Jumat, 10 April 2015
Mungkinkah TNI AU bisa jadi Macan Asia lagi seperti era Soekarno?
CB - Era 1960an, raungan mesin jet seri MiG Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) menggetarkan nyali Malaysia. Pesawat pengebom jarak jauh TU-16 membuat tidur Australia tak nyenyak.
AURI menjadi salah satu yang terkuat di era Soekarno. Negara tetangga menyebut AURI sebagai macan Asia. AS dan Blok Barat selalu memantau perkembangan kekuatan AURI.
Lalu, apakah kini Indonesia bisa mengulangi lagi masa-masa keemasan itu?
Pengamat militer dan intelijen, Wawan Hari Purwanto mengatakan dulu TNI membangun kekuatan militer karena menghadapi konfrontasi dengan Belanda untuk merebut Irian Barat. Selanjutnya, Indonesia juga menghadapi konfrontasi dengan Malaysia yang dibantu Inggris.
Pembelian persenjataan itu dilakukan jor-joran. Apalagi kredit persenjataan yang diberikan Rusia sangat ringan.
Tentu hal ini berbeda dengan sekarang. Saat ini pesawat-pesawat jet TNI AU lebih berfungsi sebagai alat pertahanan negara.
"Kalau dulu kita jadi Macan Asia dan kemudahan-kemudahan membeli alat itu dengan sistem pembayaran sangat ringan dan tidak langsung, juga untuk kepentingan Irian Barat. Kalau sekarang ini, tidak ada posisi seperti itu dan hanya untuk tujuan ketahanan nasional," papar Wawan saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (8/4) kemarin.
Wawan memandang, Indonesia lebih baik melengkapi kebutuhannya hingga mencapai minimum essential forces agar tidak dipandang sebelah mata oleh negara tetangga. Apalagi, Singapura dan Malaysia terus memperkuat armada tempurnya dengan melakukan berbagai peningkatan teknologi.
Untuk merebut kembali gelar Macan Asia pun dirasa cukup sulit bagi Indonesia, mengingat anggaran yang digunakan demi memperbaharui peralatan tempur sangat sulit. Apalagi, dana untuk membeli armada baru pun harus dibagi kepada tiga matra lainnya, yakni darat, laut dan Mabes TNI.
"Kalau untuk bertahan mungkin masih bisa dilakukan. Tergantung bagaimana kemauan pemerintah, terutama penerimaan keuangan. Tapi kalau penerimaan masih seperti ini, bahkan defisit, rasanya masih harus bersabar."
Hal yang sama juga diungkap Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto. Saat ini, TNI AU tengah berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitasnya agar mampu disegani di kawasan Asia Tenggara. Peningkatan tersebut akan dilakukan dengan pembelian senjata atau pesawat baru.
"Kuantitas nanti kalau timbul serangan, kalau tidak ada kita masih menggunakan kekuatan minimun. Itu tentu tergantung kebijakan pemerintah yang tentunya akan menambah kuantitasnya," pungkas dia.
Credit Merdeka.com
Wirasaba pangkalan udara TNI AU tipe C terbaik
... baru tadi pagi kabar tersebut kami terima...Purbalingga, Jawa Tengah (CB) - Pangkalan TNI AU Wirasaba, Purbalingga, Jawa Tengah, meraih penghargaan sebagai pangkalan udara TNI AU tipe C terbaik di jajaran Komando Operasi TNI AU I.
"Ini kejutan buat kami karena baru tadi pagi kabar tersebut kami terima. Nanti malam, penghargaan itu akan diserahkan langsung oleh kepala staf TNI AU dalam acara resepsi di Jakarta," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Wirasaba, Letnan Kolonel Penerbang Andreas Dhewo, usai upacara HUT Ke-69 TNI AU, di alun-alun Purbalingga, Kamis.
Menurut dia, penghargaan yang sangat membanggakan itu merupakan hasil kerja keras seluruh personel Lanud Wirasaba meskipun hanya berada di tingkat kabupaten, yang menjadi salah satu kriteria pangkalan udara TNI AU tipe C.
Selain kinerja satuan yang ada, kata dia, penghargaan diraih karena selama ini Pangkalan Udara TNI AU Wirasaba menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat melalui berbagai kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat.
"Alhamdulillah anggota saya selama dua tahun ini mendapatkan sertifikat bebas dari narkoba. Tahun ini belum kita cek," katanya.
Upacara HUT ke-69 TNI AU di alun-alun Purbalingga dihadiri Bupati Purbalingga, Sukento Marhaendrianto, Komandan Pangkalan TNI AL Cilacap, Kolonel Pelaut Toto Suharyanto, dan sejumlah pejabat lain dari Purbalingga, Banyumas, dan Banjarnegara.
Kegiatan tersebut juga dimeriahkan dengan atraksi terjun payung oleh delapan penerjun, dua di antaranya penerjun sipil, yang terjun bebas dari pesawat C-212 CASA TNI AU.
Credit ANTARA News
Dikuasai Arab Saudi, Pesawat TNI AU Terkendala Izin Terbang ke Yaman
CB, OMAN -- Setelah lima hari melaksanakan misi
percepatan pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Yaman,
tim Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berkekuatan 22 personel terus
melakukan berbagai upaya untuk dapat memasuki wilayah tersebut dengan
menggunakan pesawat miliki TNI jenis Boeing 737-400 bermuatan 110
penumpang.
Tim satgas penyelamatan untuk pengangkutan WNI yang berjumlah 22 personel, terdiri 12 orang kru pesawat, empat prajurit satuan Bravo Paskhas, dua pegawai dinas penerangan, tiga perwakilan Kemenlu, dan satu supervisi dari Mabes TNI, dipimpin Letkol Penerbang I.G. Putu Setia Dharma, demikian siaran pers Puspen TNI, kemarin.
Hanya saja, pesawat milik TNI hingga saat ini masih mengalami hambatan untuk melakukan penerbangan di Yaman. Hal itu lebih disebabkan adanya kendala izin terbang saat hendak memasuki wilayah udara Yaman, yang saat ini sudah dikuasai otoritas Arab Saudi.
Selain izin clearance, kendala lain adalah lokasi landasan terbang terpaksa dipindah akibat situasi yang tidak kondusif. Alhasil, seluruh WNI yang akan dievakuasi terpaksa melalui perjalanan darat sebelum diterbangkan ke lokasi aman.
Salah satu upaya yang dilakukan Tim Percepatan Pemulangan WNI, antara lain melaksanakan pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) RI untuk Yaman Wajid Fauzi di Salalah, Oman. Dalam pertemuan tersebut, Dubes RI menyampaikan tentang situasi dan kondisi terkini yang terjadi di Yaman.
Keadaan terbaru, di wilayah Tarim, terdapat kurang lebih 1.000 WNI dan saat ini terdapat 45 WNI sedang melakukan perjalanan darat menuju ke Salalah, Oman. Kedua, untuk wilayah Aden, masih terjadi pertempuran darat dan terdapat sejumlah WNI belum dapat melakukan perjalanan menuju Pelabuhan Aden.
Kapal laut yang telah di charter pemerintah Indonesia masih berlabuh di Jibouti. Sementara itu, Bandara Aden juga belum dapat digunakan untuk pendaratan pesawat. Ketiga, di lokasi Al Mukalla, saat ini 100 WNI dengan menggunakan kendaraan bus menuju Salalah.
Prioritas evakuasi WNI di Yaman saat ini adalah melalui jalur darat menuju Salalah untuk WNI yang berasal dari Tarim dan Mukalla, sedangkan yang menuju Jizan untuk WNI yang berasal Hudaidah dan Sana’a. Di samping itu, terdapat 47 WNI dari Tariim saat ini sudah memasuki wilayah Oman dan siap diterbangkan menuju Indonesia.
Hingga saat ini, operasi penerbangan untuk mengevakuasi WNI di Yaman melalui jalur udara telah dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan mengangkut 300 WNI. Setidaknya, terdapat 4.159 WNI di Yaman. Mereka terdiri 2.626 mahasiswa dan pelajar serta 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas bumi. Sisanya ialah diplomat serta pegawai Kedutaan Besar RI dan keluarga.
Tim satgas penyelamatan untuk pengangkutan WNI yang berjumlah 22 personel, terdiri 12 orang kru pesawat, empat prajurit satuan Bravo Paskhas, dua pegawai dinas penerangan, tiga perwakilan Kemenlu, dan satu supervisi dari Mabes TNI, dipimpin Letkol Penerbang I.G. Putu Setia Dharma, demikian siaran pers Puspen TNI, kemarin.
Hanya saja, pesawat milik TNI hingga saat ini masih mengalami hambatan untuk melakukan penerbangan di Yaman. Hal itu lebih disebabkan adanya kendala izin terbang saat hendak memasuki wilayah udara Yaman, yang saat ini sudah dikuasai otoritas Arab Saudi.
Selain izin clearance, kendala lain adalah lokasi landasan terbang terpaksa dipindah akibat situasi yang tidak kondusif. Alhasil, seluruh WNI yang akan dievakuasi terpaksa melalui perjalanan darat sebelum diterbangkan ke lokasi aman.
Salah satu upaya yang dilakukan Tim Percepatan Pemulangan WNI, antara lain melaksanakan pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) RI untuk Yaman Wajid Fauzi di Salalah, Oman. Dalam pertemuan tersebut, Dubes RI menyampaikan tentang situasi dan kondisi terkini yang terjadi di Yaman.
Keadaan terbaru, di wilayah Tarim, terdapat kurang lebih 1.000 WNI dan saat ini terdapat 45 WNI sedang melakukan perjalanan darat menuju ke Salalah, Oman. Kedua, untuk wilayah Aden, masih terjadi pertempuran darat dan terdapat sejumlah WNI belum dapat melakukan perjalanan menuju Pelabuhan Aden.
Kapal laut yang telah di charter pemerintah Indonesia masih berlabuh di Jibouti. Sementara itu, Bandara Aden juga belum dapat digunakan untuk pendaratan pesawat. Ketiga, di lokasi Al Mukalla, saat ini 100 WNI dengan menggunakan kendaraan bus menuju Salalah.
Prioritas evakuasi WNI di Yaman saat ini adalah melalui jalur darat menuju Salalah untuk WNI yang berasal dari Tarim dan Mukalla, sedangkan yang menuju Jizan untuk WNI yang berasal Hudaidah dan Sana’a. Di samping itu, terdapat 47 WNI dari Tariim saat ini sudah memasuki wilayah Oman dan siap diterbangkan menuju Indonesia.
Hingga saat ini, operasi penerbangan untuk mengevakuasi WNI di Yaman melalui jalur udara telah dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan mengangkut 300 WNI. Setidaknya, terdapat 4.159 WNI di Yaman. Mereka terdiri 2.626 mahasiswa dan pelajar serta 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas bumi. Sisanya ialah diplomat serta pegawai Kedutaan Besar RI dan keluarga.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
ISIS Meretas Stasiun TV5Monde Prancis
Laman situs TV5 Monde. Tv5monde.com
"Kami tidak lagi mampu menyiarkan saluran kami. Situs kami dan situs media sosial tidak lagi di bawah kendali kami dan semua yang akan ditampilkan adalah tanggung jawab ISIS," kata Yves Bigot, Direktur Penyiaran TV5Monde.
Serangan tersebut dimulai pada pukul 10.00 malam waktu setempat, tetapi lembaga penyiar global berbahasa Prancis tersebut tampaknya kembali memiliki kontrol pada halaman Facebook-nya saat tengah malam. Tetapi jaringan stasiun televisi masih berada di bawah kendali peretas.
Dalam serangan dan terornya, para pembajak (hacker) mengunggah dokumen-dokumen pada halaman Facebook TV5MONDE, yang berisikan kartu identitas dan CV dari kerabat tentara-tentara Prancis yang terlibat dalam operasi anti-ISIS.
Posting-an itu juga menuduh Presiden Prancis Francois Hollande telah melakukan kesalahan tak termaafkan dengan terlibat dalam perang yang tidak memiliki tujuan apa pun. Prancis adalah bagian dari koalisi militer pimpinan AS yang melakukan serangan udara terhadap ISIS di Irak dan Suriah.
"Khaliffa Cyber akan terus melakukan upaya 'Jihad Cyber' terhadap musuh-musuh ISIS," bunyi pesan yang di-posting oleh hacker di akun Facebook TV5MONDE.
Kabar tentang hal ini muncul setelah pada Selasa, 7 April 2015, beberapa situs swasta di Israel juga diretas oleh kelompok bernama Anonymous yang mengklaim sebagai peretas pro-Palestina. Sampai saat ini belum diketahui apakah kedua kelompok ini memiliki hubungan atau tidak.
Credit TEMPO.CO
Pengadilan Pakistan Perintahkan Pengusutan Eks Kepala CIA
Lambang Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika, yang terdapat di Lobi Markas Besar CIA di Langley. cia.gov
Perintah yang dikeluarkan hari Selasa, 7 April 2015 oleh Pengadilan Tinggi Islamabad adalah langkah terbaru terkait kasus yang diajukan oleh Karim Khan. Pria dari daerah suku Waziristan Utara ini menggugat karena anak dan saudaranya tewas akibat serangan drone pada malam tahun baru 2009.
Gugatan ke pengadilan oleh Karim Khan ini pula yang memaksa pengungkapan identitas kepala CIA di Pakistan, Jonathan Banks. Terbukanya identitas Jonathan membuat ia mendapatkan ancaman mati dan kemudian ditarik ke Amerika Serikat.
Perintah pengadilan hari Selasa itu, seperti dilansir NBC News, 9 April 2015, meminta polisi untuk menyelidiki Jonathan Bank dan John A. Rizzo, mantan penasihat umum CIA, yang mengawasi program pesawat tak berawak AS di wilayah tersebut. Rizzo pensiun pada 2010.
Namun kasus ini tidak mungkin berlanjut, kecuali pejabat AS bekerja sama dengan penyelidikan polisi Pakistan. Menurut NBC News, AS sepertinya tak menunjukkan tanda untuk bekerja sama dalam soal ini.
CIA tidak berkomentar atas perkembangan terbaru ini, kata juru bicara CIA Chris White kepada Associated Press.
"Hakim tidak mempertimbangkan argumen polisi yang mengatakan bahwa menyelidiki kasus ini akan menimbulkan dampak diplomatis bagi Pakistan," kata pengacara Khan, Shahzad Akbar.
Program serangan pesawat tak berawak CIA telah membunuh pemimpin Al-Qaeda, Taliban Pakistan, dan militan lainnya yang bersembunyi di wilayah Waziristan. Namun, serangan itu juga membangkitkan kemarahan di seluruh Pakistan karena adanya tudingan bahwa warga sipil yang menjadi korban juga banyak.
Menurut data New America Foundation, sejak tahun 2004 AS telah melakukan hampir 400 serangan pesawat tak berawak di Pakistan. New America Foundation memonitor perang drone Amerika di luar negeri. Lembaga ini juga menyatakan serangan terbaru drone di Pakistan terjadi 29 Januari lalu dan menewaskan sedikitnya enam orang yang diduga kelompok militan.
New America Foundation juga menambahkan bahwa jumlah serangan drone di Pakistan telah mengalami penurunan drastis, dari 122 serangan pada 2010 menjadi 22 serangan pada 2014 lalu.
Credit TEMPO.CO
Sejarah Terpilihnya Indonesia Jadi Tuan Rumah KAA
Soekarno
Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta
waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan
seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya.
Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan
terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang
paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha
bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari
jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Semangat persatuan Asia Afrika semakin mengemuka ketika Kabinet Ali Sastroamidjojo di hadapan parlemen pada Agustus 1953 mengutarakan perlu dirintis kerja sama antar negara Asia Afrika. Tujuannya sudah pasti untuk perdamaian.
Jalan menuju persatuan Asia Afrika itu semakin terbuka setelah Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo diundang ke Kolombo memenuhi undangan PM Sri Lanka Sir John Kotelawal. Acara di Kolombo itu dinamai Sidang Panca Perdana Menteri membahas kemelut Indocina. Selain Indonesia hadir pula pemimpin Burma, India, dan Pakistan.
Indonesia waktu itu menginginkan tidak hanya sekedar Sidang Panca Perdana Menteri. Pada April 1954, Bung Karno mengingatkan PM Ali Sastroamidjojo untuk meluaskan pertemuan Kolombo menjadi kerja sama regional Asia Afrika.
"Ingat Ali, ini adalah cita-cita bersama. Hampir 30 tahun yang lalu kita dalam pergerakan nasional melawan penjajahan, kita sudah mendengungkan solidaritas Asia Afrika", kata Bung Karno, seperti diutarakan Ruslan Abdulgani dalam buku Bandung Connection.
Pada tahapan selanjutnya, Menteri Luar Negeri Sunario mengumpulkan para duta besar Indonesia di Asia Afrika. Para pejabat itu diminta merumuskan gagasan yang akan diperjuangkan PM Ali Sastroamidjojo. Gagasan Indonesia tidak serta merta mudah diajukan ke Konferensi Panca Perdana Menteri.
Perdana Menteri Indonesia ke tujuh itu baru bisa mengajukan usulan perluasan kerja sama pada sidang ke-6 April 1954. "Suatu Konferensi yang sama hakekatnya dengan Konferensi Kolombo sekarang, tapi lebih luas jangkauannya dengan tidak hanya memasukkan negara-negara Asia, tetapi juga negara-negara Afrika lainnya," ujar Ali di hadapan para pemimpin negara Asia.
Kejutan datang dari salah satu negara yang berpengaruh, India. PM Nehru dalam pidatonya langsung mensponsori Indonesia memimpin pertemuan Asia Afrika. "Saya akan merasa puas apabila Konperensi Kolombo dapat menyetujui bahwa Indonesia akan men-sponsori sendiri Konperensi," tutur Nehru.
Indonesia tidak melupakan dukungan India itu. PM Ali Sastroamidjojo pada September 1954 langsung mengunjungi New Delhi. Hasilnya India mau mengeluarkan joint statement pada 25 September 1954 yang berisi agar konferensi Asia Afrika segera dilakkukan. Kesepakatan di New Delhi itu dilanjutkan keberhasilan PM Sri Langka menyepakati pertemuan Konferensi Panca Perdana Menteri II yang dilaksanakan di Bogor pada Desember 1954.
Konferensi yang dimulai 27 Desember 1954 itu memilih Istana Bogor sebagai tempat konferensi. Pemimpin yang hadir antara lain dari India, Burma, Thailand, Pakistan, dan Sri Langka. Konferensi Panca Perdana Menteri Bogor kembali mengukuhkan Indonesia menjadi sponsor utama dan akan mengorganisasi seluruh jalannya Konferensi. Soal pembiayaan, Indonesia hanya diminta memikirkan perbaikan prasarana konferensi saja, seperti gedung, jalan, dan alat komunikasi.
Credit TEMPO.CO
Anggota TNI Hilang, Mabes Diminta Tidak Anggap Remeh
“Memang belum tentu kejadian terakhir (Kopral Satu (Koptu) Hasmuni, anggota TNI Koramil Sawang, Kabupaten Aceh Utara) berkaitan dengan hilangnya atau diculiknya dua intel TNI sebelumnya. Tapi ini bukan kriminal biasa. TNI jangan anggap remeh kasus ini,” ujar Pengamat Militer dari President University, Anak Agung Banyu Perwira kepada Okezone, Jumat (10/4/2014).
Ia menambahkan spekulasi penyebab hilangnya Koptu Hasmuni bisa liar jika TNI dan Polri tidak segera menemukannya. Salah satu spekulasi tersebut adalah ia diculik, sama seperti yang terjadi pada Sertu Indra dan Serda Hendri. Untuk mencegah spekulasi liar tersebut, TNI diminta melakukan operasi intelijen.
“Semua kemungkinan bisa terjadi pada hilangnya Hasmuni. Bisa diculik, bisa kecelakaan tapi tidak ada yang melihat. Macam-macam. Makanya untuk mengungkap ini harus dilakukan operasi intelijen,” Agung.
Sebelumnya, Koptu Hasmuni dilaporkan hilang kontak sejak Senin 6 April 2015. Sebelum menghilang dia sempat mengantarkan istrinya, Tisalamah (32) ke tempat kerjanya di Puskesmas Kuta Blang Gandapura, Kabupaten Bireun.
Markas Besar TNI Angkatan Darat membantah bahwa anggotanya itu diculik. Tapi mereka juga tidak tahu penyebab hilanggnya Hasmuni. Operasi pencarian sudah dilakukan bersama Polda Aceh. Hingga saat ini hasilnya nihil.
Credit Okezone
700 Personel TNI AD Masih Siaga di Poso
Prajurit
Taifib Korps Marinir TNI AL menyaksikan aksi menembak dari prajurit US
MARSOC di lapangan tembak Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Baluran,
Situbondo, Jatim, 20 Maret 2015. Menembak merupakan salah satu materi
yang dilatihkan dalam latihan bersama ini. ANTARA/Sertu Mar Kuwadi
"Mereka diminta siaga di sana untuk rehabilitasi lokasi," kata Wuryanto kepada wartawan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis, 9 April 2015.
Rehabilitasi lokasi yang dimaksud Wuryanto adalah mengecek keadaan tempat yang dijadikan sasaran tembak dalam latihan perang. Para prajurit diberi tugas mencari kerusakan aset milik masyarakat sekitar akibat latihan.
"Apakah kebun atau ladangnya rusak, jika ada nanti akan diberikan ganti rugi," kata Wuryanto.
Latihan PPRC dilaksanakan pada 23-31 Maret 2015u. Dalam latihan tersebut, TNI melibatkan 3.222 personel dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau langsung latihan pada hari terakhir.
TNI menolak jika latihan PPRC ini dikaitkan dengan penumpasan kelompok teroris jaringan Santoso yang sering disebut bersembunyi di wilayah Poso. Menurut Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal M. Fuad Basya, lokasi latihan PPRC selalu diacak setiap tahun. Kebetulan saja tahun ini Poso menjadi lokasi latihan.
"Jangan dikaitkan latihan kami dengan masalah teroris. Sebelumnya, latihan kami di Natuna, Riau, Kalimantan, sampai Jawa Timur tak dipermasalahkan," kata Fuad.
Credit TEMPO.CO
PT TES Buat Simulator Tank Multiranpur Untuk Efisienkan Pelatihan Prajurit TNI
Adapun jenis simulator ini merupakan pesanan dari Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD. Tidak seperti simulator pada umumnya di mana 1 simulator adalah untuk 1 jenis alat, simulator Multiranpur bisa diganti-ganti.
"Kita sedang membangun Multiranpur, proyek 3 tahun mudah-mudahan bisa selesai tahun ini. Ini cukup unik, untuk menghemat karena bisa diganti-ganti 3 jenis tank," ungkap Direktur Utama PT TES M. Mulia Tirtusudiro di kantornya, Desa Mekar Wangi, Lembang, Bandung Barat, Jabar, Kamis (9/4/2015).
Multiranpur dapat diganti-ganti bagian kabinnya untuk simulator tank Scorpion, tank Stormer, dan tank AMX. Ke depan, TES pun akan mengembangkan untuk membuat kabin main battle tank Leopard.
Dengan efisiensi seperti itu, artinya pemerintah dapat menghemat biaya yang cukup besar. Pasalnya untuk pembuatan satu simulator harganya terbilang tidak murah.
"Simulator dirancang untuk berumur 20 tahun. Harganya mendekati harga pesawat, tergantung konfigurasi. Kalau di dunia di atas harga alutsista yang dibeli harganya. Kalo kita hampir mendekati aslinya," jelas Business Development Manager PT TES, M Iqbal Tirtusudiro di lokasi yang sama.
Simulator Multiranpur merupakan simulator satu-satunya di dunia yang bisa diganti-ganti untuk beberapa jenis ranpur. Iqbal pun yang simulator-simulator buatan TES dapat bersaing dengan produk buatan luar negeri, terutama staf dari PT TES sendiri yang masih muda-muda dan memiliki banyak potensi
"Sebenarnya bisa saja bersaing, di bagian nilai simulator keakuratan dan simulator data paket. Di dunia banyak source jadi nggak harus mesen satu negara terbuka luas. Biasa kerjasama antar perusahaan. Prinsip kita ingin menjaga kompetensi teknis. Perlu barang apa, kalau program kita bisa bikin. Yang jelas kalau dibikin pemerintah kita sangat senang," kata Iqbal.
"Kita unggulnya simulation software dikuasi. Jadi mau pake modul Korea jadi bisa, tergantung kesepakatan. Kita 90 persen buatan lokal. Software, model matematik, koneksi antar software, visual database. Sudah bisa dan siap bersaing," sambung lulusan ITB tersebut.
Simulator Multirampur dibangun di Pusat Pendidikan Kavaleri di Padalarang, Bandung, dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah untuk Scorpion, tahap kedua untuk Stormer, dan yang saat ini sedang dalam proses penyelesain adalah kabin untuk tank AMX.
Perancang simulator ini ternyata datang langsung dari Puslitbang TNI AD. Dalam pembuatannya, PT TES membutuhkan waktu 4 tahun di mana satu tahun khusus untuk membuat konsepnya. Taiwan disebut sedang melakukan negoisasi untuk pembuatan simulator Multiranpur ini.
"Ya sedang negoisasi. Mungkin Konsepnya sama, tapi visualnya beda. Karena harus dibedakan untuk dalam negeri sama luar," terang Business Development PT TES, Gerald S Manurung menambahkan.
Sejumlah simulator telah berhasil dikembangkan oleh perusahan ini. Seperti simulator Hawk untuk Malaysia dan TNI AU. Simulator CN-235 untuk Malaysia, simulator tank ACV 300 5 buah untuk Malaysia. Simulator untuk TNI AU lainnya yang telah dibuat PT TES adalah Super Puma, Heli Bell.
Sementara yang masih dalam pengembangan adalah Multiranpur, simulator F-16, dan simulator pesawat anti kapal perang untuk TNI AL. PT TES juga sedang melakukan penjajakan local content untuk pembuatan simulator Sukhoi.
"Sebenarnya yang paling utama dalam pembuatan simulator adalah membuat modelnya atau softwarenya untuk bisa merepresentasikan seperti alutsista sebenernya," tutup Gerald.
Credit Detiknews
Kanada Luncurkan Serangan Udara Pertama ke ISIS
Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper. (REUTERS/Chris Wattie)
Departemen Pertahanan Nasional Kanada mengatakan, pesawat jet CF-18 Hornets telah menyerang dan meluncurkan bom di kota Raqqa, yang disebut sebagai basis utama ISIS di Suriah. Pemerintah Kanada mengatakan serangan itu sukses.
Pesawat dan awak militer Kanada disebut telah kembali ke daratan dengan selamat.
"Ini serangan udara pertama di bawah mandat untuk menunjukkan tekad kuat pemerintah kita dalam mengatasi ancaman terorisme melawan Kanada dan untuk mempromosikan keamanan internasional dan stabilitas," kata Menteri Pertahanan Kanada, Jason Kenney, seperti dikutip dari CNN.
Pasukan militer Kanada merupakan bagian dari koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Koalisi ini berupaya membendunng kelompok ekstrimis ISIS yang berupaya menguasai Irak dan Suriah.
Pesawat tempur Amerika Serikat telah membom wilayah ISIS sejak Agustus dan di Suriah sejak September 2014. Negara Barat dan Timur Tengah lain telah bergabung dalam upaya Amerika Serikat, baik melalui aksi militer langsung maupun bentuk dukungan.
Credit CNN Indonesia
Tiongkok Teruskan Reklamasi di Perairan Sengketa
Tiongkok mengklaim sekitar 90 persen dari
keseluruhan wilayah Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia,
Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim pada jalur air yang
menghasilkan US$5 triliun dari perdagangan kapal-kapal yang melewati
perairan itu setiap tahun. (Wikipedia/U.S. Central Intelligence Agency)
Apa yang terjadi di Mischief Reef adalah reklamasi terbaru yang dilakukan Tiongkok di tengah sengketa Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Reklamasi merupakan kelanjutan dari reklamasi serupa di enam terumbu karang lain sejak Februari lalu.
Aktivitas Tiongkok ini, tak ayal menuai kritik dari Washington.
Sebuah citra yang dirilis pada 16 Maret lalu oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington menunjukkan rantai kecil formasi tanah buatan serta struktur baru, tembok laut dan peralatan konstruksi di sepanjang Mischief Reef.
Beberapa kapal keruk juga berada di sana sementara pintu masuk ke karang telah diperluas, Asia Maritime Transparency Initiative CSIS mengatakan di situsnya.
Foto pengawasan yang diambil dari Mischief Reef di bulan Oktober tahun lalu menunjukkan tidak ada pekerjaan reklamasi.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jepang, Yomiuri, yang diterbitkan pada Rabu (8/4), Menteri Pertahanan AS Ash Carter menyatakan keprihatinannya terkait persoalan reklamasi Tiongkok di Spratly.
"Kami sangat prihatin dengan prospek militerisasi pos-pos tersebut," kata Carter, yang berada di Tokyo pada kunjungan pertamanya ke Asia sebagai kepala pertahanan.
Beijing menolak kritik dari aktivitasnya di sekitar terumbu karang, mengatakan pekerjaan itu terjadi "dalam lingkup kedaulatan Tiongkok”.
Sementara pulau-pulau baru tidak akan membatalkan superioritas militer AS di kawasan itu, pekerja Tiongkok membangun pelabuhan dan depot penyimpanan bahan bakar serta kemungkinan dua landasan yang menurut para ahli akan memungkinkan Beijing untuk menyuplai listrik jauh ke jantung maritim Asia Tenggara.
Filipina pertama mengatakan pada Februari bahwa kapal keruk Tiongkok telah mulai bekerja di Mischief Reef yang berjarak 216 km barat dari pulau Palawan, Filipina.
Tiongkok mengklaim sekitar 90 persen dari keseluruhan wilayah Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim pada jalur air yang menghasilkan US$5 triliun dari perdagangan kapal-kapal yang melewati perairan itu setiap tahun.
Tiongkok mengokupasi Mischief Reef pada 1995. Foto pada bulan Oktober menunjukkan dua struktur, termasuk bangunan tiga lantai di sebuah atol yang dilengkapi dengan turbin angin dan panel surya.
Credit CNN Indonesia
AS Pertimbangkan Penjualan Rudal Rp735 T kepada Mesir
Rudal yang ditawarkan oleh AS kepada Mesir dapat ditembakkan dari udara dan tanah. (Ilustrasi/Reuters/KCNA)
Dilaporkan Reuters, Rabu (8/4), Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA) AS mengatakan bahwa Kementerian Dalam Negeri telah berbicara di hadapan Kongres mengenai kemungkinan penjualan rudal Egypt of 356 R-variant Hellfire II beserta peralatan dan pelatihannya. DSCA memperkirakan kesepakatan tersebut dapat bernilai hingga US$57 juta.
DSCA mengaku bahwa Kongres telah dinotifikasi mengenai potensi penjualan ini pada Selasa. Notifikasi berlandaskan hukum dan tidak berarti penjualan akan benar-benar dilakukan.
Pada Senin, DSCA mengatakan bahwa Kemendagri telah menyetujui potensi penjualan 15 helikopter penyerang Bell AH-1Z Viper, 32 mesin helikopter General Electric, dan seribu rudal Hellfire senilai US$952 juta.
Potensi kesepakatan dengan Pakistan ini juga termasuk sistem penglihatan, komputer misi, sistem navigasi posisi global, penerima peringatan radar, dan perangkat lain.
DSCA menganggap penjualan ini akan membekali Pakistan "dengan kapabilitas militer untuk menyokong operasi kontra-terorisme dan kontra-pemberontakan."
Credit CNN Indonesia
Iran dan Saudi Tegang, Amerika Mulai Bereaksi
AS percaya, Iran telah memberikan dukungan untuk pasukan Houthi yang berupaya menggulingkan pemerintah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengatakan, posisi AS sangat jelas, yakni mendukung Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lain yang merasa terancam oleh Iran.
”Kami tidak mencari konfrontasi, tapi kami tidak akan menjauh dari sekutu dan sahabat kami, kebutuhan kita untuk berdiri dengan orang-orang yang merasa terancam sebagai konsekuensi dari pilihan yang mungkin dibuat oleh Iran,” kata Kerry dalam sebuah wawancara dengan PBS Newshour, semalam (9/4/2015).
Sebagai dukungan untuk Saudi dan koalisi Teluk yang sedang meluncurkan agresi militer terhadap Houthi di Yaman, AS mulai mempersiapkan pengisian bahan bakar untuk pesawat tempurnya yang kemungkinan akan bergabung dalam agresi militer pimpinan Saudi.
Ketegangan Iran dan Arab Saudi, tampak dari pernyataan keras Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang mengutuk agresi Saudi di Yaman. Khamenei menuding Saudi dan koalisi Teluk melakukan genosida dalam konflik di Yaman. Sebab, agresi militer mereka memakan banyak korban warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Khamenei bahkan menyerukan agar Saudi diseret ke pengadilan kriminal internasional. ”Agresi Arab Saudi terhadap Yaman, terhadap orang-orang Yaman yang tidak bersalah adalah sebuah kesalahan. Ini adalah kejahatan dan masuk dalam kategori genosida yang dapat dituntut di pengadilan internasional." ucap Khamenei, seperti dilansir Reuters.
Ketegangan berlanjut, dengan dilarangnya pesawat Iran masuk ke Saudi. Iran pun tak mau kalah. Mereka memanggil diplomat Saudi di Teheran untuk menyampaikan protes keras atas agresi militer Saudi di Yaman, meski dengan dalih memerangi pemberontak Houthi.
Credit SINDOnews
Iran Minta Pakistan Tolak Tawaran Saudi
Saudi beberapa waktu lalu dilaporkan meminta Pakistan untuk terlibat aktif dalam koalisi Teluk, dan membantu mereka menyerang pemberontak Houhti di Yaman. Saudi juga, meminta Pakistan untuk mengirimkan kapal perang, senjata dan pasukannya, sebagai bentuk dukungan terhadap koalisi Teluk.
“Saya berharap, Pemerintah Pakistan dapat menolak tawaran Arab Saudi dan koalisinya. Kita seharusnya bekerjasama mencari solusi politik terbaik untuk penyelesaian konflik di Yaman,” ucap Zarif, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (9/4/2015).
Dirinya berpandangan, Yaman dan seluruh warganya tidak pantas mendapatkan perlakukan seperti itu. “Warga Yaman seharusnya tidak menghadapi serangan udara yang membombardir tanah kelahirannya. Mereka tidak sepantasnya menghadapi krisis kemanusiaan,” tambahnya.
Iran sendiri memang merupakan salah satu negara yang paling keras menolak serangan udara yang dilakukan Saudi dan sekutunya terhadap Yaman. Sementara itu, dalam dua pekan serangan di Yaman, setidaknya sudah 640 orang tewas, mayoritas mereka adalah warga sipil dan lebih dari 2.000 orang menderita luka-luka.
Credit SINDOnews
Langganan:
Postingan (Atom)