatakan
kondisi pengungsi masih menyedihkan, dan upaya bantuan kemanusiaan dapat
mengalami kemerosotan dramatis jika bantuan tidak secepatnya
ditingkatkan.
Grandi melakukan kunjungan ke Kamp Pengungsi Kutupalong dan daerah
lain perbatasan tempat pengungsi membuat tempat berteduh sendiri di
sebidang kecil tanah, demikian laporan Xinhua. Kendati dukungan mengalir
dari masyarakat lokal, "banyaknya arus orang yang menyelamatkan diri
dengan cepat mengalahkan kemampuan untuk memberi tanggapan, dan situasi
masih belum stabil", katanya.
Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) sejauh ini mengirim
tiga pesawat yang berisi barang bantuan ke Bangladesh, dan akan
membagikan alat berteduh sementara, peralatan dapur dan lampu surya.
Satu lokasi yang diatur dengan sumber air, kebersihan dan instalasi lain
telah didirikan untuk mencatat pengungsi baru. Lembaga lain
internasional dan organisasi non-pemerintah juga berada di lapangan dan
memainkan peran penting.
Grandi tiba di Bangladesh pada Sabtu (23/9) dan telah mengunjungi
daerah di sekitar Coxs Bazar, tempat badan pengungsinya telah mendukung
pemerintah dalam mengelola dua kamp resmi sejak 1992.
Selama bertahun-tahun, jumlah pengungsi yang terdaftar di kedua kamp
tersebut naik-turun dan sekarang berjumlah sebanyak 33.000. Sebelum
arus pengungsi paling akhir, juga ada sebanyak 300.000 pengungsi
Rohingya yang tak terdaftar dan tinggal di daerah itu. Mereka
meninggalkan Myanmar selama bertahun-tahun.
"Penyelesaian bagi krisis ini terletak di dalam Myanmar," kata
Grandi. "Tapi untuk sekarang, pusat perhatian kita harus pada
peningkatan dukukungan dramatis buat mereka yang sangat memerlukannya."
Menurut UNHCR, penindasan pada akhir Agustus oleh militer Myanmar
sebagai reaksi atas serangan oleh gerilyawan Rohingya telah mendorong
sangat banyak pengungsi dari masyarakat Muslim tanpa negara ke seberang
perbatasan.
Kerusuhan telah menyebar krisis kemanusiaan di kedua pihak
perbatasan, dan memberi tekanan kuat global pada pemimpin Myanmar Aung
San Suu Kyi untuk mengutuk aksi bersenjata itu.
Pemimpin
Hamas Ismail Haniyeh saat memperhatikan aksi duduk mendukung tahanan
Palestina yang menjalani mogok makan di penjara Israel, di Kota Gaza,
Senin (8/5/2017). (REUTERS/Mohammed Salem)
Kota Gaza (CB) - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Senin
(25/9) berikrar bahwa gerakannya ingin mewujudkan rekonsiliasi internal
dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Haniyeh menyampaikan pernyataan itu selama pertemuan antara
sekelompok pemimpin senior Hamas dengan Koordinator Khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa Nikolay Mladenov di Markas Hamas di Kota Gaza.
"Hamas bersungguh-sungguh ingin mencapai perujukan dan akan terus
berusaha sampai itu berubah menjadi kenyataan yang bisa menyentuh setiap
orang," kata Haniyeh kepada Mladenov,
Ia menambahkan, "Itu pengantar untuk perdebatan semua masalah besar politik dan mencapai tujuan rakyat kami."
Selain
Haniyeh, pemimpin Hamas Gaza Yehya Sinwar dan dua pemimpin tinggi Hamas
lainnya, Nizar Awadallah dan Salah el-Bardaweel, juga menghadiri
pertemuan dengan Mladenov.
Para pemimpin Hamas memberi penjelasan kepada pejabat dunia tersebut
mengenai perincian dialog yang mereka selenggarakan di Ibu Kota Mesir,
Kairo, dengan para pejabat Mesir selama 11 hari dan deklarasi
akhir mereka mengenai pembubaran komite pemerintahan yang dibentuk Hamas untuk menangani urusan sehari-hari di Jalur Gaza.
Haniyeh mengapresiasi dukungan Mladenov terhadap rekonsiliasi internal Palestina.
Mladenov memuji deklarasi para pemimpin Hamas sebagai satu langkah di jalur yang benar.
"Semua pihak internasional yang saya temui di New York menyambut
pernyataan Hamas mengenai pembubaran komite tersebut," kata Mladenov
kepada Haniyeh dan anggota lain delegasi Hamas.
Sementara Sinwar mengatakan kepada Mladenov bahwa Hamas akan
menyediakan semua fasilitas yang mungkin untuk menyukseskan kunjungan
menteri pemerintah konsensus ke Jalur Gaza pekan depan di semua tingkat.
Ia menekankan keputusan Hamas "ialah untuk keberhasilan upaya Mesir,
memperoleh kembali persatuan rakyat kami dan mengakhiri status
perpecahan internal".
"Kami akan melancarkan semua upaya yang mungkin sehubungan dengan ini," kata dia sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Markas Besar Kepolisian Internasional (International Police/Interpol) di Prancis. (AFP)
Beijing (CB) - Sidang Umum Interpol di Beijing, China,
pada 26-29 September 2017 mengagendakan pemilihan ketua komite eksekutif
organisasi tersebut.
Untuk memilih ketua komite eksekutif, setiap negara anggota berhak
mendapatkan satu suara, demikian laman Interpol yang dipantau Antara di
Beijing, Selasa.
Selain pemilihan ketua komite eksekutif, sidang umum ke-86 tersebut
juga akan menetapkan dua anggota baru, yakni Palestina dan Kepulauan
Solomon.
Sebelumnya ada tiga negara yang melamar menjadi anggota baru badan polisi internasional tersebut.
Namun Kosovo tiba-tiba menarik permohonan menjadi anggota setelah
ada beberapa negara yang menolaknya, termasuk Indonesia, karena tidak
mengakui kedaulatan negara tersebut.
Di ajang pertemuan tersebut juga digelar pameran peralatan penegakan hukum berteknologi mutakhir.
Para delegasi dari 190 negara juga akan bertukar pengalaman mengenai penegakan hukum di negara masing-masing.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia mengirimkan 41 delegasi dari berbagai unsur dan instansi penegakan hukum.
Pada pertemuan serupa tahun lalu di Bali Kepala Badan Keamanan Laut
China Meng Hongwei terpilih sebagai Presiden Interpol periode
2016-2020.
Interpol yang berkantor pusat di Lyon, Prancis, merupakan
organisasi antarpemerintah yang memfasilitasi kerja sama di bidang
penegakan hukum di 190 negara anggota.
Manila (CB) - Insiden penembakan di kompleks istana
kepresidenan Filipina yang menjadi kediaman resmi Presiden Rodrigo
Duterte masih diselidiki menurut juru bicara presiden pada Selasa.
Insiden
itu terjadi di kamp pasukan keamanan elite di dalam kompleks
kepresidenan yang mencakup kediaman resmi Duterte, kata juru bicara
Ernesto Abella.
Abella menolak mengungkapkan apakah Duterte
berada di istana saat insiden atau memberikan penjelasan rinci mengenai
kejadian itu.
"Masih diselidiki dan sifat situasinya perlu diklarifikasi," kata Abella kepada para reporter.
"Kami tidak tahu situasi pasti dari insiden ini," katanya.
Ketika ditanya di mana Duterte saat insiden terjadi, Abella mengatakan "kami tidak punya informasi mengenai itu."
Kelompok pengamanan presiden secara terpisah menyatakan mereka akan menyampaikan keterangan nanti.
Duterte,
yang berasal dari Davao, mengatakan dia tidak suka tinggal di kompleks
kepresidenan dan sering kembali ke kota asalnya pada akhir pekan.