Sebuah
serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) di
Afghanistan dilaporkan telah menewaskan 10 orang polisi Afghanistan.
Foto/Istimewa
KABUL - Sebuah
serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) di
Afghanistan dilaporkan telah menewaskan 10 orang polisi Afghanistan.
Serangan itu terjadi di provinsi Helmand, salah satu wilayah paling
bergejolak di Afghanistan.
Insiden tersebut terjadi di
distrik Grishk, dimana pasukan Afghanistan terlibat dalam bentrokan
sengit dengan Taliban selama beberapa hari terakhir ini.
PasukanAS-Afghanistan (USFOR-A) telah mengakui insiden mematikan
tersebut.
"Selama AS mendukung operasi Pertahanan
Nasional dan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF), serangan udara
mengakibatkan kematian pasukan Afghanistan yang bersahabat, yang
berkumpul di sebuah kompleks. Kami telah memberitahu pejabat Afghanistan
tentang insiden ini," kata USFOR-A.
"Investigasi akan
dilakukan untuk menentukan keadaan spesifik yang menyebabkan kejadian
ini," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu
Agency pada Minggu (23/7).
Terletak di selatan dari
tempat kelahiran Taliban yakni Kandahar, Helmand tetap menjadi salah
satu provinsi yang paling tidak aman di Afghanistan dengan militan yang
mengendalikan petak tanah yang luas.
Awal pekan ini,
Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) yang didukung oleh kekuatan
udara AS berhasil merebut kembali distrik Nawa y di Helmand, setelah
lebih dari setahun diduduki oleh Taliban.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Daily Sabah
ISTANBUL
- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, dunia Islam jangan
bisu di tengah pelanggaran pasukan Israel yang sedang berlangsung di
kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Dalam konferensi pers
di Bandara Ataturk Istanbul sebelum menuju ke Arab Saudi pada hari
Minggu, Erdogan mendesak pasukan keamanan Israel untuk menghindari
penggunaan kekerasan. Dia juga mendesak pasukan Israel bertindak sesuai
dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
”Al-Aqsa
bukan hanya milik orang-orang Palestina, namun juga dihormati dan
dianggap sebagai tempat suci oleh 1,7 miliar muslim di seluruh dunia,”
kata Presiden Erdogan.
”Saat puncak pertemuan Organisasi
Kerjasama Islam (OKI), saya menyerukan Israel sekali lagi untuk
bertindak sesuai dengan hukum (internasional) dan nilai-nilai dasar
manusia. Saya ingin menggarisbawahi sekali lagi bahwa (Israel) harus
menghindari langkah-langkah yang akan semakin meningkatkan ketegangan,”
katanya, yang dikutip dari Daily Sabah, Senin (24/7/2017).
“Turki
akan terus bekerja untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut dan
mendukung perjuangan saudara Palestina untuk kebebasan dan keadilan,”
lanjut pemimpin Turki ini.
”Kami tidak menganggap tepat bagi
saudara-saudara kami untuk mengalami masalah dan tekanan dalam bentuk
apapun dan kami sangat sedih dengan insiden terbaru.”
”Dunia
Islam tidak diharapkan untuk tidak responsif terhadap pembatasan Al-Aqsa
dan penghinaan terhadap kehormatan umat Islam. Dengan demikian, Turki
telah menunjukkan reaksinya dengan fasih,” imbuh Erdogan.
Erdogan
mengaku telah melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Palestina
Mahmoud Abbas dan Presiden Israel Reuven Rivlin mengenai pelanggaran
hak-hak warga Palestina oleh pemerintah Israel. Erdogan juga berbicara
dengan mitranya dari Prancis, Emmanuel Macron, mengenai krisis Al-Aqsa
pada hari Sabtu lalu.
Pasukan keamana Israel menutup Masjid
Al-Aqsa setelah dua polisi Israel tewas dalam serangan pria bersenjata
di kompleks situs suci itu pada 14 Juli 2017. Dua hari kemudian, Israel
membuka masjid dengan memasang detektor logam yang memicu kemarahan
warga muslim Palestina.
Pemasangan detektor logam itu telah
memicu demo besar-besaran yang berujung pada konfrontasi antara warga
Palestina dan pasukan Israel. Total lebih dari 900 warga Palestina
terluka akibat tindakan keras pasukan Israel di kompleks masjid suci
selama beberapa hari terakhir.
Sekjen
PBB Antonio Guterres mengutuk aksi kekerasan tentara pendudukan Israel
dan menyerukan dilakukannya penyelidikan. Foto/Istimewa
NEW YORK
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, dia sangat
menyesalkan pembunuhan tiga orang Palestina yang dipicu amarah karena
pembatasan Israel di kompleks masjid al-Aqsa di Jerusalem. Bahkan, salah
satu korban tewas ditembak oleh seorang pemukim Israel.
Guterres
mengutuk pembunuhan tersebut dan menyerukan penyelidikan, beberapa jam
setelah demonstrasi massa oleh orang-orang Palestina di sekitar lokasi
situs suci itu menjadi sangat mematikan seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (23/7/2017).
Dia
mendesak para pemimpin Israel dan Palestina untuk menahan diri dari
tindakan yang dapat terus meningkatkan situasi yang mudah berubah di
Kota Tua Jerusalem. Ia mengatakan bahwa situs keagamaan harus menjadi
ruang untuk refleksi, bukan kekerasan.
Mengutip Guterres, juru
bicara wakil PBB Farhan Haq mengatakan bahwa organisasi tersebut
memahami masalah keamanan yang sah. Namun di sisi lain penting bahwa
status quo di lokasi tetap dipertahankan.
Pasukan keamanan Israel
dengan represif menyerang demonstran, menembaki mereka dengan peluru,
gas air mata dan peluru karet. Warga Palestina melakukan demonstrasi
menentang tindakan pembatasan, yang mencakup pembatasan laki-laki Muslim
di bawah usia 50 tahun dari tempat suci dan instalasi detektor logam.
Israel
memperketat cengkeramannya di kompleks tersebut pada 14 Juli setelah
dua petugas keamanan Israel tewas dalam serangan yang diduga dilakukan
oleh tiga warga Palestina, yang dibunuh oleh polisi Israel setelah
terjadi kekerasan.
Amuk Pasukan Israel di Al-Aqsa Sudah Lukai Lebih dari 900 Warga Palestina
Pasukan
polisi keamanan Israel siaga di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa
sejak ketegangan dengan warga Palestina pecah di situs suci itu.
Foto/REUTERS/Ammar Awad
YERUSALEM
- Lebih dari 900 warga Palestina telah terluka akibat tindakan keras
pasukan Israel dalam 10 hari terakhir di kompleks Masjid Al-Aqsa. Data
ini dirilis Bulan Sabit Merah Palestina.
Rumah sakit di Palestina
yang sudah kewalahan menampung pasien, khawatir akan terus kebanjiran
pasien korban luka dan jiwa jika ketegangan terus terjadi di kompleks
situs suci di Yerusalem Timur tersebut.
Menurut pihak rumah
sakit, sebagian besar korban luka ditimbulkan oleh peluru pasukan
Israel. Kelompok hak asasi manusia internasional mengutuk penggunaan
peluru oleh pasukan Israel.
Muhamad Ismeal, 39, yang saat ini
dirawat di Rumah Sakit Al Maqassid di Yerusalem Timur, diduga ditembak
pasukan Israel dengan granat setrum di kepala. Hal itu membuatnya hilang
ingatan.
”Dia tidak cacat, tapi sekarang lihat dia, dia tidak
bisa mengenali siapapun, sepertinya dia kehilangan ingatannya,” kata
Muataz Ismeal, saudara pasien, kepada Al Jazeera, Senin (24/7/2017).
Suleiman Turukman, dokter yang menangani kasus Mohammed, mengatakan bahwa dia takut akan kehidupan pasiennya.
”Kondisinya
serius, dia hampir meninggal, sekarang dia membaik, tapi bingung dan
tidak bisa mengenali keluarganya karena trauma,” ujarnya.
Bentrokan
antara warga Palestina dengan pasukan Israel dipicu penutupan kompleks
Masjid Al-Aqsa oleh pasukan keamanan Israel setelah tiga penyerang
bersenjata menewaskan dua polisi Israel.
Pihak keamanan Israel
membuka kompleks masjid itu dua hari kemudian namun dengan memasang
detektor logam di pintu masuk kompleks situs suci. Aturan itu membuat
bentrokan terus berlanjut.
Orang-orang Palestina melihat langkah
tersebut merupakan usaha Israel untuk memperluas kontrolnya di kompleks
Masjid Al-Aqsa yang dikelola oleh warga muslim.
Pada hari
Minggu, Israel memasang kamera keamanan baru di lokasi yang sama.
Tindakan ini kembali memicu kemarahan warga muslim Palestina.
Hussein Da'na, 76, seorang warga Palestina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia menolak kamera yang dipasang pihak Israel karena merugikan orang-orang Palestina secara lebih jauh.
”Kamera ini dibuat untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang dilarang memasuki Masjid al-Aqsa,” kata Da'na.
”Kami salat setiap pagi di sini dan polisi menyerang kami, saya berniat
untuk terus salat di sini sampai Israel menghapus semua aturan yang baru
itu,” ujarnya.
Kepala Badan Pertahanan Israel untuk Urusan Sipil
Palestina, Mayor Jenderal Yoav Mordechai, mengatakan bahwa Israel
terbuka terhadap alternatif untuk menurunkan ketegangan.
”Satu-satunya
yang kami inginkan adalah memastikan tidak ada yang bisa masuk dengan
senjata lagi dan melakukan serangan lagi,” katanya. ”Kami bersedia
mengkaji alternatif detektor logam selama solusi alternatif yang ada
memastikan pencegahan terhadap serangan berikutnya.”
Namun, Mufti Yerusalem Sheikh Muhammad Hussein, mengatakan kepada Voice of Palestine, bahwa dia menuntut pengembalian aturan lama secara penuh sebelum adanya serangan awal di tempat suci tersebut.
Sementara
itu, penasihat utama Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Majdi Khaldi,
mengatakan bahwa serangkaian konsultasi diplomatik dengan berbagai
negara Arab sedang dilakukan untuk meredam ketegangan di Yerusalem.
Negara-negara yang diajak konsultasi oleh Palestina itu antara lain
Yordania, Arab Saudi, Mesir, Maroko dan negara Arab lainnya.
Kelompok aktivis Inggris, Sahabat al-Aqsa, menggelar doa bersama yuntuk keselamatan Masjid al-Aqsa. Foto/Ilustrasi/Istimewa
LONDON
- Kelompok aktivis Inggris, Sahabat al-Aqsa, memanggil semua orang
untuk berdoa untuk keselamatan Masjid al-Aqsa. Aksi itu muncul sebagai
reaksi atas tindakan brutal tentara pendudukan Israel terhadap warga
Israel yang melakukan aksi protes di dekat kompleks Masjid al-Aqsa.
Doa
yang dipersembahkan untuk Al-Aqsa akan berlangsung pada hari Senin
(24/7/2017) saat salat Subuh di 16 kota di Inggris, termasuk Bolton,
Bradford, Coventry, Edinburgh, Glasgow, Huddersfield, Leicester, Luton,
Manchester, Newcastle, dan Sheffield.
Dengan berlanjutnya
pelanggaran oleh pasukan Israel, Sahabat of Al-Aqsa meminta semua orang
untuk menghadiri acara ini atau mengadakan acara serupa di wilayah
mereka seperti dikutip dari Middle East Monitor.
Sementara
itu, Paus Francis menggunakan misa hari Minggu untuk berbicara mengenai
kekerasan di Yerusalem dan meminta dialog dan moderasi untuk membantu
memulihkan perdamaian. Delegasi PBB Swedia, Mesir dan Prancis meminta
sebuah sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas masalah
tersebut, yang akan diadakan besok.
Liga Arab juga akan
mengadakan pertemuan darurat pada hari Rabu untuk membahas agresi Israel
yang mengganggu status quo dari situs tersuci ketiga umat Islam itu.
Sementara
itu, imam veteran Masjid Al-Aqsa dan mantan Grand Mufti, Sheikh Ikrima
Sabri, mengatakan pada hari Jumat bahwa negara-negara Arab terlalu sibuk
bertengkar ketimbang khawatir tentang Tempat Suci yang Mulia.
Tiga
orang Israel ditikam sampai mati dalam sebuah pemukiman ilegal di Tepi
Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat. Aksi penikaman itu terjadi
beberapa jam setelah tiga orang Palestina terbunuh dalam kekerasan yang
dipicu oleh instalasi detektor logam Israel pada titik masuk ke kompleks
Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem.
Demonstran Pro Palestina menyambangi kedutaan Israel di London. Foto/Istimewa
LONDON
- Demonstran Pro-Israel dan pro-Palestina melakukan aksi demonstrasi di
luar kedutaan Israel di London, Inggris. Aksi saling bertentangan itu
dilakukan setelah Israel memperluas langkah-langkah keamanan bagi warga
Palestina yang ingin beribadah di Masjid al-Aqsa.
Demonstran
pro-Palestina terlihat membakar bendera Israel dalam sebuah video yang
berhasil direkam. Mereka juga memegang spanduk bertuliskan "Selamatkan
al-Aqsa" dan meneriakkan "Malu terhadap Anda!" kepada Israel dan
pendukung mereka.
Sedangkan di sisi pro-Israel, yang tampaknya
jauh lebih kecil, secara diam-diam mengangkat bendera Israel sebagai
tanggapan seperti dikutip dari Russia Today, Senin (24/7/2017).
Pada
satu titik, seorang anak memperlihatkan menendang dan melompat ke
sebuah bendera Israel sebelum dia diberitahu oleh seorang petugas
polisi.
Polisi membuat kedua kelompok pemrotes terpisah, dan
kedua aksi bertolak belakang itu berakhir tanpa ada insiden atau
kekerasan serius.
Sebuah bendera kelompok militan Libanon, Hizbullah, juga terlihat pada demonstrasi tersebut.
Protes
tersebut mengikuti perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
untuk meningkatkan keamanan dan memasang detektor logam di al-Aqsa,
menyusul baku tembak di masjid tersebut yang menyebabkan kematian dua
petugas polisi Israel dan tiga warga Palestina.
Kekerasan lebih
lanjut terjadi, dengan jamaah Palestina bentrok dengan polisi pada hari
Jumat. Tiga orang jamaah Palestina tewas oleh pasukan keamanan Israel.
Selama
minggu lalu, orang-orang Palestina telah melakukan salat di luar masjid
al-Aqsa sebagai bentuk protes. Mereka menolak untuk pertama kali
melewati detektor logam untuk memasuki kawasan masjid utama.
Otoritas Palestina juga membekukan semua kontak dengan pemerintah Israel karena perselisihan tersebut.
"Dewan
Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan untuk segera membahas bagaimana
seruan untuk de-eskalasi di Yerusalem dapat didukung," cuit Duta Besar
Swedia untuk PBB, Carl Skau, di Twitter.
Protes Aksi Brutal Israel, Ratusan Orang Berdemo di Jalanan London
Ratusan orang memadati jalanan kota London, Inggris untuk memprotes kebrutalan Israel di komplek al-Aqsa. Foto/AA
LONDON - Ratusan
orang memadati jalanan kota London, Inggris untuk memprotes kebrutalan
Israel di komplek al-Aqsa. Mayoritas mereka yang ikut dalam aksi protes
tersebut adalah warga Inggris keturunan Palestina.
Protes
yang berlangsung di depan Kedutaan Besar Israel di London itu diiniasi
oleh Forum Palestina di Inggris. Forum Palestina mengatakan, mereka
mengadakan demonstrasi untuk menarik perhatian dunia atas agresi Israel
di Yerusalem.
Beberapa pemrotes memasang plakat
bertuliskan "Selamatkan al-Aqsa" dan "Bebaskan Palestina" dan beberapa
lainnya meneriakkan slogan-slogan anti-Israel. "Israel adalah negara
teror", dan "Serahkan al-Aqsa", pekik para peserta aksi.
Melansir
Anadolu Agency pada Minggu (23/7), kelompok pro-Israel kecil juga
berkumpul di depan kedutaan. Namun, polisi Inggris mengarahkan mereka ke
bagian belakang bangunan saat ketegangan antara kelompok-kelompok
tersebut meningkat.
Sementara itu, terkait situasi di
komplek al-Aqsa, Dewan Keamanan (DK) PBB akan bertemu pada Senin esok
untuk membahas mengenai hal ini. Pertemuan ini adalah inisiatif dari
Swedia, Mesir, dan Prancis. Swedia dan Prancis adalah dua pendukung
utama Palestina di Eropa.
Kepala
Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford,menyebut Rusia bukan lagi
ancaman tunggal terbesar bagi Washington. Foto/Istimewa
WASHINGTON
- Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) tidak lagi percaya
bahwa Rusia dapat menjadi ancaman tunggal keamanan nasional Washington.
Korea Utara (Korut), Iran, dan China juga berada di puncak daftar
ancaman.
Saat menjalani uji kelayakan untuk jabatannya saat ini,
Jenderal Joseph Dunford menggambarkan Rusia sebagai ancaman terbesar
bagi keamanan nasional AS. Ia mengatakan bahwa perilaku Moskow sangat
mengkhawatirkan.
Dua tahun kemudian, Dunford menilai kembali
analisis awalnya dan mengatakan ada aktor lain yang mengancam keamanan
nasional AS. Ia pun menyebut Korut sebagai tantangan nomor satu.
"Saya
mengatakan pada saat itu dari perspektif aktor negara itu adalah Rusia,
dan saya mengatakan bahwa karena kemampuan nuklir dan kemampuan cyber
mereka," Dunford mengatakan pada sebuah forum keamanan baru-baru ini di
Aspen, Colorado, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (23/7/2017).
Namun, dia mengatakan bahwa saat ini militer AS tidak bisa mengkhususkan diri untuk memilih satu tantangan.
"Saya
hanya ingin memasukkannya ke dalam konteks, jika saya mengatakan bahwa
Rusia adalah ancaman terbesar - ini adalah salah satu ancaman yang kita
hadapi saat ini dan kemampuan militer yang paling kapabel," Dunford
mengatakan.
Pada saat yang sama, Dunford menunjukkan bahwa
Washington menghadapi ancaman Iran "setiap hari," walaupun Korut saat
ini merupakan tantangan terbesar Amerika.
"Jelas, Korut hari ini dari perspektif urgensi akan menjadi tantangan nomor satu kita," kata Kepala Staf Gabungan itu.
Pertarungan
melawan ekstrimisme serta beberapa tantangan keamanan di Pasifik dengan
China yang meningkat juga menjadi daftar utama ancaman keamanan AS.
Untuk melawan Rusia, Jenderal Marinir AS itu mengusulkan pengembangan kemampuan pencegah nuklir dan konvensional.
"Ketika
saya melihat Rusia, pertama dan terutama kita harus bisa mencegah
perang nuklir. Kedua, kita harus bisa mencegah perang konvensional,"
katanya.
AS menyatakan, jika Turki benar-benar membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, hal itu akan menjadi perhatian utama AS. Foto/Istimewa
WASHINGTON - Kepala
Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Joseph Dunford menyatakan, jika
Turki benar-benar membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, hal
itu akan menjadi perhatian utama AS.
"Ada laporan media
yang tidak benar, mereka belum membeli sistem pertahanan udara S-400
dari Rusia. Itu akan menjadi kekhawatiran, apakah mereka melakukan itu,
tapi mereka belum melakukannya," kata Dunford, seperti dilansir Sputnik
pada Minggu (23/7).
Pada Apil lalu, Menteri Pertahanan
Turki Fikri Isik pada mengatakan, perundingan Turki dengan Rusia untuk
pembelian sistem rudal pertahanan udara canggih S-400 telah mencapai
tahap akhir.
Negosiasi Turki dan Rusia untuk pembelian
sistem anti-rudal S-400 terungkap sejak bulan November tahun lalu. Turki
mulai melirik tameng rudal mutakhir Moskow itu setelah pada tahun 2015
Ankara membatalkan kontrak pembelian sistem anti-rudal FD-2000 China
senilai USD3,4 miliar.
Turki membatalkan kontrak karena Beijing enggan mentransfer teknologi beserta peralatannya. Langkah
Turki yang memilih senjata canggih Rusia itu sedari awal memang telah
memicu kekhawatiran di antara anggota NATO lainnya. Sebab, senjata itu
tidak sesuai dengan peralatan yang digunakan oleh NATO.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
(kanan) memberi ultimatum untuk Israel agar segera mencopot detektor
logam di Masjid Al-Aqsa. (OIC-ES2016/Panca Syurkani)
Jakarta, CB --
Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutus koordinasi
keamanan dengan Israel untuk mendesak pencopotan detektor logam di
Masjid Al-Aqsa.
Keberadaan gerbang pendeteksi yang dipasang
sebagai respons atas pembunuhan dua polisi Israel itu telah memicu
bentrokan berdarah yang memakan banyak korban luka dan merenggut nyawa.
"Jika
Israel ingin koordinasi keamanan untuk dimulai kembali, mereka harus
menarik langkah tersebut," kata Abbas dalam pidato yang dikutip Reuters, Senin (24/7), merujuk pada pemasangan alat itu. "Mereka pasti tahu pada akhirnya akan kalah, karena sudah menjadi tugas
kami untuk mempertahankan keamanan di sisi kami di sini dan di sisi
mereka."
Bentrokan tersebut dimulai pada Jumat, ketika pasukan
keamanan Israel menembak mati tiga demonstran. Kepolisian Israel
menyatakan tengah menginvestigasi peristiwa yang diungkap oleh otoritas
medis Palestina itu.
Di hari yang sama, seorang warga Palestina
menikam tiga orang Israel di Tepi Barat setelah bersumpah di Facebook
akan mengangkat pisau demi Al-Aqsa.
Sementara seorang warga
Palestina tewas di Yerusalem pada Sabtu, ketika alat peledak yang sedang
dia rakit meledak sebelum waktunya, kata militer Israel. Petugas medis
Palestina menyebut korban tewas karena terkena serpihan di bagian dada
dan perut.
Gilad Erdan, menteri keamanan publik Israel, memberi peringatan akan
potensi "ketidakstabilan skalan besar." Hal tersebut kemungkinan besar
terjadi di Tepi Barat, daerah yang berada di luar kendali Abbas.
Erdan
menyatakan Israel pada akhirnya mungkin menyingkirkan detektor logam
tersebut setelah peninjauan ulang. Alternatifnya, kemungkinan polisi
akan menambah pasukan keamnan di pintu masuk kompleks masjid dan
memasang CCTV dengan kemampuan deteksi wajah.
"Banyak, walau
bagaimanapun, jemaat yang dieknal polisi, yang sudah biasa beribadah di
sana, dan orang-orang lanjut usia dan seterusnya, sehingga
direkomendasikan untuk menghindari penggunaan detektor logam," kata
Erdan kepada Army Radio sebagaimana dikutip Reuters, menyiratkan hanya orang-orang tertentu yang mesti melalui pemeriksaan tambahan.
Walau demikian, alternatif tersebut hingga kini masih belum disiapkan.
Presiden Duterte menyatakan siap menunggu selama setahun jika perang di Marawi tidak kunjung usai. (Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CB --
Pertempuran masih berlangsung hingga hari ini di
Marawi, dua bulan setelah miltan Islamis melancarkan serangan terhadap
salah satu kota terbesar di Filipina itu. Presiden Rodrigo Duterte pun
menyatakan siap jika konflik mesti berjalan hingga setahun lamanya.
Para
petinggi pertahanan negara tersebut mengakui telah meremehkan para
militan pro ISIS yang sangat terorganisir itu. Mereka menyapu kota itu
pada 23 Mei lalu dan masih menguasai sebagian daerahnya meski terus
digempur oleh ratusan tentara yang dibantu serangan udara dan artileri.
Kongres
Filipina telah menyetujui permintaan Duterte untuk memperpanjang
darurat militer hingga akhir tahun di Mindanao. Dengan demikian, pasukan
keamanan sekaligus mendapatkan kewenangan lebih besar untuk mengejar
para ekstemis hingga ke luar Marawi.
Masih belum jelas bagaimana Duterte akan mengatasi ekstremisme di
negaranya, kelak, setelah pasukannya merebut kembali Marawi dan
mengalahkan sekitar 70 miltan yang masih bersembunyi di antara
puing-puing daerah komersial itu sembari menyandera banyak warga sipil.
Lebih
dari 500 orang tewas, termasuk 45 warga sipil dan 105 pasukan
pemerintah. Setelah sejumlah tenggat waktu sepihak pemerintah untuk
merebut kembali kota tersebut gagal dipenuhi, kini pasukan militer
bahkan menyatakan kekurangan opsi karena para sandera yang diculik ISIS.
Duterte telah memerintahkan militer untuk menghindari korban sipil lebih banyak.
"Saya
memerintahkan mereka 'jangan menyerang.' Yang terpenting adalah kami
tidak mau membunuh orang," ujarnya pada akhir pekan lalu, sebagaimana
dikutip Reuters, Senin (24/7). "Jika kita harus menunggu selama satu tahun, maka kita tunggu hingga satu tahun."
Filipina selatan telah dinodai pemberontakan dan kejahatan selama
beberapa dekade terakhir. Namun, intensitas pertempuran di Marawi dan
kehadiran pasukan asing yang membantu militan lokal membuat sejumlah
pihak khawatir kota ini akan menjadi pusat ISIS di Asia Tenggara.
Para militan dari Malaysia dan Idonesia yang sama-sama bermayoritas Muslim diketahui turut bertarung di Marawi.
Sekitar
5 juta Muslim tinggal di Filipina yang bermayoritas Katolik, kebanyakan
di Mindanao. Menteri Perahanan Delfin Lorenzana mengindikasikan bahwa
setelah Marawi, pemerintah akan memperkuat pengawasan di kawasan,
memperluas jangkauan untuk mendeteksi kamp-kamp pelatihan pemberontak
dan pergerakan militan.
"Kami butuh lebih banyak peralatan
komunikasi, komunikasi tingkat tinggi yang bisa kami gunakan untuk
menyadap ponsel musuh. Kami juga butuh pesawat nirawak," ujarnya di
hadapan Kongres.
Gedung Putih punya juru bicara baru yang disebut-sebut sebagai 'orang Trump.' (AFP PHOTO / FABRICE COFFRINI)
Jakarta, CB --
Ada pergantian besar di Gedung Putih. Sean Spicer
yang selama ini dikenal sebagai juru bicaranya mundur, Jumat (21/7).
Sementara ekonom New York Anthony Scaramucci ditunjuk sebagai pengganti.
Menurut New York Times,
keputusan Spicer untuk mundur terjadi pada Jumat pagi. Presiden Donald
Trump langsung yang menawari Scaramucci pekerjaan, dan menanyakan apakah
Spicer mau tetap bekerja sebagai juru bicara.
Ia memutuskan
mundur karena tidak ingin terjadi kebingungan karena jika ia bertahan,
komunikasi dari Gedung Putih bisa berasal dari dua pintu.
Masuknya Scaramucci ke Gedung Putih, mengutip CNN,
dispekulasi menjadi salah satu bukti bahwa Trump ingin dirinya
dikelilingi oleh orang-orang yang setia padanya. Spicer disebut-sebut
bukan ‘orang Trump.’
Ia dibawa masuk ke Gedung Putih oleh Reince
Priebus, Ketua Komite Nasional Pasrtai Republik yang menjadi staf Gedung
Putih. Spicer punya riwayat dekat dengan Republik, bukan khusus Trump.
Sementara Scaramucci, merupakan manajer keuangan di New York.
Seperti penasihat dekat Trump lainnya, ia juga pernah bekerja di Goldman
Sachs. Scaramucci bahkan berteman dekat dengan Trump dan keluarganya.
Tak heran jika Ivanka Trump dan suaminya pun mendukung masuknya Scaramucci ke Gedung Putih.
Yang
semakin membuktikan bahwa ada agenda lain di balik digantikannya
Spicer, adalah momen. Itu terjadi saat Trump sedang diributkan perkara
penyelidikan oleh FBI soal ikut campurnya Rusia dalam Pemilu AS 2016.
Trump, masih mengutip CNN,
memang selalu menjaga lingkaran dalamnya. Semakin bahaya posisinya,
semakin ketat lingkaran dalam itu, bahkan bisa hanya keluarga dan teman
dekat.
Sean Spicer juru bicara Gedung Putih memilih mengundurkan diri, Jumat (21/7). (AFP PHOTO / Olivier Douliery)
Namun dalam pertemuan pertamanya dengan publik pada Jumat kemarin,
Scaramucci mengatakan bahwa Trump membiarkannya menjadi dirinya sendiri,
saat mereka berbincang soal pekerjaan ini di Ruang Oval Gedung Putih.
Salah satu tugasnya, kata Scaramucci, adalah “membiarkan Trump mengekspresikan identitasnya secara penuh.”
“Saya pikir penting bagi kita untuk membiarkannya mengekspresikan pribadinya,” ujarnya.
Trump memang hanya sesekali membiarkan dirinya diatur. Ia lebih
banyak menjadi orang yang bertindak berdasarkan apa yang ia suka dan ia
mau. CNN menuliskan, ia juga tipe orang yang membiarkannya bebas
daripada yang mengaturnya.
Menteri Pertahanan Iran mengumumkan lini produksi baru rudal balistik pada Sabtu (22/7). (AFP PHOTO / Natalia KOLESNIKOVA)
Jakarta, CB --
Iran mengumumkan peluncuran lini produksi peluru
kendali terbaru pada Sabtu (22/7) waktu setempat, di tengah memanasnya
hubungan Teheran dengan Washington.
Melansir Reuters, Kementerian
Pertahanan Iran menyebut bahwa misil bernama Sayyad 3 itu bisa mencapai
ketinggian hingga 27 kilometer dan menjangkau jarak 120 kilometer.
“Misil
ini bisa menargetkan jet tempur, rudal penjelajah, helikopter dan
pesawat nirawak,” kata Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan, dalam
upacara peluncuran di Teheran.
Dalam upacara tersebut, Deghan
juga mengatakan kesepakatan jual-beli senjata antara Arab Saudi dan
Amerika Serikat, saat kunjungan Trump ke Riyadh, Mei lalu, ditujukan
sebagai ancaman bagi Iran.
“Kita baru-baru ini menyaksikan
pembelian senjata besar-besaran oleh beberapa negara dari Amerika
Serikat dan mereka akan membawa senjata itu ke kawasan untuk mengancam
Iran,” kata Dehghan.
Pekan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran
atas program rudal balistik negara tersebut dan mengatakan “aksi Teheran
yang merusak” di Timur Tengah, menghancurkan “upaya positif” Perjanjian
Nuklir Iran 2015.
Sanksi terbaru dari AS itu menunjukkan
Pemerintahan Donald Trump tengah mencari cara lain menekan Iran, sembari
mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam negara adidaya untuk
mengekang program nuklir, demi pengangkatan sanksi finansial dan
perdagangan minyak.
Pemerintah AS mengatakan saat ini mereka
tengah menargetkan 18 entitas serta individu yang mereka anggap memberi
dukungan terhadap “penghasut dan aktivitas kriminal transnasional Iran”.
Mereka
yang dijatuhi sanksi dipercaya memberi bantuan pada militer Iran atau
Korps Pengawal Revolusi Islam dengan mengembangkan pesawat nirawak dan
fasilitas militer, termasuk memproduksi kapal dan menyediakan komponen
elektronik.
Sementara lainnya diklaim “mengatur pencurian program
perangkat lunak dari AS dan menjualnya pada pemerintah Iran,” lapor
Kementerian Keuangan AS.
Kompleks
Al Aqsa atau Haram Al Sharif, yang meliputi Masjid al-Aqsa dan Dome of
the Rock atau Masjid Kubah Batu dengan kubah emasnya, di Yerusalem Timur
terlihat dari Bukit Zaitun. (ANTARA News/Maryati)
Ramallah, Palestina (CB) - Pemerintah Otonomi Nasional
Palestina (PNA) pada Minggu (23/7) mengeluarkan seruan persatuan kepada
HAMAS di Jalur Gaza, dalam menghadapi peningkatan pertikaian dengan
Israel mengenai Masjid Al-Aqsha.
Juru Bicara PNA Tariq Rishmawi mengatakan di dalam satu pernyataan
pers bahwa HAMAS, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007, mesti
menanggapi gagasan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bagi perujukan,
dengan menyerahkan kendali semua lembaga pemerintah di Jalur Gaza kepada
PNA.
"HAMAS harus selalu mengingat kepentingan rakyat Palestina untuk jadi
prioritas sebelum mencari kepentingan kelompoknya," kata Rishmawi,
sebagaimana dikutip Xinhua, Senin pagi.
Ia menambahkan, "Apa yang terjadi di Jerusalem dan pada tempat suci kita mesti membuat kita semua bersatu."
Upaya penengahan Palestina, Arab dan internasional sepanjang
dasawarsa ini telah gagal mengakhiri pertikaian antara HAMAS dan Partai
Fatah, pimpinan Abbas, yang menguasai Tepi Barat Sungai Jordan.
Pada Jumat (21/7), Abbas menyeru HAMAS agar menanggapi seruannya
bagi persatuan dengan melucuti Komite Administratif Jalur Gaza, membiar
PNA mengoperasikan lembaga pemerintahan, lalu menyetujui tanggal khusus
bagi penyelenggaraan pemilihan umum.
Komite pimpinan HAMAS mengoperasikan urusan dan layanan setiap hari untuk lebih dari dua juta orang Palestina di Jalur Gaza.
Sementara itu, HAMAS mengatakan di dalam satu siaran pers bahwa
organisasi tersebut mengulurkan tangan kepada Fatah dan Abbas agar
bersatu dan mengakhiri perpecahan internal sejalan dengan pemahaman dan
kesepakatan terdahulu.
"HAMAS menyerukan kesepakatan mengenai satu strategi mendesak
nasional untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha dan menghadapi pendudukan
(oleh Israel) serta mempertahankan hak sah rakyat Palestina sampai
berakhirnya pendudukan dan mendirikan negara kita," katanya.
Ketegangan antara Israel dan Palestina telah meningkat sejak 14
Juli, ketika Israel mendirikan pos pemeriksaan dan memasang alat
pendeteksi logam di pintu masuk Kompleks Masjid Al-Aqsha setelah tiga
pria bersenjata menembak hingga tewas dua polisi Israel di dekat lokasi
tersebut. Ketiga orang itu belakangan tewas oleh polisi Israel.
Sejak itu, bentrokan telah berkecamuk antara pasukan keamanan Israel
dan pemrotes Palestina di gerbang Kompleks Masjid Al-Aqsha dan tempat
lain di Tepi Barat.
Dalam bentrokan selama protes besar pada Jumat, pasukan keamanan
Israel menewaskan tiga orang Palestina dan melukai ratusan orang lagi.
Amman (CB) - Seorang warga Jordania terbunuh dan dua orang
lainnya, satu warga lokal dan seorang dari Israel, terluka dalam
insiden penembakan pada hari Minggu di sebuah bangunan di dalam kompleks
kedutaan Israel di ibukota Yordania, Amman.
Kedua orang Yordania
tersebut, yang bekerja di sebuah perusahaan furnitur, telah memasuki
kompleks kedutaan sebelum penembakan terjadi, kata polisi dalam sebuah
pernyataan yang dikutip Reuters.
Polisi itu menambahkan bahwa dua orang yang terluka telah dilarikan ke rumah sakit.
Israel telah memberlakukan larangan melaporkan insiden itu dan tidak memberikan komentar publik.
Kekerasan
terhadap orang-orang Israel jarang terjadi di Yordania, sebuah negara
berpengamanan ketat yang juga sekutu regional Amerika Serikat.
Namun
ketegangan meningkat di antara kedua negara tersebut karena Israel
memasang detektor logam di titik masuk ke masjid Al-Aqsa di Yerusalem
setelah dua polisi Israel ditembak mati oleh tiga orang bersenjata
Arab-Israel pada hari Jumat di dekat lokasi tersebut.
Langkah-langkah
keamanan baru telah memicu serentetan berdarah Isreli-Palestina selama
bertahun-tahun. Jordan telah menyerukan pemindahan detektor logam dan
ribuan orang Yordania telah memprotes tindakan Israel tersebut.
Dalam
pernyataan mereka, polisi Yordania mengatakan bahwa setelah serangan
tersebut mereka telah menutup kedutaan yang sangat dilindungi itu dan
mengerahkan puluhan pasukan anti-terorisme.
Pemeriksaan awal menyebutkan bhawa kedua orang Yordania tersebut memasuki kompleks kedutaan sebagai pekerja.
Banyak
di antara 7 juta warga Yordania berasal dari Palestina. Mereka atau
orang tua atau kakek nenek mereka diusir atau melarikan diri ke Yordania
dalam pertempuran yang menyertai pembentukan Israel pada tahun 1948.
Israel
sebelumnya telah memberikan jaminan berulang kali bahwa mereka memahami
kekhawatiran Yordania dan tidak berusaha mengubah status quo di
tempat-tempat suci umat Islam di Yerusalem, demikian dilaporkan Reuters.
PBB (CB) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan
bertemu pada Senin untuk membahas serentetan kekerasan Israel-Palestina
paling berdarah selama bertahun-tahun, kata beberapa diplomat pada
Sabtu.
Swedia, Mesir dan Prancis meminta pertemuan tersebut untuk "segera
membahas bagaimana seruan untuk de-eskalasi di Jerusalem dapat
didukung," kata wakil duta besar PBB Swedia, Carl Skau, melalui akun
Twitter.
Israel mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki pada
Sabtu dan menggerebek rumah penyerang Palestina yang menikam tiga orang
Israel pada Jumat, kata militer.
Beberapa jam sebelum tiga orang Israel ditikam, tiga orang Palestina
tewas dalam aksi kekerasan yang dipicu oleh pemasangan detektor logam
Israel di tempat-tempat masuk ke kompleks tempat suci di Kota Tua
Jerusalem. Kawasan tersebut dikenal umat Muslim sebagai al-Haram
asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci.
Di Jerusalem pada Sabtu, polisi Israel mengatakan bahwa mereka
menggunakan peralatan anti huru hara untuk membubarkan belasan orang
Palestina yang melemparkan batu dan botol ke mereka. Tayangan televisi
menunjukkan polisi melemparkan granat setrum dan menggunakan meriam air
untuk membubarkan kerumunan.
Polisi Israel mengatakan bahwa satuan tambahan telah dikerahkan
untuk meningkatkan keamanan di Kota Tua, sementara akses umat Muslim
menuju tempat suci itu, untuk melaksanakan sholat, akan dibatasi hanya
untuk wanita dari segala umur dan laki-laki di atas 50 tahun. Alat
penghalang ditempatkan pada akses jalan menuju Jerusalem, untuk
menghentikan bus yang membawa umat Muslim ke lokasi tersebut.
Ketegangan seringkali meningkat di sekitar kawasan tersebut, yang di
dalamnya berdiri Masjid al Aqsa dan Kubah Batu Emas. Gesekan terjadi
sejak Israel merebut dan mencaplok Kota Tua, termasuk kawasan suci itu,
dalam perang Timur Tengah 1967.
Sebelumnya ada seruan kepada Netanyahu agar alat pelacak logam itu dibongkar, untuk meredakan situasi.
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, setelah membahas masalah ini dengan
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menyerukan kepada Presiden Israel
Reuven Rivlin untuk mendesak pembongkaran tersebut.
Nickolay Mladenov, koordinator khusus Perserikatan Bangsa Bangsa
untuk perundingan damai Israel-Palestina, yang telah lama terhenti,
mengimbau agar semua pihak tetap tenang, dan Gedung Putih mendesak
adanya sebuah upaya pemecahan masalah. Jordania, yang mengelola tempat
suci itu, juga terlibat dalam upaya mediasi.
Gelombang serangan jalanan oleh warga Palestina yang dimulai pada
2015 telah berkurang, Namun belum berhenti. Sedikitnya 255 warga
Palestina dan satu warga Jordania tewas sejak kekerasan dimulai.
Israel mengatakan bahwa setidaknya 173 dari mereka yang tewas,
merupakan pelaku tindakan penyerangan, sementara lainnya tewas dalam
bentrokan dan unjuk rasa.
Israel merebut wilayah Jerusalem Timur, tempat Kota Tua dan kawasan
suci berada, setelah perang Timur Tengah 1967 dan menganggap seluruh
Jerusalem sebagai ibukotanya, sebuah langkah yang tidak diakui secara
internasional.
Warga Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibukota negara
mereka, sebuah negara merdeka yang wilayahnya mencakup Tepi Barat dan
Jalur Gaza.
Israel menuduh pemimpin Palestina menghasut warganya untuk melakukan
kekerasan, namun pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa
keputusasaan warga Palestina selama pendudukan Israel adalah pendorong
utama kekerasan terjadi. Demikian laporan Reuters.
Mesjid Al Aqsa dilihat dari udara. Dia terletak di kota tua Jerusalem. (wikipedia.org)
Kairo (CB) - Liga Arab memperingatkan Israel "bermain
dengan api" atas "garis merah" Jerusalem dan para menteri luar negerinya
akan mengadakan pertemuan darurat pada Rabu mengenai kekerasan
Israel-Palestina, menurut pernyataan pada Minggu.
Israel mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki pada
Sabtu setelah kekerasan meletus atas pemasangan detektor logam Israel
pada titik masuk ke kawasan yang dikenal umat Muslim sebagai al-Haram
asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci.
Seorang penyerang Palestina menikam sampai mati tiga orang Israel
pada Jumat, dan beberapa jam sebelumnya tiga orang Palestina dibunuh. Di
Jerusalem pada Sabtu, polisi Israel menggunakan peralatan anti huru
hara untuk membubarkan puluhan warga Palestina yang melemparkan batu dan
botol ke mereka.
"Jerusalem adalah garis merah yang oleh Muslim dan Arab dilarang
untuk dilewati, ... dan apa yang terjadi saat ini adalah upaya untuk
menerapkan sebuah realitas baru di kota suci," kata Sekretaris Jenderal
Liga Arab Ahmed Aboul Gheit dalam sebuah pernyataan yang dilansir
Reuters.
"Pemerintah Israel bermain dengan api dan mempertaruhkan krisis besar dengan dunia Arab dan Islam."
Menteri luar negeri Liga Arab akan mengadakan pembicaraan darurat di
Kairo pada Rabu, kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berencana untuk bertemu
pada Senin untuk membahas serentetan kekerasan Israel-Palestina paling
berdarah selama bertahun-tahun. Swedia, Mesir dan Prancis meminta
pertemuan tersebut untuk segera mendiskusikan de-eskalasi di Jerusalem.
Komandan militer Israel telah memperingatkan bahwa kekerasan akan meningkat.
Polisi Israel mengatakan bahwa satuan tambahan telah dikerahkan
untuk meningkatkan keamanan di Kota Tua, sementara akses umat Muslim
menuju tempat suci itu, untuk melaksanakan sholat, akan dibatasi hanya
untuk wanita dari segala umur dan laki-laki di atas 50 tahun. Alat
penghalang ditempatkan pada akses jalan menuju Jerusalem, untuk
menghentikan bus yang membawa umat Muslim ke lokasi tersebut.
Ketegangan seringkali meningkat di sekitar kawasan tersebut, yang di
dalamnya berdiri Masjid al Aqsa dan Kubah Batu Emas. Gesekan terjadi
sejak Israel merebut dan mencaplok Kota Tua, termasuk kawasan suci itu,
dalam perang Timur Tengah 1967.
Gelombang serangan jalanan oleh warga Palestina yang dimulai pada
2015 telah berkurang, Namun belum berhenti. Sedikitnya 255 warga
Palestina dan satu warga Jordania tewas sejak kekerasan dimulai.
Israel mengatakan bahwa setidaknya 173 dari mereka yang tewas,
merupakan pelaku tindakan penyerangan, sementara lainnya tewas dalam
bentrokan dan unjuk rasa.
Israel merebut wilayah Jerusalem Timur, tempat Kota Tua dan kawasan
suci berada, setelah perang Timur Tengah 1967 dan menganggap seluruh
Jerusalem sebagai ibukotanya, sebuah langkah yang tidak diakui secara
internasional.
Warga Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibukota negara
mereka, sebuah negara merdeka yang wilayahnya mencakup Tepi Barat dan
Jalur Gaza.
Israel menuduh pemimpin Palestina menghasut warganya untuk melakukan
kekerasan, namun pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa
keputusasaan warga Palestina selama pendudukan Israel adalah pendorong
utama kekerasan terjadi.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.)
Riyadh (CB) - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud
mengeluarkan dekret mengenai pembentukan badan keamanan baru yang
secara langsung berada di bawah pengawasan raja pada Kamis menurut
laporan kantor berita negara SPA.
Badan keamanan tersebut, yang
akan dipimpin oleh kepala intelijen Jenderal Abdel Aziz bin Mohammed al
Houeiriny, bertugas mengelola sejumlah departemen di Kementerian Dalam
Negeri.
Departemen intelijen dan unit-unit pemberantasan terorisme akan berada di bawah otoritas badan keamanan baru tersebut.
Raja
Salman pada Kamis juga mengeluarkan serangkaian dekret, termasuk di
antaranya mengenai pemecatan kepala pengawal kerajaan Jenderal Hamad al
Awhaly yang digantikan oleh Jenderal Suheil al Mutiri.
Raja juga menunjuk Mohammed bin Abdullah al Qweiz menjadi kepala baru bursa saham Arab Saudi.
Keputusan-keputusan
baru itu dikeluarkan hampir sebulah setelah Raja Salman mencopot
keponakannya sebagai putra mahkota dan menetapkan putranya, Mohammed bin
Salman (31), sebagai penerusnya.
Doha (CB) - Qatar menuduh Uni Emirat Arab (UEA) mendalangi
"peretasan" kantor berita nasionalnya sehingga memicu krisis di Teluk.
Dugaan peretasan terhadap situs kantor berita Qatar (Qatar News Agency/QNA) pada 24 Mei dikaitkan dengan perkataan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Pernyataan
tersebut, yang dibantah oleh Doha, mencakup subjek politik sensitif
seperti Iran, kelompok Islamis Palestina Hamas, Israel dan Amerika
Serikat (AS).
Qatar sebelumnya mengatakan negara tetangganya
mendalangi dugaan peretasan, dan pada Kamis kepala penyelidikannya
menuding UEA berada di balik peretasan itu.
Jenderal Ali Mohammed
al-Mohannadi mengatakan dalam konferensi pers Kamis (20/7) bahwa
"peretasan" dilakukan "dari dua tempat… di Emirat".
"Peretas
mengambil kendali jaringan kantor berita, mencuri akun-akun di situs
elektroniknya dan mengunggah informasi palsu," kata Mohannadi.
Wakil
kepala departemen keamanan siber Qatar, Othmane Salem al-Hamoud,
mengatakan kepada wartawan bahwa tersangka peretas "menemukan kelemahan
dalam jaringan kantor berita yang dibagikan dengan individu lain di
Skype".
"Individu ini kemudian menembusnya untuk mengendalikan jaringan QNA," katanya.
Mohannadi
mengatakan hasil investigasi disampaikan ke jaksa negara yang
selanjutnya akan mengambil "langkah-langkah yang sesuai". Namun dia
tidak mengelaborasi pernyataannya.
Awal bulan ini Washington Post
juga mengutip pejabat intelijen Amerika yang menyatakan bahwa UEA
mungkin berada di balik peretasan itu.
Namun laporan itu dibantah oleh Menteri Negara Urusan Luar Negeri UAE Anwar Gargash, yang menyebutnya "murni tidak benar."
Sementara
laporan CNN bulan lalu menyebut para pejabat intelijen Amerika Serikat
yakin para peretas Rusia menanam berita-berita palsu yang menyebabkan
sengketa Teluk. Moskow membantah laporan itu.
Pada Juni, jaksa
agung Qatar Ali bin Fetais al-Marri menuduh "negara-negara tetangga"
berada di belakang serangan siber itu namun tidak menyebut secara
spesifik pihak yang terlibat.
UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Mesir
memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni dan
memberlakukan sejumlah sanksi terhadap kerajaan itu, termasuk menutup
satu-satunya perbatasan darat mereka, karena menuduh Qatar mendukung
kelompok-kelompok ekstremis.
Jamaah
haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram menjelang puncak ibadah haji
di Makkah,Arab Saudi, Selasa (22/9). (REUTERS/Ahmad Masood )
Riyadh (CB) - Pemerintah Arab Saudi menyatakan warga Qatar
yang ingin melaksanakan ibadah haji tahun ini akan diizinkan masuk ke
kerajaan tersebut meski sedang ada sengketa diplomatik antara kedua
negara itu.
Kementerian Haji Arab Saudi pada Kamis menyatakan
warga Qatar dan orang yang tinggal di emirat Teluk bisa menunaikan
ibadah haji karena mereka sudah terdaftar secara elektronik dan sudah
memiliki izin dari Riyadh dan Doha.
Namun Kementerian Haji
menerapkan pembatasan pada jemaah asal Qatar yang tiba menggunakan
pesawat, menyatakan mereka harus menggunakan layanan maskapai yang
memiliki kesepakatan dengan otoritas Arab Saudi.
Mereka juga
harus memperoleh visa saat kedatangan di Jeddah atau Madinah, gerbang
masuk ke Arab Saudi, menurut pernyataan Kementerian Haji yang dikutip
kantor berita AFP.
Arab Saudi dan sekutunya Bahrain, Mesir dan
Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dan mengenakan sanksi
terhadap Qatar pada Juni, termasuk menutup wilayah udara untuk pesawat
maskapai Qatar.
Keempat negara Arab tersebut menuduh Qatar
mendukung ekstremis dan kian akrab dengan Iran, musuh bebuyutan Arab
Saudi di kawasan itu.
Arsip
Foto. Masjid Al Aqsa di kompleks Masjid Al Aqsa atau Haram al Sharif di
Kota Lama Yerusalem pada 3 Februari 2017. (ANTARA News/Maryati)
Yerusalem (CB) - Kepolisian Israel menyatakan mereka
melarang pria berusia di bawah 50 tahun memasuki Kota Tua Yerusalem
untuk menunaikan salat Jumat di Masjid al-Aqsa di tengah memanasnya
ketegangan terkait pengetatan pengamanan di kompleks Haram al-Syarif.
"Izin
masuk ke Kota Tua dan Temple Mount (Haram al-Syarif) akan dibatasi bagi
pria berusia 50 tahun ke atas. Perempuan semua usia akan diizinkan
masuk," demikian pernyataan kepolisian Israel yang dikutip kantor berita
AFP.
Ketegangan meningkat setelah kepolisian Israel memasang
detektor logam di pintu masuk Haram al-Syarif, yang dikenal dengan nama
Temple Mount oleh orang Yahudi, menyusul penyerangan yang menewaskan dua
polisi di dekat tempat itu.
Tindakan itu membuat berang warga
Palestina dan umat Islam yang menganggapnya sebagai upaya Israel untuk
memperbesar kendali atas Haram al-Syarif.
Warga Palestina
menolak masuk ke kompleks tersebut jika harus melewati detektor logam,
dan ratusan jemaah menunaikan salat di luar, dan bentrokan dengan aparat
kepolisian Israel kadang terjadi.
Ibadah Shalat Jumat selalu
diikuti jamaah dalam jumlah besar dan spekulasi beredar bahwa Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin memerintahkan pelepasan
detektor logam itu sebelum shalat Jumat.
Namun setelah konsultasi-konsultasi dengan kepala keamanan dan anggota kabinet keamanan, Netanyahu memutuskan tidak melepasnya.
Seorang
pejabat Israel mengatakan kabinet keamanan "sudah memberi kepolisian
otoritas untuk mengambil keputusan apa pun guna menjamin akses bebas ke
tempat suci sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban umum."
Arsip
Foto. Warga Palestina berjalan melalui pos pemeriksaan Israel Qalandia
untuk mengikuti solat Jumat di bulan puasa Ramadhan di mesjid al-Aqsa
Yerusalem, di dekat kota Ramallah Tepi Barat, Jumat (2/6/2017).
(REUTERS/Mohamad Torokman)
Yerusalem (CB) - Militer Israel meningkatkan penjagaan di
kompleks Masjid al-Aqsa menurut juru bicara militernya pada Kamis
(20/7), memicu kemarahan umat Islam dan pemimpin Palestina.
Warga
Palestina menolak masuk ke Haram al-Syarif di wilayah pendudukan
Yerusalem timur sejak Minggu pekan lalu setelah Israel memasang detektor
logam di pintu masuk kompleks tempat suci itu menyusul penembakan yang
menewaskan dua polisi.
Para pemimpin Palestina dan ulama menyeru
para jemaah tidak memasuki kompleks tersebut melewati detektor logam,
dan ratusan orang beribadah di luar tempat suci itu. Bentrokan sudah
berulang kali terjadi di lokasi tersebut.
Salat Jumat menarik
banyak orang ke tempat suci itu dan spekulasi kian santer terdengar
mengenai apakah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan
memerintahkan pencopotan detektor logam.
Pada Kamis, militer
Israel menyatakan mengerahkan lima batalion tambahan untuk berjaga-jaga,
termasuk di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Juru bicara militer
Israel mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa militer akan memutuskan
apakah akan mengerahkan pasukan sepanjang akhir pekan.
Menteri
Keamanan Publik Israel menyatakan Netanyahu akan mengambil keputusan
mengenai kebijakan di Haram al-Syarif, tetapi ia "berharap detektor
logam" tetap dipasang sepanjang akhir pekan.
Pada 14 Juli, tiga
orang Arab Israel melepaskan tembakan dan menewaskan dua polisi Israel
sebelum lari ke kompleks tempat suci dan ditembak mati oleh pasukan
keamanan.
Setelah serangan itu Israel menutup Haram al-Sharif, menyatakan penutupan diperlukan untuk pemeriksaan keamanan.
Kompleks
tempat suci itu dibuka kembali pada Minggu, namun dengan pendeteksi
logam dipasang di pintu-pintu masuk, memicu boikot dari warga Palestina
yang menganggap Israel berupaya memperluas kontrol mereka atas tempat
suci yang disebut Temple Mount oleh orang Yahudi itu.
Para warga muslim Palestina saat salat di kompleks Masjid al-Aqsa dengan pantauan pasukan keamanan Israel. Foto/REUTERS/Ronen Zvulun
YERUSALEM
- Situasi di kompleks Masjid al-Aqsa kembali memanas pada Jumat
(21/7/2017) setelah Kepolisian Israel melarang pria muslim di bawah usia
50 tahun untuk memasuki kompleks masjid. Sementara itu, sejumlah tokoh
Palestina dari faksi Fatah ditangkap aparat keamanan Israel.
Larangan oleh polisi Israel itu diumumkan menjelang demonstrasi besar di situs suci umat Islam dan Yahudi tersebut.
Para
warga Palestina sudah merencanakan demonstrasi untuk memprotes tindakan
pengamanan baru di kompleks Masjid al-Aqsa setelah serangan tiga pria
bersenjata yang menewaskan dua polisi Israel sepekan sebelumnya. Langkah
pengamanan baru itu termasuk pemasangan detektor logam dan CCTV yang
diprotes warga muslim.
”Masuk ke Kota Tua dan Temple Mount akan
terbatas pada pria berusia 50 dan di atasnya. Wanita dari segala usia
akan diizinkan,” kata Kepolisian Israel dalam sebuah pernyataan yang
dilansir Al Jazeera.
Para polisi Israel sudah mengepung
kawasan situs suci itu sejak pagi hari. Menurut kepolisian, sekitar
3.000 unit polisi Israel dan polisi perbatasan telah dikirim ke area
tersebut.
Kabinet Keamanan Israel mengatakan bahwa polisi Israel yang akan memutuskan kapan detektor logam akan dilepas atau tidak.
Pada
hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima
rekomendasi dari berbagai sektor layanan keamanan Israel mengenai
detektor logam tersebut.
Layanan keamanan internal Israel, Shin
Bet, mengatakan bahwa penghalang itu harus dilepaskan. Namun, polisi
Yerusalem bersikeras piranti itu harus tetap dipasang.
Sebuah kelompok advokasi Palestina, seperti dikutip The Associated Press, melaporkan bahwa 10 aktivis Palestina terkemuka telah ditangkap di Yerusalem.
Kelompok bernama The Palestinian Prisoners Club (Klub
Tahanan Palestina) sepuluh pejabat Fatah di Yerusalem yang ditangkap
termasuk Hatem Abd Al-Qader, penanggung jawab Yerusalem untuk pemerintah
Palestina dan Adnan Gaith, Kepala Tanzim, sayap Fatah di Yerusalem.
Mereka dituduh melakukan hasutan kekerasan.
Kelompok Yahudi sayap
kanan juga melaporkan Mufti Yerusalem, Mohammed Hussein, atas tuduhan
serupa. Namun, baik pemerintah Palestina maupun Israel belum
mengonfirmasi laporan penangkapan tersebut.
Seruan demo besar
pada hari ini disuarakan kelompok Hamas pada Rabu lalu. Pemimpin Hamas,
Ismail Haniya, telah memperingatkan Israel agar tidak melintasi "garis
merah" di kompleks Masjid al-Aqsa.
”Bagi musuh Zionis, saya
katakan secara terbuka dan jelas: Masjid al-Aqsa dan Yerusalem adalah
garis merah. Sesungguhnya itu adalah garis merah,” katanya.
”Kepada musuh saya katakan, kebijakan penutupan dan pengenaan hukuman
kolektif terhadap penduduk Yerusalem dan tempat suci kami tidak akan
ditolerir.”
Persatuan ilmuwan Muslim Internasional yang bermarkas
di Doha juga meminta semua umat Islam untuk menunjukkan solidaritas
dengan para jemaah di al-Aqsa dalam demo "hari kemarahan", hari ini.
"Kami
menyerukan kepada semua umat Islam untuk membuat hari Jumat ini sebagai
sebuah hari kemarahan melawan tindakan Zionis di Yerusalem dan
orang-orang yang tinggal di sana,” bunyi pernuyataan kelompok tersebut.
Wakil
Presiden Irak Nouri Maliki menegaskan pihaknya menolak rencana Amerika
Serikat (AS) untuk membangun kembali pangkalan militer di wilayahnya.
Foto/Istimewa
BAGHDAD - Irak
menegaskan menolak rencana Amerika Serikat (AS) untuk membangun kembali
pangkalan militer di wilayahnya. Baghdad menyatakan, masyarakat Irak
menentang pembangunan pangkalan asing di wilayah Irak, termasuk
pangkalan AS.
"Kami tidak menginginkan sebuah pangkalan
militer di al-Waleed, masyarakat Irak menentang pangkalan-pangkalan
asing di wilayah negara tersebut. Saya mengatakan kepada pihak AS, bahwa
mereka tidak dapat kembali ke Irak untuk mendirikan pangkalan militer
lagi," kata Wakil Presiden Irak Nouri Maliki.
Maliki
kemudian mengatakan, Irak tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai
strategi pemerintahan Presiden AS Donald Trump di Timur Tengah. Di mana
Washington mengatakan pihaknya belum merampungkan strategi tersbeut.
"Saya
masih belum memiliki gambaran yang jelas mengenai strategi administrasi
Trump di Timur Tengah. Mereka mengatakan bahwa pihaknya belum
sepenuhnya siap," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (21/7).
"Namun,
administrasi Trump lebih serius dalam mengejar teroris dan kelompokn
teroris. Dalam aspek ini, pemerintahan baru berbeda dengan yang
sebelumnya, ini memiliki sikap garis keras melawan terorisme," tukasnya.